Eks Petinggi Pentagon: AS Telah Kalah dalam Pertempuran AI dengan China
Senin, 11 Oktober 2021 - 15:54 WIB
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) telah kalah dalam pertempuran artificial intelligence (AI) atau kecerdesan buatan dengan China . Demikian disampaikan mantan kepala perangkat lunak Pentagon, Nicolas Chaillan, kepada Financial Times, Senin (11/10/2021).
Chaillan mengatakan Beijing sedang menuju dominasi global karena kemajuan teknologinya.
Menurut penilaian intelijen Barat, China—ekonomi terbesar kedua di dunia—kemungkinan akan mendominasi banyak teknologi utama yang muncul, terutama kecerdasan buatan, biologi sintetik, dan genetika dalam satu dekade atau lebih.
Chaillan, kepala perangkat lunak pertama Pentagon yang mengundurkan diri sebagai protes terhadap lambatnya transformasi teknologi di militer AS, mengatakan kegagalan untuk merespons membahayakan Amerika Serikat.
“Kami tidak memiliki peluang bertarung yang bersaing melawan China dalam 15 hingga 20 tahun. Saat ini, ini sudah menjadi kesepakatan; ini sudah berakhir menurut saya,” katanya kepada surat kabar yang berbasis di London tersebut, yang dikutip Reuters.
"Apakah dibutuhkan perang atau tidak, itu semacam anekdot," katanya lagi.
"China akan mendominasi masa depan dunia, mengendalikan segalanya mulai dari narasi media hingga geopolitik," imbuh dia.
Chaillan menyalahkan inovasi yang lamban, keengganan perusahaan AS seperti Google untuk bekerja sama dengan negara dalam AI dan perdebatan etika yang luas mengenai teknologi tersebut.
Chaillan mengatakan Beijing sedang menuju dominasi global karena kemajuan teknologinya.
Menurut penilaian intelijen Barat, China—ekonomi terbesar kedua di dunia—kemungkinan akan mendominasi banyak teknologi utama yang muncul, terutama kecerdasan buatan, biologi sintetik, dan genetika dalam satu dekade atau lebih.
Chaillan, kepala perangkat lunak pertama Pentagon yang mengundurkan diri sebagai protes terhadap lambatnya transformasi teknologi di militer AS, mengatakan kegagalan untuk merespons membahayakan Amerika Serikat.
“Kami tidak memiliki peluang bertarung yang bersaing melawan China dalam 15 hingga 20 tahun. Saat ini, ini sudah menjadi kesepakatan; ini sudah berakhir menurut saya,” katanya kepada surat kabar yang berbasis di London tersebut, yang dikutip Reuters.
"Apakah dibutuhkan perang atau tidak, itu semacam anekdot," katanya lagi.
"China akan mendominasi masa depan dunia, mengendalikan segalanya mulai dari narasi media hingga geopolitik," imbuh dia.
Chaillan menyalahkan inovasi yang lamban, keengganan perusahaan AS seperti Google untuk bekerja sama dengan negara dalam AI dan perdebatan etika yang luas mengenai teknologi tersebut.
tulis komentar anda