Yordania Murka Wilayahnya Diklaim Bagian dari Negara Israel
loading...
A
A
A
AMMAN - Pemerintah Kerajaan Yordania marah setelah seorang menteri Israel menggunakan peta "Israel Raya" untuk mengeklaim wilayah kedaulatan Yordania sebagai bagian dari negara Yahudi tersebut.
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, bagian dari kubu sayap kanan, berpidato di sebuah acara di Paris pada hari Minggu sambil berdiri di dekat peta "Israel Raya". Peta itu menggambarkan Yordania sebagai bagian dari negara Israel.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania, Sinan Majali, menyampaikan protes keras dalam sebuah pernyataan. Dia menyebut tindakan Smotrich sebagai hasutan sembrono yang melanggar norma internasional dan perjanjian damai Yordania-Israel.
Yordania dan Israel menandatangani perjanjian damai Wadi Araba pada tahun 1994, yang mengakhiri perang antara kedua negara sejak perang Arab-Israel pertama pada tahun 1948.
Merespons kemarahan Yordania, Israel bergegas menegaskan kembali komitmennya pada perjanjian damai dengan kerajaan tersebut.
"Tidak ada perubahan dalam posisi Negara Israel, yang mengakui integritas teritorial Kerajaan Hashemite," kata Kementerian Luar Negeri Israel dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Middle East Monitor, Selasa (21/3/2023).
Selama pidatonya di Paris, Smotrich menyangkal keberadaan rakyat Palestina, dengan mengatakan bahwa orang Palestina adalah "penemuan" dari abad terakhir dan bahwa orang-orang seperti dirinya dan kakek neneknya adalah "orang Palestina yang sebenarnya".
"Yordania mengutuk pernyataan rasis dan ekstremis yang menghasut yang dibuat oleh menteri ekstremis Israel terhadap persaudaraan rakyat Palestina, hak mereka untuk hidup, dan hak historis mereka dalam negara merdeka dan berdaulat mereka di tanah nasional Palestina," kata Majali.
Dia meminta pemerintah Israel untuk mengutuk pernyataan Smotrich, dengan mengatakan: "Amman akan mengambil semua tindakan politik dan hukum yang diperlukan untuk mengatasi tindakan dan pernyataan ekstremis dan penuh kebencian."
"Pernyataan seperti itu mewakili eskalasi berbahaya yang mengancam keamanan dan stabilitas," imbuh Majali.
Smotrich memicu badai kecaman internasional bulan lalu setelah dia mengatakan Huwara, kota Palestina di Tepi Barat harus dimusnahkan menyusul kematian dua pemukim Yahudi Israel dalam serangan penembakan.
Kota itu kemudian diserang oleh para pemukim Israel di mana seorang warga Palestina terbunuh dan beberapa rumah serta kendaraan dirusak dibakar.
Menteri Keuangan Bezalel Smotrich, bagian dari kubu sayap kanan, berpidato di sebuah acara di Paris pada hari Minggu sambil berdiri di dekat peta "Israel Raya". Peta itu menggambarkan Yordania sebagai bagian dari negara Israel.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri Yordania, Sinan Majali, menyampaikan protes keras dalam sebuah pernyataan. Dia menyebut tindakan Smotrich sebagai hasutan sembrono yang melanggar norma internasional dan perjanjian damai Yordania-Israel.
Yordania dan Israel menandatangani perjanjian damai Wadi Araba pada tahun 1994, yang mengakhiri perang antara kedua negara sejak perang Arab-Israel pertama pada tahun 1948.
Merespons kemarahan Yordania, Israel bergegas menegaskan kembali komitmennya pada perjanjian damai dengan kerajaan tersebut.
"Tidak ada perubahan dalam posisi Negara Israel, yang mengakui integritas teritorial Kerajaan Hashemite," kata Kementerian Luar Negeri Israel dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Middle East Monitor, Selasa (21/3/2023).
Selama pidatonya di Paris, Smotrich menyangkal keberadaan rakyat Palestina, dengan mengatakan bahwa orang Palestina adalah "penemuan" dari abad terakhir dan bahwa orang-orang seperti dirinya dan kakek neneknya adalah "orang Palestina yang sebenarnya".
"Yordania mengutuk pernyataan rasis dan ekstremis yang menghasut yang dibuat oleh menteri ekstremis Israel terhadap persaudaraan rakyat Palestina, hak mereka untuk hidup, dan hak historis mereka dalam negara merdeka dan berdaulat mereka di tanah nasional Palestina," kata Majali.
Dia meminta pemerintah Israel untuk mengutuk pernyataan Smotrich, dengan mengatakan: "Amman akan mengambil semua tindakan politik dan hukum yang diperlukan untuk mengatasi tindakan dan pernyataan ekstremis dan penuh kebencian."
"Pernyataan seperti itu mewakili eskalasi berbahaya yang mengancam keamanan dan stabilitas," imbuh Majali.
Smotrich memicu badai kecaman internasional bulan lalu setelah dia mengatakan Huwara, kota Palestina di Tepi Barat harus dimusnahkan menyusul kematian dua pemukim Yahudi Israel dalam serangan penembakan.
Kota itu kemudian diserang oleh para pemukim Israel di mana seorang warga Palestina terbunuh dan beberapa rumah serta kendaraan dirusak dibakar.
(min)