Rusia Gagal Bayar Utang untuk Pertama Kalinya sejak 1998
Senin, 27 Juni 2022 - 09:29 WIB
MOSKOW - Rusia telah gagal membayar utang luar negeri untuk pertama kalinya sejak 1998. Itu terjadi setelah negara itu melewatkan tenggat waktu hari Minggu untuk melakukan pembayaran bunga USD100 juta.
Rusia sejatinya memiliki uang dan bersedia membayar utang, tetapi sanksi membuat pembayaran kepada kreditur internasional tidak dapat dilakukan.
Kremlin telah bertekad untuk menghindari default [gagal bayar utang] pertama sejak 1998, dan pukulan besar bagi prestise bangsa.
Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov menyebut situasi seperti ini "lelucon".
Rusia tampaknya berada di jalur yang tak terhindarkan untuk default sejak sanksi pertama kali dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa setelah invasi ke Ukraina.
Sanksi-sanksi itu membatasi akses Rusia ke jaringan perbankan internasional yang akan memproses pembayaran dari Rusia kepada investor di seluruh dunia.
Pemerintah Rusia telah mengatakan ingin melakukan semua pembayaran tepat waktu, dan mengeklaim sampai sekarang telah berhasil.
Sekitar USD40 miliar utang Rusia dalam mata uang dolar atau euro, dengan sekitar setengahnya disimpan di luar negeri.
Default ini adalah yang pertama sejak 1998 atau sejak akhir yang kacau dari rezim Boris Yeltsin.
Pembayaran bunga USD100 juta jatuh tempo pada 27 Mei. Rusia mengatakan uang itu dikirim ke Euroclear, bank yang kemudian akan mendistribusikan pembayaran kepada investor.
Tetapi pembayaran itu terhenti di sana, menurut Bloomberg News, dan kreditur belum menerimanya.
Uang belum tiba dalam waktu 30 hari dari tanggal jatuh tempo, yaitu Minggu malam, dan dianggap sebagai default.
Euroclear tidak akan mengatakan apakah pembayaran telah diblokir, tetapi mengatakan bahwa pihaknya mematuhi semua sanksi.
Menteri Keuangan Anton Siluanov mengakui investor asing "tidak akan dapat menerima" pembayaran. Pengakuan itu dikutip kantor berita RIA Novosti, Senin (27/6/2022).
Itu, kata dia, karena dua alasan. "Yang pertama adalah infrastruktur asing—bank koresponden, sistem penyelesaian dan kliring, penyimpanan—dilarang melakukan operasi apa pun yang terkait dengan Rusia. Yang kedua adalah investor asing secara tegas dilarang menerima pembayaran dari kami," paparnya.
Karena Rusia ingin membayar dan memiliki banyak uang untuk melakukannya, ia menyangkal bahwa ini merupakan default asli, yang biasanya terjadi ketika pemerintah menolak untuk membayar, atau ekonomi mereka sangat lemah sehingga mereka tidak dapat menemukan uang.
“Semua orang yang tahu memahami bahwa ini sama sekali bukan default,” katanya. "Seluruh situasi ini terlihat seperti lelucon."
Meskipun default adalah pukulan simbolis, itu akan memiliki beberapa konsekuensi praktis langsung bagi Rusia.
Negara-negara yang gagal membayar utang biasanya merasa tidak mungkin untuk meminjam uang lagi, tetapi Rusia sudah secara efektif dilarang meminjam di pasar Barat karena terkena sanksi.
Bagaimanapun, Rusia dilaporkan menghasilkan sekitar 1 miliar dolar per hari dari ekspor bahan bakar fosil, dan Siluanov mengatakan pada bulan April bahwa negara itu tidak memiliki rencana untuk meminjam lebih banyak.
Rusia sejatinya memiliki uang dan bersedia membayar utang, tetapi sanksi membuat pembayaran kepada kreditur internasional tidak dapat dilakukan.
Kremlin telah bertekad untuk menghindari default [gagal bayar utang] pertama sejak 1998, dan pukulan besar bagi prestise bangsa.
Menteri Keuangan Rusia Anton Siluanov menyebut situasi seperti ini "lelucon".
Rusia tampaknya berada di jalur yang tak terhindarkan untuk default sejak sanksi pertama kali dijatuhkan oleh Amerika Serikat (AS) dan Uni Eropa setelah invasi ke Ukraina.
Sanksi-sanksi itu membatasi akses Rusia ke jaringan perbankan internasional yang akan memproses pembayaran dari Rusia kepada investor di seluruh dunia.
Pemerintah Rusia telah mengatakan ingin melakukan semua pembayaran tepat waktu, dan mengeklaim sampai sekarang telah berhasil.
Sekitar USD40 miliar utang Rusia dalam mata uang dolar atau euro, dengan sekitar setengahnya disimpan di luar negeri.
Default ini adalah yang pertama sejak 1998 atau sejak akhir yang kacau dari rezim Boris Yeltsin.
Pembayaran bunga USD100 juta jatuh tempo pada 27 Mei. Rusia mengatakan uang itu dikirim ke Euroclear, bank yang kemudian akan mendistribusikan pembayaran kepada investor.
Tetapi pembayaran itu terhenti di sana, menurut Bloomberg News, dan kreditur belum menerimanya.
Uang belum tiba dalam waktu 30 hari dari tanggal jatuh tempo, yaitu Minggu malam, dan dianggap sebagai default.
Euroclear tidak akan mengatakan apakah pembayaran telah diblokir, tetapi mengatakan bahwa pihaknya mematuhi semua sanksi.
Menteri Keuangan Anton Siluanov mengakui investor asing "tidak akan dapat menerima" pembayaran. Pengakuan itu dikutip kantor berita RIA Novosti, Senin (27/6/2022).
Itu, kata dia, karena dua alasan. "Yang pertama adalah infrastruktur asing—bank koresponden, sistem penyelesaian dan kliring, penyimpanan—dilarang melakukan operasi apa pun yang terkait dengan Rusia. Yang kedua adalah investor asing secara tegas dilarang menerima pembayaran dari kami," paparnya.
Karena Rusia ingin membayar dan memiliki banyak uang untuk melakukannya, ia menyangkal bahwa ini merupakan default asli, yang biasanya terjadi ketika pemerintah menolak untuk membayar, atau ekonomi mereka sangat lemah sehingga mereka tidak dapat menemukan uang.
“Semua orang yang tahu memahami bahwa ini sama sekali bukan default,” katanya. "Seluruh situasi ini terlihat seperti lelucon."
Meskipun default adalah pukulan simbolis, itu akan memiliki beberapa konsekuensi praktis langsung bagi Rusia.
Negara-negara yang gagal membayar utang biasanya merasa tidak mungkin untuk meminjam uang lagi, tetapi Rusia sudah secara efektif dilarang meminjam di pasar Barat karena terkena sanksi.
Bagaimanapun, Rusia dilaporkan menghasilkan sekitar 1 miliar dolar per hari dari ekspor bahan bakar fosil, dan Siluanov mengatakan pada bulan April bahwa negara itu tidak memiliki rencana untuk meminjam lebih banyak.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda