Eks Ajudan Zelensky: Menginvasi Crimea Akan Membunuh 200.000 Tentara Ukraina

Minggu, 16 Juli 2023 - 06:27 WIB
loading...
A A A
“Jujur saja: tujuan kebijakan luar negeri kita dalam perang ini sangat kontras dengan tujuan kebijakan luar negeri para sponsor dan pendukung kita,” katanya, seraya menambahkan bahwa Barat bersedia mengorbankan wilayah Ukraina dan nyawa rakyatnya untuk mencapai hasil yang diinginkan.

Menurutnya, Ukraina sekarang hanya dapat memengaruhi para pemimpin Barat pada tingkat emosional, menambahkan bahwa Kyiv seharusnya berfokus pada membangun kedaulatannya sendiri.

“Kami membutuhkan hubungan berdasarkan keuntungan nyata. Itulah satu-satunya hal yang mereka [Barat] pahami,” paparnya.

"Kebijakan tidak bermoral dan ketidakmampuan untuk mengambil keputusan serius adalah kelemahan utama Barat," sambung dia.

Namun, kata Arestovych, Ukraina tidak bisa begitu saja meninggalkan pendukung Baratnya dan mengejar tujuannya sendiri dengan biaya berapa pun. Menurutnya, itu akan menjadi jalan buntu bagi Kyiv.

Dia mengatakan satu-satunya penghiburan adalah prospek bergabung dengan NATO dengan imbalan perdamaian dengan Rusia.

“Hentikan perang dan bergabung dengan NATO? Banyak orang akan mengatakan itu adalah kesempatan sejarah,” kata mantan orang kepercayaan presiden Ukraina tersebut.

Dia juga menggambarkan jaminan NATO sebagai imbalan untuk menyetujui perdamaian dengan Rusia di sepanjang jalur kontak saat ini sebagai kesepakatan yang cukup bagus.

Menurut Arestovych, kesepakatan semacam itu kemungkinan juga akan mengharuskan Barat mencabut beberapa sanksi anti-Rusia untuk meyakinkan Moskow agar menyetujui persyaratan tersebut.

Komentarnya muncul di tengah serangan balasan Ukraina yang banyak dipuji Barat, tapi dianggap gagal oleh Moskow.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1379 seconds (0.1#10.140)