Singapura Khawatir Ketegangan AS-China akan Berkepanjangan
loading...

Perdana Menteri Singapura, Lee Hsien Loong mengatakan, ia khawatir ketegangan AS-China akan terus berlanjut di luar pemilihan presiden AS tahun ini. Foto/REUTERS
A
A
A
SINGAPURA - Perdana Menteri Singapura , Lee Hsien Loong mengatakan, ia khawatir ketegangan Amerika Serikat (AS)- China akan terus berlanjut di luar pemilihan presiden AS tahun ini. Dia menyoroti konsensus bipartisan tentang memperlakukan China sebagai ancaman.
Lee berbicara pada dialog virtual yang diselenggarakan oleh Dewan Atlantik, sebuah lembaga pemikir Amerika, di mana ia menyentuh tanggapan negara Asia terhadap ketegangan AS-China.
( Baca juga: China Luncurkan Tiga Satelit ke Orbit, Salah Satunya Pemburu Materi Gelap )
Ditanya apakah dia mengharapkan hubungan AS-China membaik setelah pemilihan presiden AS, Lee mengatakan dia sangat berharap hal itu terjadi. Namun, dia mengaku khawatir ketegangan ini akan berkepanjangan, bahkan setelah pemilihan presiden AS.
"Secara historis dalam tahun-tahun pemilihan presiden, hubungan AS-China selalu terjerat dalam kampanye presiden. Dan setelah itu, setelah beberapa waktu ketika pemerintahan baru terbentuk, Anda mulai memahami seperti apa, sebenarnya, dunia ini seperti apa dan keadaan mulai tenang," ucap Lee, seperti dilansir Channel News Asia pada Rabu (29/7/2020).
"Saya tidak yakin apakah ini akan terjadi kali ini, karena situasinya sangat berbeda dan tingkat animus, dan sedih untuk mengatakan, konsensus bipartisan tentang memperlakukan China sebagai ancaman sangat luar biasa. Saya khawatir itu akan berlanjut melewati pemilihan umum dan jika itu terjadi, saya pikir itu pertanda buruk bagi dunia," sambungnya.
Lee menyebut keadaan hubungan AS-China saat ini sebagai situasi yang tidak menguntungkan, di mana kedua negara tersebut telah mengambil tindakan dan tindakan balasan, dan masalah-masalah tersebut telah menyebar dan menyebar ke semua bidang hubungan.
( Baca juga: Indonesia Datangkan Vaksin COVID-19 dari China, Inggris, dan Korsel )
"Adalah normal di antara dua kekuatan bahwa Anda akan memiliki area di mana Anda memiliki kontradiksi dan area di mana Anda dapat bekerja sama. Tapi saya pikir bagaimana hal-hal telah berkembang selama beberapa tahun terakhir, Anda memiliki banyak bidang di mana tidak hanya ada kontradiksi, tetapi juga ketidakpercayaan yang mendalam dan ini korosif, dan itu membuat hubungan yang sangat sulit menjadi sangat berbahaya," ungakapnya.
"Karena jika itu salah, itu bukan sembarang hubungan bilateral, itu adalah hubungan bilateral paling penting di dunia, antara AS yang sangat kuat dan antara negara dengan seperempat umat manusia. Dan saya tidak berpikir itu adalah konfrontasi yang tidak bisa dianggap ringan," tukasnya.
Lee berbicara pada dialog virtual yang diselenggarakan oleh Dewan Atlantik, sebuah lembaga pemikir Amerika, di mana ia menyentuh tanggapan negara Asia terhadap ketegangan AS-China.
( Baca juga: China Luncurkan Tiga Satelit ke Orbit, Salah Satunya Pemburu Materi Gelap )
Ditanya apakah dia mengharapkan hubungan AS-China membaik setelah pemilihan presiden AS, Lee mengatakan dia sangat berharap hal itu terjadi. Namun, dia mengaku khawatir ketegangan ini akan berkepanjangan, bahkan setelah pemilihan presiden AS.
"Secara historis dalam tahun-tahun pemilihan presiden, hubungan AS-China selalu terjerat dalam kampanye presiden. Dan setelah itu, setelah beberapa waktu ketika pemerintahan baru terbentuk, Anda mulai memahami seperti apa, sebenarnya, dunia ini seperti apa dan keadaan mulai tenang," ucap Lee, seperti dilansir Channel News Asia pada Rabu (29/7/2020).
"Saya tidak yakin apakah ini akan terjadi kali ini, karena situasinya sangat berbeda dan tingkat animus, dan sedih untuk mengatakan, konsensus bipartisan tentang memperlakukan China sebagai ancaman sangat luar biasa. Saya khawatir itu akan berlanjut melewati pemilihan umum dan jika itu terjadi, saya pikir itu pertanda buruk bagi dunia," sambungnya.
Lee menyebut keadaan hubungan AS-China saat ini sebagai situasi yang tidak menguntungkan, di mana kedua negara tersebut telah mengambil tindakan dan tindakan balasan, dan masalah-masalah tersebut telah menyebar dan menyebar ke semua bidang hubungan.
( Baca juga: Indonesia Datangkan Vaksin COVID-19 dari China, Inggris, dan Korsel )
"Adalah normal di antara dua kekuatan bahwa Anda akan memiliki area di mana Anda memiliki kontradiksi dan area di mana Anda dapat bekerja sama. Tapi saya pikir bagaimana hal-hal telah berkembang selama beberapa tahun terakhir, Anda memiliki banyak bidang di mana tidak hanya ada kontradiksi, tetapi juga ketidakpercayaan yang mendalam dan ini korosif, dan itu membuat hubungan yang sangat sulit menjadi sangat berbahaya," ungakapnya.
"Karena jika itu salah, itu bukan sembarang hubungan bilateral, itu adalah hubungan bilateral paling penting di dunia, antara AS yang sangat kuat dan antara negara dengan seperempat umat manusia. Dan saya tidak berpikir itu adalah konfrontasi yang tidak bisa dianggap ringan," tukasnya.
(esn)
Lihat Juga :