Musk Sangkal Bicarakan Kesepakatan Damai Ukraina dengan Putin
Rabu, 12 Oktober 2022 - 17:04 WIB
WASHINGTON - Miliarder pendiri SpaceX sekaligus CEO Tesla, Elon Musk, membantah laporan jika ia telah berbicara langsung dengan Presiden Rusia Vladimir Putin tentang senjata nuklir dan kesepakatan damai yang akan membuat Ukraina menyerahkan wilayah ke Rusia.
"Saya hanya berbicara dengan Putin sekali dan itu sekitar 18 bulan yang lalu. Subjeknya adalah ruang angkasa," tulis Musk di Twitter, platform media sosial yang tampaknya akan dia beli.
Klaim Musk berbicara dengan Putin tentang senjata nuklir dan kesepakatan damai Ukraina awalnya dibuat oleh Ian Bremmer, presiden perusahaan konsultan Grup Eurasia, dalam sebuah buletin.
"Elon Musk memberi tahu saya bahwa dia telah berbicara dengan Putin dan Kremlin secara langsung tentang Ukraina. Dia juga memberi tahu saya apa garis merah Kremlin itu," tulis Bremmer di Twitter.
Bremmer mengatakan dia telah menulis buletin mingguannya selama 24 tahun tanpa rasa takut atau bantuan dan meskipun dia mengagumi Musk sebagai seorang pengusaha, dia bukan ahli geopolitik.
Di antara hal-hal yang dikatakan Musk kepada Bremmer adalah Putin siap untuk bernegosiasi tetapi hanya jika Crimea - yang secara ilegal dianeksasi oleh Kremlin pada tahun 2014 - tetap menjadi bagian dari Rusia.
Ada juga tuntutan nyata agar Ukraina bersikap netral, dan mengakui empat wilayah timur Ukraina yang dianeksasi oleh Rusia pada bulan September juga sebagai bagian dari Rusia.
Bremmer mengatakan bahwa Musk juga mengungkapkan bahwa Putin telah berbicara tentang potensi penggunaan senjata nuklir di Ukraina dan bahwa dia memberi tahu pemimpin Rusia itu segala sesuatu perlu dilakukan untuk menghindari hasil itu.
"Tidak ada yang harus mempercayai Bremmer," kata Musk seperti dikutip dari Euronews, Rabu (12/10/2022).
Elon Musk menjadi kontroversi di tengah konflik yang berlangsung di Ukraina minggu lalu, setelah memposting serangkaian Tweet tentang invasi Rusia ke Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba adalah di antara politisi paling terkemuka yang menanggapi komentar onlinenya.
Musk men-tweet tentang konflik itu kepada 107,7 juta pengikutnya, memberi tahu mereka terlebih dahulu bahwa untuk mencapai perdamaian antara Ukraina dan Rusia harus ada "pengulangan" dari apa yang dia sebut sebagai "pemilu" - mengacu pada referendum palsu - di bawah pengawasan PBB di empat wilayah Ukraina timur yang dianeksasi secara ilegal oleh Rusia.
Musk mengatakan Rusia meninggalkan daerah-daerah itujika itu kehendak rakyat.
Dia juga mengatakan bahwa Crimea, yang dianeksasi secara ilegal oleh Rusia pada tahun 2014, harus secara resmi menjadi bagian dari Rusia, seperti sejak tahun 1783 (sampai kesalahan Khrushchev), merujuk pada dekrit 1954 yang dikeluarkan oleh Perdana Menteri Soviet saat itu Nikita Khrushchev untuk mengalihkan tanggung jawab atas Krimea ke Republik Sosialis Soviet Ukraina.
Kalimat tentang Crimea menjadi bagian dari Ukraina adalah "kesalahan Krushchev" telah lama menjadi bahan pembicaraan Kremlin.
Crimea mengadakan referendum pada tahun 1991 tentang kemerdekaannya sebagai republik sosialis yang berbeda di dalam Uni Soviet, sebagian besar lebih memilih menjadi bagian dari Ukraina yang baru merdeka sebagai gantinya.
Pada tahun 1996, semenanjung itu mengadopsi konstitusi baru, mengamandemennya untuk mencerminkan statusnya sebagai wilayah yang sangat otonom di Ukraina.
Moskow mengakui Crimea sebagai bagian dari Ukraina dengan menandatangani Perjanjian Persahabatan 1997 antara Ukraina dan Rusia.
Bos Tesla Elon Musk juga mengatakan bahwa Ukraina harus "tetap netral," dan dalam tweet selanjutnya mengatakan, kemenangan bagi Ukraina tidak mungkin.
"Saya hanya berbicara dengan Putin sekali dan itu sekitar 18 bulan yang lalu. Subjeknya adalah ruang angkasa," tulis Musk di Twitter, platform media sosial yang tampaknya akan dia beli.
Klaim Musk berbicara dengan Putin tentang senjata nuklir dan kesepakatan damai Ukraina awalnya dibuat oleh Ian Bremmer, presiden perusahaan konsultan Grup Eurasia, dalam sebuah buletin.
"Elon Musk memberi tahu saya bahwa dia telah berbicara dengan Putin dan Kremlin secara langsung tentang Ukraina. Dia juga memberi tahu saya apa garis merah Kremlin itu," tulis Bremmer di Twitter.
Bremmer mengatakan dia telah menulis buletin mingguannya selama 24 tahun tanpa rasa takut atau bantuan dan meskipun dia mengagumi Musk sebagai seorang pengusaha, dia bukan ahli geopolitik.
Di antara hal-hal yang dikatakan Musk kepada Bremmer adalah Putin siap untuk bernegosiasi tetapi hanya jika Crimea - yang secara ilegal dianeksasi oleh Kremlin pada tahun 2014 - tetap menjadi bagian dari Rusia.
Ada juga tuntutan nyata agar Ukraina bersikap netral, dan mengakui empat wilayah timur Ukraina yang dianeksasi oleh Rusia pada bulan September juga sebagai bagian dari Rusia.
Bremmer mengatakan bahwa Musk juga mengungkapkan bahwa Putin telah berbicara tentang potensi penggunaan senjata nuklir di Ukraina dan bahwa dia memberi tahu pemimpin Rusia itu segala sesuatu perlu dilakukan untuk menghindari hasil itu.
"Tidak ada yang harus mempercayai Bremmer," kata Musk seperti dikutip dari Euronews, Rabu (12/10/2022).
Elon Musk menjadi kontroversi di tengah konflik yang berlangsung di Ukraina minggu lalu, setelah memposting serangkaian Tweet tentang invasi Rusia ke Ukraina.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy dan Menteri Luar Negeri Dmytro Kuleba adalah di antara politisi paling terkemuka yang menanggapi komentar onlinenya.
Musk men-tweet tentang konflik itu kepada 107,7 juta pengikutnya, memberi tahu mereka terlebih dahulu bahwa untuk mencapai perdamaian antara Ukraina dan Rusia harus ada "pengulangan" dari apa yang dia sebut sebagai "pemilu" - mengacu pada referendum palsu - di bawah pengawasan PBB di empat wilayah Ukraina timur yang dianeksasi secara ilegal oleh Rusia.
Musk mengatakan Rusia meninggalkan daerah-daerah itujika itu kehendak rakyat.
Dia juga mengatakan bahwa Crimea, yang dianeksasi secara ilegal oleh Rusia pada tahun 2014, harus secara resmi menjadi bagian dari Rusia, seperti sejak tahun 1783 (sampai kesalahan Khrushchev), merujuk pada dekrit 1954 yang dikeluarkan oleh Perdana Menteri Soviet saat itu Nikita Khrushchev untuk mengalihkan tanggung jawab atas Krimea ke Republik Sosialis Soviet Ukraina.
Kalimat tentang Crimea menjadi bagian dari Ukraina adalah "kesalahan Krushchev" telah lama menjadi bahan pembicaraan Kremlin.
Crimea mengadakan referendum pada tahun 1991 tentang kemerdekaannya sebagai republik sosialis yang berbeda di dalam Uni Soviet, sebagian besar lebih memilih menjadi bagian dari Ukraina yang baru merdeka sebagai gantinya.
Pada tahun 1996, semenanjung itu mengadopsi konstitusi baru, mengamandemennya untuk mencerminkan statusnya sebagai wilayah yang sangat otonom di Ukraina.
Moskow mengakui Crimea sebagai bagian dari Ukraina dengan menandatangani Perjanjian Persahabatan 1997 antara Ukraina dan Rusia.
Bos Tesla Elon Musk juga mengatakan bahwa Ukraina harus "tetap netral," dan dalam tweet selanjutnya mengatakan, kemenangan bagi Ukraina tidak mungkin.
(ian)
Lihat Juga :
tulis komentar anda