Ukraina Tuduh Rusia Dalang Kudeta Niger, Ini Alasannya
loading...
A
A
A
KYIV - Pemerintah Ukraina menuduh Rusia sebagai dalang kudeta di Niger. Alasannya adalah trik yang digunakan seperti "taktik standar Rusia".
Tuduhan itu dilontarkan Mykhailo Podolyak, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Di outlet media sosial X—sebelumnya dikenal sebagai Twitter—, Podolyak menulis; “Sekarang sangat jelas bahwa Rusia berada di balik apa yang disebut 'kudeta militer' di Niger. Ini adalah taktik standar Rusia: mengalihkan perhatian, memanfaatkan momen, dan memperluas konflik.”
“Rusia memiliki skenario global untuk memprovokasi ketidakstabilan guna merusak tatanan keamanan global,” lanjut Podolyak, seperti dikutip Al Jazeera, Rabu (2/8/2023).
“Saatnya untuk menarik kesimpulan yang tepat: hanya penghapusan klan [Presiden Rusia Vladimir] Putin dan mengirim Rusia ke kelahiran kembali politik yang dapat menjamin tidak dapat diganggu gugatnya aturan dan stabilitas dunia," imbuh dia.
Rabu pekan lalu, Presiden Niger Mohamed Bazoum dan pemerintahannya yang terpilih secara demokratis disingkirkan oleh para pemimpin militer dalam kudeta ketujuh yang terjadi di negara itu dalam waktu kurang dari tiga tahun.
Kremlin, pada hari Senin, mengatakan situasi di Niger menyebabkan keprihatinan serius setelah kudeta yang dikecam oleh sebagian besar negara di dunia.
Meski demikian, kudeta itu disambut baik oleh bos tentara bayaran Wagner Group Yevgeny Prigozhin, yang memiliki kepentingan luas di Afrika.
Dalam panggilan telepon dengan wartawan, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia meminta semua pihak di Niger untuk menahan diri, dan untuk secepat mungkin kembali ke ketertiban hukum.
Tuduhan itu dilontarkan Mykhailo Podolyak, penasihat Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky.
Di outlet media sosial X—sebelumnya dikenal sebagai Twitter—, Podolyak menulis; “Sekarang sangat jelas bahwa Rusia berada di balik apa yang disebut 'kudeta militer' di Niger. Ini adalah taktik standar Rusia: mengalihkan perhatian, memanfaatkan momen, dan memperluas konflik.”
“Rusia memiliki skenario global untuk memprovokasi ketidakstabilan guna merusak tatanan keamanan global,” lanjut Podolyak, seperti dikutip Al Jazeera, Rabu (2/8/2023).
“Saatnya untuk menarik kesimpulan yang tepat: hanya penghapusan klan [Presiden Rusia Vladimir] Putin dan mengirim Rusia ke kelahiran kembali politik yang dapat menjamin tidak dapat diganggu gugatnya aturan dan stabilitas dunia," imbuh dia.
Rabu pekan lalu, Presiden Niger Mohamed Bazoum dan pemerintahannya yang terpilih secara demokratis disingkirkan oleh para pemimpin militer dalam kudeta ketujuh yang terjadi di negara itu dalam waktu kurang dari tiga tahun.
Kremlin, pada hari Senin, mengatakan situasi di Niger menyebabkan keprihatinan serius setelah kudeta yang dikecam oleh sebagian besar negara di dunia.
Meski demikian, kudeta itu disambut baik oleh bos tentara bayaran Wagner Group Yevgeny Prigozhin, yang memiliki kepentingan luas di Afrika.
Dalam panggilan telepon dengan wartawan, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan Rusia meminta semua pihak di Niger untuk menahan diri, dan untuk secepat mungkin kembali ke ketertiban hukum.