Iran Blokir Inspeksi ke Situs Nuklir
Sabtu, 06 Juni 2020 - 13:24 WIB
WINA - Badan pengawas nuklir PBB menyatakan keprihatinan serius terhadap Iran yang secara terus menerus tidak mengizinkan akses ke situs-situs yang ingin dikunjungi badan tersebut. Badan Energi Atom Internasional (IAEA) mengatakan bahwa selama lebih dari empat bulan Iran telah memblokir inspeksi dua lokasi yang dicurigai.
Diyakini aktivitas di sana terjadi jauh sebelum Iran sepakat untuk membatasi ambisi nuklirnya sesuai kesepakatan 2015. Salah satu situs mungkin telah digunakan untuk pemrosesan dan konversi bijih uranium pada tahun 2003.
IAEA juga mengatakan situs ketiga dengan kemungkinan kehadiran uranium yang tidak dideklarasikan mengalami sanitasi dan leveling yang luas pada tahun 2003 dan 2004.
Namun IAEA tidak secara terbuka menyebutkan ketiga situs tersebut.
Dalam laporan terpisah IAEA mengatakan persediaan uranium yang diperkaya Iran sekarang melebihi batas yang disepakati.
Iran dilaporkan telah memiliki 1.571,6 kg uranium yang diperkaya rendah pada 20 Mei, jauh di atas batas 300 kg yang disepakati.
Tingkat pengayaan tertinggi dalam stockpile adalah 4,5%, melanggar batas 3,67% perjanjian. Namun, masih di bawah level yang diperlukan untuk membuat bahan fisil untuk senjata nuklir.
Sebuah sumber diplomatik mengatakan kepada AFP bahwa tingkat pengayaan Iran tidak berubah secara signifikan sejak laporan IAEA sebelumnya pada bulan Maret.
Badan itu mengatakan masih memiliki akses ke semua situs nuklir yang diperlukan untuk memantau aktivitas nuklir Iran saat ini, meskipun kesulitan yang disebabkan oleh pandemi virus Corona. Badan itu juga mencatat kerja sama luar biasa oleh otoritas Iran.
Temuan ini, yang dituangkan dalam dua laporan yang tidak dirilis, diharapkan akan dibahas oleh agensi pada pertengahan Juni mendatang seperti dikutip dari BBC, Sabtu (6/6/2020).
Laporan ini datang di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS), yang menarik diri dari perjanjian internasional 2015.
Iran sendiri selalu membantah bahwa mereka pernah berusaha mengembangkan senjata nuklir, bersikeras bahwa program nuklirnya untuk kepentingan damai.
Diyakini aktivitas di sana terjadi jauh sebelum Iran sepakat untuk membatasi ambisi nuklirnya sesuai kesepakatan 2015. Salah satu situs mungkin telah digunakan untuk pemrosesan dan konversi bijih uranium pada tahun 2003.
IAEA juga mengatakan situs ketiga dengan kemungkinan kehadiran uranium yang tidak dideklarasikan mengalami sanitasi dan leveling yang luas pada tahun 2003 dan 2004.
Namun IAEA tidak secara terbuka menyebutkan ketiga situs tersebut.
Dalam laporan terpisah IAEA mengatakan persediaan uranium yang diperkaya Iran sekarang melebihi batas yang disepakati.
Iran dilaporkan telah memiliki 1.571,6 kg uranium yang diperkaya rendah pada 20 Mei, jauh di atas batas 300 kg yang disepakati.
Tingkat pengayaan tertinggi dalam stockpile adalah 4,5%, melanggar batas 3,67% perjanjian. Namun, masih di bawah level yang diperlukan untuk membuat bahan fisil untuk senjata nuklir.
Sebuah sumber diplomatik mengatakan kepada AFP bahwa tingkat pengayaan Iran tidak berubah secara signifikan sejak laporan IAEA sebelumnya pada bulan Maret.
Badan itu mengatakan masih memiliki akses ke semua situs nuklir yang diperlukan untuk memantau aktivitas nuklir Iran saat ini, meskipun kesulitan yang disebabkan oleh pandemi virus Corona. Badan itu juga mencatat kerja sama luar biasa oleh otoritas Iran.
Temuan ini, yang dituangkan dalam dua laporan yang tidak dirilis, diharapkan akan dibahas oleh agensi pada pertengahan Juni mendatang seperti dikutip dari BBC, Sabtu (6/6/2020).
Laporan ini datang di tengah meningkatnya ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat (AS), yang menarik diri dari perjanjian internasional 2015.
Iran sendiri selalu membantah bahwa mereka pernah berusaha mengembangkan senjata nuklir, bersikeras bahwa program nuklirnya untuk kepentingan damai.
(ber)
Lihat Juga :
tulis komentar anda