Iran Buka Diri untuk Dialog Lanjutan dengan Saudi, Syaratnya Saling Menghormati
Minggu, 06 Februari 2022 - 16:41 WIB
TEHERAN - Iran siap untuk melakukan lebih banyak pembicaraan dengan Arab Saudi , jika Riyadh bersedia mengadakan pembicaraan dalam suasana saling pengertian dan menghormati. Demikian dilaporkan kantor berita semi-resmi Fars, mengutip Presiden Iran Ebrahim Raisi, Sabtu (5/2/2022).
"Iran siap untuk melanjutkan negosiasi ini sampai mencapai hasil, asalkan Saudi bersedia melanjutkan negosiasi dalam suasana saling pengertian dan menghormati," kata Raisi dikutip Fars dalam panggilan telepon dengan Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhimi.
Sebelumnya, Teheran dan Riyadh telah mengadakan empat putaran pembicaraan di Irak, dengan Baghdad berharap mediasinya akan menghentikan upaya tetangga untuk menyelesaikan masalah di wilayahnya. Arab Saudi telah menggambarkan pembicaraan itu sebagai pembicaraan yang ramah, tetapi eksploratif. Sementara Teheran mengatakan mereka telah mengambil "jarak yang baik".
Tanda kuat kian mencairnya hubungan Iran dengan Saudi adalah setelah tiga diplomat Iran dilaporkan telah tiba di Jeddah, Arab Saudi untuk membuka kembali kantor perwakilan Iran untuk Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (17/1/2022), tiga diplomat yang tidak disebutkan namanya itu telah mendarat di kota tempat organisasi beranggota 57 negara itu bermarkas.
Mereka bertugas untuk memulai kembali operasi di kantor yang telah ditutup selama 6 tahun, menyusul keretakan diplomatik antara kedua negara.
Juru bicara kementerian luar negeri Iran, Saeed Khatibzadeh mengkonfirmasi, bahwa tiga diplomat itu telah menerima visa dari Arab Saudi dan terlibat dalam upaya untuk membuka kembali kantor perwakilan Iran untuk OKI.
Iran dan Arab Saudi, yang memutuskan hubungan diplomatik pada 2016, meluncurkan pembicaraan langsung yang diselenggarakan oleh Irak tahun lalu pada saat kekuatan global mencoba menyelamatkan pakta nuklir 2015 dengan Teheran, dan sebagai upaya pimpinan PBB untuk mengakhiri perang di Yaman.
Arab Saudi dan Iran telah mendukung pihak yang berseberangan dalam konflik regional dan perselisihan politik di Suriah, Lebanon, dan Irak selama bertahun-tahun. Arab Saudi juga memimpin koalisi Arab yang berperang melawan gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman sejak 2015.
"Iran siap untuk melanjutkan negosiasi ini sampai mencapai hasil, asalkan Saudi bersedia melanjutkan negosiasi dalam suasana saling pengertian dan menghormati," kata Raisi dikutip Fars dalam panggilan telepon dengan Perdana Menteri Irak, Mustafa al-Kadhimi.
Sebelumnya, Teheran dan Riyadh telah mengadakan empat putaran pembicaraan di Irak, dengan Baghdad berharap mediasinya akan menghentikan upaya tetangga untuk menyelesaikan masalah di wilayahnya. Arab Saudi telah menggambarkan pembicaraan itu sebagai pembicaraan yang ramah, tetapi eksploratif. Sementara Teheran mengatakan mereka telah mengambil "jarak yang baik".
Tanda kuat kian mencairnya hubungan Iran dengan Saudi adalah setelah tiga diplomat Iran dilaporkan telah tiba di Jeddah, Arab Saudi untuk membuka kembali kantor perwakilan Iran untuk Organisasi Kerjasama Islam (OKI). Seperti dikutip dari Al Jazeera, Senin (17/1/2022), tiga diplomat yang tidak disebutkan namanya itu telah mendarat di kota tempat organisasi beranggota 57 negara itu bermarkas.
Mereka bertugas untuk memulai kembali operasi di kantor yang telah ditutup selama 6 tahun, menyusul keretakan diplomatik antara kedua negara.
Juru bicara kementerian luar negeri Iran, Saeed Khatibzadeh mengkonfirmasi, bahwa tiga diplomat itu telah menerima visa dari Arab Saudi dan terlibat dalam upaya untuk membuka kembali kantor perwakilan Iran untuk OKI.
Iran dan Arab Saudi, yang memutuskan hubungan diplomatik pada 2016, meluncurkan pembicaraan langsung yang diselenggarakan oleh Irak tahun lalu pada saat kekuatan global mencoba menyelamatkan pakta nuklir 2015 dengan Teheran, dan sebagai upaya pimpinan PBB untuk mengakhiri perang di Yaman.
Arab Saudi dan Iran telah mendukung pihak yang berseberangan dalam konflik regional dan perselisihan politik di Suriah, Lebanon, dan Irak selama bertahun-tahun. Arab Saudi juga memimpin koalisi Arab yang berperang melawan gerakan Houthi yang bersekutu dengan Iran di Yaman sejak 2015.
(esn)
tulis komentar anda