Kasus Covid-19 Melonjak, Jepang Desak AS Batasi Pergerakan Pasukannya
Jum'at, 07 Januari 2022 - 01:20 WIB
TOKYO - Menteri Luar Negeri Jepang , Yoshimasa Hayashi mendesak rekannya dari Amerika Serikat (AS) pada Kamis (6/1/2022) untuk mempertimbangkan membatasi pergerakan pasukan AS di Jepang. Desakan ini muncul setelah adanya lonjakan kasus COVID-19 di pangkalan militer AS dan komunitas sekitarnya.
Permintaan Hayashi kepada Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken datang ketika kasus virus Covid-19 melonjak di Okinawa. Wilayah ini menampung sebagian besar pasukan AS di Jepang dan sekarang mengalami peningkatan infeksi masyarakat.
“Dalam panggilan telepon dengan Blinken, Hayashi sangat meminta penguatan langkah-langkah untuk mencegah perluasan infeksi,” kata kementerian luar negeri Jepang dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Channel News Asia.
“Hayashi meminta Blinken untuk mempertimbangkan pembatasan tamasya (oleh pasukan AS) untuk meredakan kekhawatiran di antara penduduk setempat, mengingat situasi infeksi virus corona di antara pasukan AS di Jepang," pernyataan itu menambahkan.
Gubernur kawasan itu menyalahkan peningkatan kasus lokal pada kelompok yang pertama kali terlihat di antara pasukan AS. “Okinawa akan meminta pemerintah pusat mengesahkan pembatasan virus baru,” kata Gubernur Okinawa, Denny Tamaki setelah wilayah pulau selatan melaporkan 623 kasus pada Rabu - hampir tiga kali lipat dari angka hari sebelumnya.
Semenrara Pasukan AS di Jepang mengatakan bahwa mereka "menetapkan langkah-langkah mitigasi yang lebih ketat dalam upaya lebih lanjut untuk mencegah penularan virus". “Langkah-langkah itu termasuk mewajibkan personel militer AS untuk mengenakan masker di luar pangkalan dan untuk mandat pengujian yang lebih ketat,” sebut pernyataan militer AS.
Menurut pemerintah Jepang, ada lebih dari 400 kasus COVID-19 yang dilaporkan di pangkalan AS di Okinawa pada 4 Januari. Jepang menghentikan masuknya hampir semua pelancong asing pada akhir November, setelah Omicron disebut sebagai varian yang menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Tetapi militer AS telah dapat memindahkan staf masuk dan keluar negara di bawah pengujian dan karantina yang terpisah, dan kekhawatiran tentang keluarnya virus ke masyarakat umum telah membuat penduduk di dekat pangkalan gelisah.
Hayashi kemudian mengatakan bahwa militer AS tidak mengikuti kebijakan Jepang untuk menguji para pelancong yang masuk untuk virus pada saat kedatangan, dan mengharuskan mereka untuk dikarantina selama dua minggu.
Sejak pengaduan itu, tentara AS sekarang sedang diuji dalam waktu 24 jam setelah kedatangan, menurut pemerintah Jepang. Infeksi di antara anggota pasukan AS tidak termasuk dalam laporan kasus harian Okinawa, meskipun kasus di antara staf lokal Jepang di pangkalan AS termasuk.
Permintaan Hayashi kepada Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken datang ketika kasus virus Covid-19 melonjak di Okinawa. Wilayah ini menampung sebagian besar pasukan AS di Jepang dan sekarang mengalami peningkatan infeksi masyarakat.
“Dalam panggilan telepon dengan Blinken, Hayashi sangat meminta penguatan langkah-langkah untuk mencegah perluasan infeksi,” kata kementerian luar negeri Jepang dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip dari Channel News Asia.
“Hayashi meminta Blinken untuk mempertimbangkan pembatasan tamasya (oleh pasukan AS) untuk meredakan kekhawatiran di antara penduduk setempat, mengingat situasi infeksi virus corona di antara pasukan AS di Jepang," pernyataan itu menambahkan.
Gubernur kawasan itu menyalahkan peningkatan kasus lokal pada kelompok yang pertama kali terlihat di antara pasukan AS. “Okinawa akan meminta pemerintah pusat mengesahkan pembatasan virus baru,” kata Gubernur Okinawa, Denny Tamaki setelah wilayah pulau selatan melaporkan 623 kasus pada Rabu - hampir tiga kali lipat dari angka hari sebelumnya.
Semenrara Pasukan AS di Jepang mengatakan bahwa mereka "menetapkan langkah-langkah mitigasi yang lebih ketat dalam upaya lebih lanjut untuk mencegah penularan virus". “Langkah-langkah itu termasuk mewajibkan personel militer AS untuk mengenakan masker di luar pangkalan dan untuk mandat pengujian yang lebih ketat,” sebut pernyataan militer AS.
Menurut pemerintah Jepang, ada lebih dari 400 kasus COVID-19 yang dilaporkan di pangkalan AS di Okinawa pada 4 Januari. Jepang menghentikan masuknya hampir semua pelancong asing pada akhir November, setelah Omicron disebut sebagai varian yang menjadi perhatian Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Tetapi militer AS telah dapat memindahkan staf masuk dan keluar negara di bawah pengujian dan karantina yang terpisah, dan kekhawatiran tentang keluarnya virus ke masyarakat umum telah membuat penduduk di dekat pangkalan gelisah.
Hayashi kemudian mengatakan bahwa militer AS tidak mengikuti kebijakan Jepang untuk menguji para pelancong yang masuk untuk virus pada saat kedatangan, dan mengharuskan mereka untuk dikarantina selama dua minggu.
Sejak pengaduan itu, tentara AS sekarang sedang diuji dalam waktu 24 jam setelah kedatangan, menurut pemerintah Jepang. Infeksi di antara anggota pasukan AS tidak termasuk dalam laporan kasus harian Okinawa, meskipun kasus di antara staf lokal Jepang di pangkalan AS termasuk.
(esn)
tulis komentar anda