Warga Rusia Dukung Amandemen, Putin Berkuasa Hingga 2036
Kamis, 02 Juli 2020 - 09:08 WIB
MOSKOW - Mayoritas warga Rusia menyetujui amandemen konstitusi dalam referendum selama seminggu yang berakhir pada Rabu kemarin. Hasil ini memungkinkan Presiden Vladimir Putin berkuasa hingga 2036.
Dengan sebagian besar jajak pendapat telah ditutup dan 15% dari daerah yang melakukan penghitungan, sebanyak 71% pemilih mendukung amandemen konstitusi Rusia seperti disitir dari Time, Kamis (2/7/2020).
Meski begitu, para kritikus menilai referedum itu telah dirusak oleh tekanan kepada para pemilih dan sejumlah penyimpangan lainnya.
Kampanye propaganda besar-besaran dan kegagalan oposisi untuk menghadapi tantangan yang terkoordinasi membantu Putin mendapatkan hasil yang diinginkannya. Tetapi referendum tersebut akhirnya dapat mengikis posisinya karena metode tidak konvensional yang digunakan untuk meningkatkan partisipasi dan dasar hukum yang meragukan.
Pengkritik Kremlin dan pengamat pemilu independen mempertanyakan angka-angka resmi.
"Kami melihat daerah tetangga, dan anomali sudah jelas - ada daerah di mana jumlah pemilih meningkat secara artifisial (didorong), ada daerah yang kurang lebih nyata," kata Grigory Melkonyants, ketua bersama kelompok pemantau pemilu Golos, kepada The Associated Press yang dinukil Fox News.
Analis Gleb Pavlovsky, mantan konsultan politik Kremlin, mengatakan dorongan Putin untuk memegang suara, meskipun fakta bahwa Rusia memiliki ribuan kasus infeksi virus Corona baru setiap hari, mencerminkan potensi kelemahannya.
"Putin kurang percaya diri di lingkaran dalam dan dia khawatir tentang masa depan," ujar Pavlovsky. "Dia menginginkan bukti dukungan publik yang tak terbantahkan," imbuhnya.
Meskipun persetujuan parlemen atas perubahan sudah cukup untuk membuatnya menjadi undang-undang, presiden Rusia yang berusia 67 tahun itu meletakkan rencana konstitusionalnya kepada para pemilih untuk menunjukkan dukungannya yang luas dan menambahkan lapisan demokratis kepada mereka. Tapi kemudian pandemi virus Corona menelan Rusia, memaksanya untuk menunda pemungutan suara yang sejatinya dilakukan pada 22 April.
Dengan sebagian besar jajak pendapat telah ditutup dan 15% dari daerah yang melakukan penghitungan, sebanyak 71% pemilih mendukung amandemen konstitusi Rusia seperti disitir dari Time, Kamis (2/7/2020).
Meski begitu, para kritikus menilai referedum itu telah dirusak oleh tekanan kepada para pemilih dan sejumlah penyimpangan lainnya.
Kampanye propaganda besar-besaran dan kegagalan oposisi untuk menghadapi tantangan yang terkoordinasi membantu Putin mendapatkan hasil yang diinginkannya. Tetapi referendum tersebut akhirnya dapat mengikis posisinya karena metode tidak konvensional yang digunakan untuk meningkatkan partisipasi dan dasar hukum yang meragukan.
Pengkritik Kremlin dan pengamat pemilu independen mempertanyakan angka-angka resmi.
"Kami melihat daerah tetangga, dan anomali sudah jelas - ada daerah di mana jumlah pemilih meningkat secara artifisial (didorong), ada daerah yang kurang lebih nyata," kata Grigory Melkonyants, ketua bersama kelompok pemantau pemilu Golos, kepada The Associated Press yang dinukil Fox News.
Analis Gleb Pavlovsky, mantan konsultan politik Kremlin, mengatakan dorongan Putin untuk memegang suara, meskipun fakta bahwa Rusia memiliki ribuan kasus infeksi virus Corona baru setiap hari, mencerminkan potensi kelemahannya.
"Putin kurang percaya diri di lingkaran dalam dan dia khawatir tentang masa depan," ujar Pavlovsky. "Dia menginginkan bukti dukungan publik yang tak terbantahkan," imbuhnya.
Meskipun persetujuan parlemen atas perubahan sudah cukup untuk membuatnya menjadi undang-undang, presiden Rusia yang berusia 67 tahun itu meletakkan rencana konstitusionalnya kepada para pemilih untuk menunjukkan dukungannya yang luas dan menambahkan lapisan demokratis kepada mereka. Tapi kemudian pandemi virus Corona menelan Rusia, memaksanya untuk menunda pemungutan suara yang sejatinya dilakukan pada 22 April.
Lihat Juga :
tulis komentar anda