Jenderal AS: China Ancaman Paling Menantang dalam Perlombaan Senjata Antariksa!

Senin, 20 Februari 2023 - 10:20 WIB
loading...
Jenderal AS: China Ancaman Paling Menantang dalam Perlombaan Senjata Antariksa!
Kepala Operasi Luar Angkasa Amerika Serikat Jenderal Bradley Chance Saltzman sebut China ancaman paling menantang dalam perlombaan senjata antariksa. Foto/Air and Space Forces Magazine/Mike Tsukamoto
A A A
MUNICH - Seorang jenderal Amerika Serikat (AS) menunjuk China sebagai ancaman paling menantang dalam perlombaan senjata antariksa. Rusia juga menjadi ancaman di belakang China.

"Kami melihat seluruh campuran senjata diproduksi oleh pesaing strategis kami," kata Jenderal Bradley Chance Saltzman, Kepala Operasi Luar Angkasa AS, kepada sekelompok media tertentu, termasuk AFP.

"Ancaman yang paling menantang adalah China tetapi juga Rusia," katanya lagi, berbicara pada Sabtu malam di sela-sela Konferensi Keamanan Munich.

“Kita harus memperhitungkan fakta bahwa luar angkasa sebagai domain yang diperebutkan telah berubah secara mendasar. Karakter cara kita beroperasi di luar angkasa harus berubah, dan itu sebagian besar karena senjata (China) dan Rusia telah diuji dan dalam beberapa kasus dioperasionalkan," paparnya, yang dilansir Senin (20/2/2023).



Kata-katanya semakin berbobot mengingat meningkatnya ketegangan AS-China—disorot oleh ketegangan di Munich pada hari Sabtu antara Menteri Luar Negeri Antony Blinken dan diplomat top Beijing Wang Yi atas insiden balon China, yang diduga mata-mata, di atas daratan Amerika.

Blinken memperingatkan Wang bahwa China tidak boleh mengulangi "tindakan tidak bertanggung jawab" seperti mengirim balon di atas wilayah udara AS. Sementara Wang mengatakan reaksi Washington—menembak jatuh perangkat itu—telah merusak hubungan kedua negara.

Perlombaan senjata antariksa bukanlah hal baru. Pada awal 1985, Pentagon menggunakan misil untuk menghancurkan satelit dalam sebuah uji coba.

Sejak itu, pesaing Amerika Serikat berusaha menunjukkan bahwa mereka dapat bersaing, di mana China melakukan hal yang sama pada 2007, dan India pada 2019.

Pada Februari 2020, seorang jenderal Amerika mencatat bahwa ada dua satelit Rusia yang ditempatkan di orbit yang melacak satelit mata-mata AS.

Selanjutnya pada akhir 2021, Rusia menghancurkan salah satu satelitnya sendiri dengan rudal yang ditembakkan dari Bumi, dalam sebuah pertunjukan yang dikecam Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg sebagai tindakan tidak bertanggung jawab.

"Musuh memanfaatkan antariksa...menargetkan dan memperluas jangkauan senjata mereka," kata Jenderal Saltzman.

"Itu benar-benar perubahan yang terjadi di dalam domain," ujarnya.

Negara-negara semakin tertutup dalam hal aktivitas militer mereka di luar angkasa, tetapi perlombaan sedemikian rupa sehingga pada tahun 2019, tahun ketika Pentagon meluncurkan Angkatan Luar Angkasa, diperkirakan bahwa Rusia dan China berpotensi mengambil alih posisi Amerika Serikat.

Saltzman menolak gagasan bahwa Washington ada di belakang.

Tapi pertarungan telah berevolusi, beralih dari ide menghancurkan satelit dengan rudal atau satelit kamikaze, menjadi menemukan cara untuk merusaknya dengan senjata laser atau gelombang mikro yang kuat.

"Saya akan selalu memastikan bahwa saya mempertahankan kemampuan untuk melakukan fungsi yang paling kritis, seperti komando dan kendali nasional, atau komando dan kendali nuklir," kata sang jenderal.

Menurutnya, perang Ukraina telah berfungsi sebagai pengingat akan pentingnya antariksa dalam konflik saat ini dan di masa depan.

"Ruang penting untuk pertarungan modern," kata Saltzman.

"Anda dapat menyerang luar angkasa tanpa pergi (ke) luar angkasa, melalui jaringan siber atau vektor lainnya. Kita harus memastikan bahwa kita mempertahankan semua kemampuan ini."

Meningkatnya aktivitas militer, dikombinasikan dengan peningkatan produksi komersial, bagaimanapun meningkatkan potensi masalah kerusakan tambahan, puing-puing yang merusak dan, lebih luas lagi, kode etik internasional.

Saltzman tidak pernah mengadakan pembicaraan dengan rekan-rekannya dari China dan Rusia, kata pembantunya kepada AFP.

Di Munich, dia bertemu dengan menteri pertahanan Norwegia dan berpartisipasi dalam sebuah panel.

"Kami berbicara tentang perilaku yang bertanggung jawab," katanya.

"Ada cara yang tepat untuk berperilaku di luar angkasa, yang tidak menghasilkan puing-puing, yang tidak mengganggu, yang memiliki jarak aman dan lintasan yang aman, dan kami berkomunikasi saat kami memiliki masalah."

"Ruang angkasa akan menjadi semakin padat," imbuh dia.

"Jika kita dapat beroperasi dengan pemahaman yang jelas tentang standarnya, kita akan jauh lebih aman," paparnya.
(min)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2358 seconds (0.1#10.140)