Inilah Lancet, Drone Kamikaze Rusia yang Pusingkan Pertahanan Ukraina
loading...
A
A
A
MOSKOW - Lancet, drone kamikaze Rusia, telah menjadi duri utama dan memusingkan pertahanan garis depan Ukraina.
Untuk mengatasi ancaman drone Lancet, Kyiv membutuhkan persenjataan Barat yang lebih canggih. Serangan drone yang merepotkan pertahanan Kyiv itu diungkap surat kabar The Telegraph mengutip penasihat senior menteri pertahanan Ukraina Yury Sak
Menurutnya, intelijen Kyev percaya bahwa Rusia telah mulai berinvestasi lebih banyak dalam produksi drone ini.
“Untuk memahami mengapa mereka menjadi perhatian kami, apa pun yang mampu merusak peralatan kami atau menimbulkan risiko bagi pasukan kami menjadi perhatian kami,” kata Sak.
“Tanpa memberikan pujian kepada Rusia, itu bukan perangkat yang buruk," ujarnya, yang dilansir Minggu (2/7/2023).
Drone Lancet, yang membawa hingga 3kg bahan peledak, terbang di ketinggian rendah untuk menghindari deteksi, sangat bermanuver, dan dapat berkeliaran di udara sampai targetnya terbuka.
Menurut laporan The Telegraph, faktor-faktor ini menjadikan mereka ancaman besar bagi artileri Ukraina, terutama karena Kyiv enggan menggunakan rudal pertahanan udara pada pesawat nirawak yang relatif murah ini.
Sak mengatakan kepada surat kabar itu bahwa Barat dapat membantu Ukraina melawan UAV ini dengan mengirimkan sistem pertahanan udara tambahan, khususnya Gepard buatan Jerman, yang dipersenjatai dengan senjata anti-pesawat.
“Mereka bergerak, mereka dapat bergerak dengan cepat dan mereka memiliki radar yang bagus yang dapat diintegrasikan ke dalam jalur tersebut,” katanya.
Jerman telah mengirim 34 Gepard ke Ukraina, dengan 18 lainnya sedang dalam perjalanan. Secara total, menurut pejabat Jerman, Berlin berencana untuk memasok Kyev dengan 45 Gepard pada akhir 2023.
Sak juga mengatakan Lancet dapat dinetralkan melalui tindakan peperangan elektronik.
“Peralatan jamming modern adalah aspek yang sangat penting dari kemampuan anti-drone kami,” katanya.
“Tapi kami sangat kekurangan dan mencari sekutu kami, dan mudah-mudahan suatu hari kami akan memiliki lebih banyak.”
Dalam wawancara bulan April dengan The Economist, Anton Gerashchenko, seorang penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina, menggambarkan Lancet sebagai “drone paling berbahaya bagi kami” dan “sangat berguna bagi Mooskow untuk menghancurkan artileri.”
Dalam beberapa minggu terakhir, militer Rusia dalam banyak kesempatan melaporkan keberhasilan penggunaan UAV jenis ini, yang telah digunakan untuk menghancurkan tim mortir, artileri self-propelled, tank, dan kendaraan berat lainnya.
Untuk mengatasi ancaman drone Lancet, Kyiv membutuhkan persenjataan Barat yang lebih canggih. Serangan drone yang merepotkan pertahanan Kyiv itu diungkap surat kabar The Telegraph mengutip penasihat senior menteri pertahanan Ukraina Yury Sak
Menurutnya, intelijen Kyev percaya bahwa Rusia telah mulai berinvestasi lebih banyak dalam produksi drone ini.
“Untuk memahami mengapa mereka menjadi perhatian kami, apa pun yang mampu merusak peralatan kami atau menimbulkan risiko bagi pasukan kami menjadi perhatian kami,” kata Sak.
“Tanpa memberikan pujian kepada Rusia, itu bukan perangkat yang buruk," ujarnya, yang dilansir Minggu (2/7/2023).
Drone Lancet, yang membawa hingga 3kg bahan peledak, terbang di ketinggian rendah untuk menghindari deteksi, sangat bermanuver, dan dapat berkeliaran di udara sampai targetnya terbuka.
Menurut laporan The Telegraph, faktor-faktor ini menjadikan mereka ancaman besar bagi artileri Ukraina, terutama karena Kyiv enggan menggunakan rudal pertahanan udara pada pesawat nirawak yang relatif murah ini.
Sak mengatakan kepada surat kabar itu bahwa Barat dapat membantu Ukraina melawan UAV ini dengan mengirimkan sistem pertahanan udara tambahan, khususnya Gepard buatan Jerman, yang dipersenjatai dengan senjata anti-pesawat.
“Mereka bergerak, mereka dapat bergerak dengan cepat dan mereka memiliki radar yang bagus yang dapat diintegrasikan ke dalam jalur tersebut,” katanya.
Jerman telah mengirim 34 Gepard ke Ukraina, dengan 18 lainnya sedang dalam perjalanan. Secara total, menurut pejabat Jerman, Berlin berencana untuk memasok Kyev dengan 45 Gepard pada akhir 2023.
Sak juga mengatakan Lancet dapat dinetralkan melalui tindakan peperangan elektronik.
“Peralatan jamming modern adalah aspek yang sangat penting dari kemampuan anti-drone kami,” katanya.
“Tapi kami sangat kekurangan dan mencari sekutu kami, dan mudah-mudahan suatu hari kami akan memiliki lebih banyak.”
Dalam wawancara bulan April dengan The Economist, Anton Gerashchenko, seorang penasihat Kementerian Dalam Negeri Ukraina, menggambarkan Lancet sebagai “drone paling berbahaya bagi kami” dan “sangat berguna bagi Mooskow untuk menghancurkan artileri.”
Dalam beberapa minggu terakhir, militer Rusia dalam banyak kesempatan melaporkan keberhasilan penggunaan UAV jenis ini, yang telah digunakan untuk menghancurkan tim mortir, artileri self-propelled, tank, dan kendaraan berat lainnya.
(mas)