Kasus Meningkat, Eropa Gagal Cegah Gelombang Kedua Covid-19

Senin, 27 Juli 2020 - 09:37 WIB
loading...
Kasus Meningkat, Eropa...
Polisi Spanyol sedang berpatroli di tengah ancaman gelombang kedua Covid-19 di negeri matador tersebut. Foto/Reuters
A A A
MADRID - Eropa dinilai gagal merespons gelombang pertama pandemi corona (Covid-19) . Mereka juga tidak belajar dari pengalaman kegagalan tersebut. Mereka justru kini menghadapi dilemma karena gelombang kedua virus corona sudah di depan mata.

Kegagalan Eropa adalah tidak melaksanakan tes corona yang terkoordinasi sehingga terkesan berantakan dan serba mendadak. Selain itu, penyediaan peralatan kesehatan di berbagai rumah sakit di Eropa juga dinilai tidak komprehensif. Paling parah, negara-negara Eropa tidak memiliki aplikasi pelacak pasien corona yang bekerja lintas batas.

Menghindari gelombang kedua Covid-19 menjadi hal yang sangat kritis bagi Eropa terutama sistem kesehatan dan ekonominya. Apalagi, mereka juga harus pulih dari lockdown yang menyebabkan kerugian besar.

Itu menunjukkan kalau virus corona masih jauh dari selesai. Seperti kata para pakar epidemiologi, seiring dengan pelonggaran isolasi wilayah, maka gelombang kedua bisa semakin cepat terjadi. Gelombang kedua virus corona pun bisa berlangsung lebih cepat dibandingkan pandemi flu Spanyol satu abad silam.

Ilustrasi paling tepat untuk menggambarkan pandemi adalah orang sebaiknya berpikir tentang gelombang di laut. Ketika jumlah warga yang terinfeksi semakin meningkat, kemudian turun, kemudian terjadi peningkatan lain yang signifikan berarti terjadi gelombang kedua. Hanya saja, gelombang kedua tidak akan terlalu mematikan seperti gelombang pertama. (Baca: Hebohkan London, Pria Ini Bukan Wajah yang Dimaskerin tapi Kemaluan)

Dan gelombang kedua virus corona justru muncul dari Spanyol. Madrid bergerak cepat untuk memutuskan mata rantai penyebaran virus corona di tengah kekhawatiran gelombang kedua. Tepat sebulan setelah Spanyol mengakhiri status darurat di berbagai kota di Barcelona, Zaragoza dan Madrid, gelombang kedua virus corona mengancam kota tersebut. Di Catalonia, semua bar dan klub malam ditutup selama dua pekan.

Khusus di Spanyol, Kementerian Kesehatan melaporkan lebih dari 900 kasus pada Jumat lalu. Satu tim sepak bola divisi dua, Fuenlabrada, melaporkan terjadi 28 kasus positif. “Rata-rata kasus baru muncul karena penularan dari anak muda hingga rumah tangga,” kata pakar epidemiologi, Daniel Lopez-Acuna kepada BBC. (Baca juga: Perkantoran Klaster Baru Kasus Corona, Wagub DKI: Masyarakat Jangan Anggap Sepele)

Inggris menyatakan semua warganya yang baru saja kembali dari Spanyol harus mengisolasi diri. Norwegia dan Prancis memberlakukan hal sama. Perdana Menteri Prancis Jean Castex mengatakan, orang yang baru datang dari 16 negara harus melakukan isolasi.

Baik Prancis dan Jerman mengalami kenaikan jumlah kasus corona di tengan pembukaan kembali ekonomi di Eropa. Kementerian Kesehatan Prancis menyebutkan lebih dari 1.000 kasus baru ditemukan di rumah sakit.

Kasus baru virus corona di Eropa menunjukkan peningkatan tajam dengan rekor harian mencapai 280.000 dalam dua hari terakhir. “Tidak ada negara yang tidak terinfeksi terutama di Amerika dan Asia Tenggara,” demikian keterangan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Data Universitas Johns Hopkins mencatat sebanyak 15,7 juta kasus virus corona secara global dengan jumlah kematian mencapai 640.000 orang. (Lihat videonya: 7 Langkah Amankan Tayangan YouTube untuk Anak-anak)

Sementara itu, Korea Utara (Korut) untuk pertama kalinya melaporkan apa yang mereka gambarkan sebagai dugaan kasus virus corona. Pada saat bersamaan, Spanyol mengalami gelombang kedua pandemi virus corona.

Kantor berita pemerintah, KCNA, melaporkan seseorang yang membelot ke Korea Selatan (Korsel) tiga tahun silam kembali ke Korut tiga pekan lalu dan memiliki gejala-gejala Covid-19 . Pemimpin Korut Kim Jong-un langsung mengadakan pertemuan darurat dengan pejabat tinggi dan memberlakukan karantina wilayah atau lockdown di kota perbatasan Kaesong. (Muh Shamil)
(ysw)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1780 seconds (0.1#10.140)