Rusia Pamer Drone Baru untuk Lindungi Jalur Pipa Bawah Laut di Forum Army-2023
loading...
A
A
A
MOSKOW - Biro Desain Pusat Rusia untuk Teknik Kelautan, "Rubin", telah mengembangkan drone maritim baru untuk melindungi infrastruktur pipa bawah laut.
Layanan pers perusahaan tersebut menjelaskan kepada Sputnik, kendaraan bawah laut tak berawak otonom "Argus" akan dipamerkan untuk pertama kalinya di forum militer-teknis internasional Angkatan Darat-2023, yang diadakan di Kubinka, luar Moskow pada 14-20 Agustus 2023.
Seorang juru bicara Rubin menjelaskan, “Setelah mendeteksi objek tak dikenal di dekat pipa hipotetis, drone sepanjang 5,6 meter itu akan mengidentifikasi objek tersebut sebagai sumber bahaya dan kemudian mentransfer informasi ke kapal pendukung (di permukaan).”
“Setelah pipa diletakkan, Argus akan memantau kondisi teknisnya,” ungkap juru bicara tersebut.
Dia menambahkan, “Drone tersebut mampu mendeteksi kebocoran minyak atau gas, serta perpindahan pipa.”
“Selain itu, kendaraan bawah air tersebut dapat digunakan untuk melakukan eksplorasi mineral di bawah air dan dalam operasi pencarian dan penyelamatan,” papar juru bicara tersebut.
Mereka mencatat Argus seberat 3,2 ton ditenagai baterai lithium-ion dan ketika berada di posisi permukaan, drone dapat menggunakan peralatan radio terkait gelombang frekuensi sangat tinggi, komunikasi satelit, dan sistem Wi-Fi.
Tampaknya pengembangan drone ini sangat relevan mengingat ledakan tahun lalu yang mengganggu jaringan pipa Nord Stream.
Jaringan pipa, yang dibangun untuk mengalirkan gas di bawah Laut Baltik dari Rusia ke Jerman, mengalami ledakan pada September 2022.
Operator pipa, Nord Stream AG, mengatakan kerusakan belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak mungkin memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan.
Denmark, Jerman dan Norwegia telah meninggalkan Rusia dari penyelidikan mereka atas serangan itu, mendorong Moskow meluncurkan penyelidikannya sendiri atas tuduhan terorisme internasional.
Belum ada hasil resmi dari investigasi yang diumumkan, tetapi jurnalis investigasi AS pemenang Hadiah Pulitzer, Seymour Hersh, menerbitkan laporan pada Februari 2023, menuduh ledakan tersebut diatur Amerika Serikat dengan dukungan dari Norwegia. Washington membantah terlibat dalam insiden itu.
Layanan pers perusahaan tersebut menjelaskan kepada Sputnik, kendaraan bawah laut tak berawak otonom "Argus" akan dipamerkan untuk pertama kalinya di forum militer-teknis internasional Angkatan Darat-2023, yang diadakan di Kubinka, luar Moskow pada 14-20 Agustus 2023.
Seorang juru bicara Rubin menjelaskan, “Setelah mendeteksi objek tak dikenal di dekat pipa hipotetis, drone sepanjang 5,6 meter itu akan mengidentifikasi objek tersebut sebagai sumber bahaya dan kemudian mentransfer informasi ke kapal pendukung (di permukaan).”
“Setelah pipa diletakkan, Argus akan memantau kondisi teknisnya,” ungkap juru bicara tersebut.
Dia menambahkan, “Drone tersebut mampu mendeteksi kebocoran minyak atau gas, serta perpindahan pipa.”
“Selain itu, kendaraan bawah air tersebut dapat digunakan untuk melakukan eksplorasi mineral di bawah air dan dalam operasi pencarian dan penyelamatan,” papar juru bicara tersebut.
Mereka mencatat Argus seberat 3,2 ton ditenagai baterai lithium-ion dan ketika berada di posisi permukaan, drone dapat menggunakan peralatan radio terkait gelombang frekuensi sangat tinggi, komunikasi satelit, dan sistem Wi-Fi.
Ledakan Nord Stream
Tampaknya pengembangan drone ini sangat relevan mengingat ledakan tahun lalu yang mengganggu jaringan pipa Nord Stream.
Jaringan pipa, yang dibangun untuk mengalirkan gas di bawah Laut Baltik dari Rusia ke Jerman, mengalami ledakan pada September 2022.
Operator pipa, Nord Stream AG, mengatakan kerusakan belum pernah terjadi sebelumnya dan tidak mungkin memperkirakan waktu yang dibutuhkan untuk perbaikan.
Denmark, Jerman dan Norwegia telah meninggalkan Rusia dari penyelidikan mereka atas serangan itu, mendorong Moskow meluncurkan penyelidikannya sendiri atas tuduhan terorisme internasional.
Belum ada hasil resmi dari investigasi yang diumumkan, tetapi jurnalis investigasi AS pemenang Hadiah Pulitzer, Seymour Hersh, menerbitkan laporan pada Februari 2023, menuduh ledakan tersebut diatur Amerika Serikat dengan dukungan dari Norwegia. Washington membantah terlibat dalam insiden itu.
(sya)