4 Fakta Kesuksesan Strategi Rusia dengan Menghancurkan Bendungan Kakhovka

Rabu, 07 Juni 2023 - 11:31 WIB
loading...
4 Fakta Kesuksesan Strategi...
Mengnancurkan Bedungan Kakhovka menjadi strategi Rusia yang sukses melemahkan militer Ukraina. Foto/Reuters
A A A
MOSKOW - Strategi perang Rusia sangat sukses melumpuhkan pergerakan dan mobilitas tentara Ukraina dengan menghancurkan bendungan Kakhovka. Itu menunjukkan Rusia menggunakan segala cara untuk melemahkan pertahanan dan pergerakan prajurit Ukraina yang didukung NATO.

Pasalnya, hancurnya bendungan Kakhovka tersebut tidak hanya melumpuhkan militer Ukraina, tetapi juga bisa memicu banyak krisis lanjutan. Dampak dari hal tersebut akan menarik perhatian dunia internasional.

Berikut 4 fakta tentang kesuksesan strategi Rusia melumpuhkan tentara Ukraina dengan menghancurkan bendungan Kakhovka.

1. Serangan Balik Ukraina Kocar-Kacir

4 Fakta Kesuksesan Strategi Rusia dengan Menghancurkan Bendungan Kakhovka

Foto/Reuters

Jebolnya bendungan besar di garis depan sungai Dnipro telah mengaburkan gambaran serangan balik Ukraina yang sangat ditunggu-tunggu terhadap Rusia.

Runtuhnya bendungan itu terjadi tepat ketika Ukraina bersiap untuk melancarkan serangan balasan. Itu juga bisa mempersulit gerak maju pasukannya dalam serangan apa pun. Meskipun Kyiv belum membocorkan ke arah mana ia berencana untuk menyerang.

“Mengingat Rusia dalam posisi defensif strategis dan Ukraina dalam posisi ofensif strategis, dalam jangka pendek ini merupakan keuntungan bagi Rusia, tentu saja,” kata Ben Barry, peneliti senior di International Institute for Strategic Studies, dilansir Rueters.

"Jebolnya bendungan akan membantu Rusia sampai air surut karena membuat Ukraina lebih sulit untuk melakukan penyeberangan sungai penyerangan," kata Barry.

Ditambahkan oleh Maciej Matysiak, pakar keamanan di Stratpoints Foundation dan mantan wakil kepala kontra-intelijen militer Polandia, banjir yang menggenangi wilayah itu akan mencegah penggunaan persenjataan berat seperti tank setidaknya selama sebulan.

“(Ini) menciptakan posisi pertahanan yang sangat baik bagi Rusia yang mengharapkan aktivitas ofensif Ukraina,” kata Matysiak.

Selanjutnya, Marina Miron, seorang peneliti di King's College di London, menyebutnya sebagai "titik balik" dalam perang tetapi mengatakan kedua belah pihak dapat melihat beberapa keuntungan dalam meledakkan bendungan.

“Bagi Rusia, alasan untuk melakukannya adalah untuk menghentikan serangan balik Ukraina, tentu saja. Dan untuk menciptakan situasi kemanusiaan di Kherson, di mana orang-orang perlu dievakuasi dan menciptakan rawa-rawa sehingga Ukraina tidak dapat menggunakan infanteri mekanik mereka. , misalnya," katanya.

Bahkan, Patricia Lewis, Direktur Riset Keamanan Internasional di lembaga riset asal Inggris, Chatham House, mengatakan situasi tersebut membantu Rusia bahkan jika serangan balasan Ukraina kemudian membuat terobosan.

"Untuk Rusia, Anda dapat melihat manfaat langsung karena Anda menghentikan koneksi itu agar pasukan Ukraina dapat menyeberang," kata Lewis.

"Dan juga..., jika mereka tidak berencana untuk tinggal di sana untuk jangka panjang, untuk alasan apapun, jika mereka berpikir, misalnya, bahwa mereka tidak akan memenangkan pertempuran ini, maka mereka akan meninggalkan Ukraina dengan ini."

Baca Juga: Bendungan Nova Kakhova Hancur, Banjir Terjang Wilayah Kherson

2. Bencana Lingkungan bagi Warga Sipil

4 Fakta Kesuksesan Strategi Rusia dengan Menghancurkan Bendungan Kakhovka

Foto/Reuters

Hancurnya bendungan tersebut juga mengancam bencana lingkungan bagi warga sipil yang tinggal di zona perang.

Kyiv dan Moskow saling menyalahkan atas runtuhnya bendungan Nova Kakhovka di Ukraina selatan yang menyebabkan banjir mengalir deras ke kota-kota dan lahan pertanian di sekitarnya dan memaksa ratusan warga sipil mengungsi.

Dengan tingkat air yang masih naik, para pejabat dan analis telah mulai menghitung biaya kerugiana dan lingkungan untuk salah satu negara agraris paling subur di dunia. Mereka juga mengatakan pemukiman, ribuan orang dan beberapa spesies satwa liar yang langka terancam.

“Setidaknya 150 ton minyak dari bendungan telah bocor ke Dnipro,” kata Menteri Lingkungan Ukraina Ruslan Strilets. Dia memperkriakan kerusakan lingkungan mencapai 50 juta euro.

Kemudian, Modupe Jimoh, seorang profesor Teknik Sipil dan Kemanusiaan di University of Warwick, memperkirakan jebolnya bendungan akan mencuci bahan kimia industri dan pelumas ke dalam tanah dan tabel air, merusak ekosistem dan keanekaragaman hayati.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba menuduh Rusia melakukan "ekosida", mengatakan banjir akan membawa kerusakan yang tidak dapat diubah. “Hewan di Kebun Binatang Nova Kakhovka, termasuk monyet dan landak, telah mati akibat air yang naik,” katanya.

3. Memicu Krisis Nuklir

4 Fakta Kesuksesan Strategi Rusia dengan Menghancurkan Bendungan Kakhovka

Foto/Reuters

Air pada bendungan yang luas juga memasok air pendingin untuk pembangkit listrik tenaga nuklir terbesar di Eropa di Zaporizhzhia yang dikuasai Rusia. Namun, pengawas nuklir PBB mengecilkan risiko langsung, dengan mengatakan sumber air alternatif dapat memasok fasilitas selama berbulan-bulan jika diperlukan.

Baca Juga: Bendungan Pembangkit Listrik Peninggalan Uni Soviet di Ukraina Hancur

4. Krisis Pangan Makin Parah

4 Fakta Kesuksesan Strategi Rusia dengan Menghancurkan Bendungan Kakhovka

Foto/Reuters

Kerusakan yang lebih luas terhadap pertanian di salah satu pengekspor gandum terbesar di dunia bisa sangat parah. Itu akan menekan rantai pasokan global setelah blokade pelabuhan Ukraina tahun lalu.

Harga gandum melonjak lebih dari 3% pada pekan ini. “Dampak banjir akan kita rasakan tidak hanya dalam hitungan minggu bahkan bulan, tapi jangka waktu yang panjang,” kata Strilets.

Dijelaskan Mohammad Heidarzadeh, pakar bendungan University of Bath di Inggris, mengatakan, tantangannya adalah bendungan yang sangat besar, salah satu waduk terbesar di dunia.

"...Berdasarkan pengalaman insiden serupa di seluruh dunia, area yang sangat luas akan terkena dampak dan bahan berbahaya tersebar di seluruh area yang akan berdampak pada produktivitas pertanian."

Heidarzadeh mengatakan lumpur yang ditinggalkan oleh air banjir mungkin membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk dibersihkan.
(ahm)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Lanjut Baca Berita Terkait Lainnya
Berita Terkait
Xi Jinping Tegaskan...
Xi Jinping Tegaskan Rusia dan China akan Lawan Paksaan di Panggung Dunia
Negara NATO Ini Gagal...
Negara NATO Ini Gagal Penuhi Janji Pasok Jet Tempur F-16 ke Ukraina
Putin Perintahkan Gencatan...
Putin Perintahkan Gencatan Senjata 3 Hari Dimulai, Ukraina Sebut Hanya Sandiwara
Rusia Tembak Jatuh Lebih...
Rusia Tembak Jatuh Lebih dari 500 Drone Ukraina dalam Sehari
Parade Hari Kemenangan...
Parade Hari Kemenangan Jadi Taruhan Besar bagi Putin, Berikut 4 Alasannya
Apa Rusia Membantu Padamkan...
Apa Rusia Membantu Padamkan Kebakaran Israel?
Daftar Harga Gas di...
Daftar Harga Gas di Negara-negara Eropa, Dari yang Termahal hingga Paling Murah
Kenapa Kashmir Jadi...
Kenapa Kashmir Jadi Rebutan 3 Negara Besar? Berikut Penjelasannya
Asap Hitam, Para Kardinal...
Asap Hitam, Para Kardinal Belum Berhasil Pilih Paus Baru di Hari Ke-2 Konklaf
Rekomendasi
Halalbihalal KAHMI-HMI...
Halalbihalal KAHMI-HMI Cabang Ciputat 2025, Merawat Pemikiran Islam Inklusif dan Moderat
Megawati Ingatkan Tanah...
Megawati Ingatkan Tanah Subur di Bali Tak Boleh Dikonversi
PPP Apresiasi Presiden...
PPP Apresiasi Presiden Prabowo Atas Capaian Ketahanan Pangan
Berita Terkini
Ini Pidato Pertama Paus...
Ini Pidato Pertama Paus Leo XIV usai Terpilih
Profil Robert Prevost,...
Profil Robert Prevost, Paus Pertama dari Amerika Serikat
Paus Baru Robert Prevost...
Paus Baru Robert Prevost akan Bergelar Paus Leo XIV
BREAKING NEWS! Robert...
BREAKING NEWS! Robert Prevost Terpilih sebagai Paus Baru
Xi Jinping Tegaskan...
Xi Jinping Tegaskan Rusia dan China akan Lawan Paksaan di Panggung Dunia
BREAKING NEWS! Asap...
BREAKING NEWS! Asap Putih Muncul dari Cerobong Kapel Sistina, Paus Baru telah Terpilih
Infografis
AS Mulai Bagikan Info...
AS Mulai Bagikan Info Intel Ruang Angkasa Sensitif China-Rusia
Copyright ©2025 SINDOnews.com All Rights Reserved