India Kerahkan 50.000 Tentara ke Perbatasan dengan China
Selasa, 29 Juni 2021 - 11:56 WIB
Reorientasi berarti India setiap saat akan memiliki lebih banyak pasukan yang diaklimatisasi untuk berperang di dataran tinggi Himalaya, sementara jumlah pasukan yang hanya ditujukan untuk perbatasan barat dengan Pakistan akan dikurangi.
Militer India dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu mengatakan Menteri Pertahanan India Rajnath Singh, didampingi oleh pejabat militer senior termasuk Panglima Angkatan Darat Jenderal MM Naravane, berada di Ladakh untuk meninjau kesiapan militer.
Itu adalah kunjungan pertama Singh ke daerah itu sejak pelepasan pasukan India dan China pada Februari dari tepi Pangong Tso, sebuah danau glasial sekitar 14.000 kaki di atas permukaan laut.
Masih menurut beberapa sumber, India juga telah memperoleh kemampuan ofensif di sepanjang dataran tinggi Tibet selatan di dekat pusat perbatasan. Di daerah yang lebih berpenduduk itu, tentara reguler yang dilengkapi dengan senapan mesin telah bergabung dengan perwira paramiliter bersenjata ringan.
Sumber-sumber itu melanjutkan, di negara bagian timur jauh Arunachal Pradesh—di mana sebagian besar pasukan perbatasan India telah ditempatkan dan di mana sebagian besar perang India-China tahun 1962 terjadi—, jet tempur Rafale buatan Prancis yang baru diakuisisi yang dipersenjatai dengan rudal jarak jauh dikerahkan untuk mendukung tentara darat.
Angkatan Laut India juga mengambil tindakan, menempatkan lebih banyak kapal perang di sepanjang jalur laut utama untuk jangka waktu yang lebih lama. Upayanya termasuk mempelajari energi dan arus perdagangan masuk dan keluar dari China. Hal itu diungkap seorang pejabat Angkatan Laut India yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Manuver-manuver militer New Delhi ini mengikuti periode relatif tenang setelah pertempuran musim panas tahun lalu yang membuat India kehilangan kendali atas sekitar 300 kilometer persegi (115 mil persegi) tanah di sepanjang daerah pegunungan yang disengketakan.
Bentrokan terburuk pada Juni menewaskan 20 tentara India dan empat tentara China.
Bagi Perdana Menteri Narendra Modi, perubahan kebijakan militer itu terjadi ketika pandemi merusak pedalaman India dan ekonomi berkontraksi paling buruk dalam empat dekade, menyisakan lebih sedikit uang untuk pertahanan. Pada saat yang sama, India meningkatkan kerjasama keamanan dengan sesama mitra Quad—Amerika Serikat, Jepang, dan Australia—untuk menghalau pengaruh China.
“Krisis selama setahun terakhir telah membawa pulang kenyataan bagi para pembuat keputusan India bahwa China menghadirkan tantangan strategis terbesar di masa depan, dan itu telah menyebabkan mengalihkan perhatian dari Pakistan,” kata Sushant Singh, seorang fellow senior di Centre for Policy Research dan dosen tamu di Universitas Yale.
Militer India dalam sebuah pernyataan pada hari Minggu mengatakan Menteri Pertahanan India Rajnath Singh, didampingi oleh pejabat militer senior termasuk Panglima Angkatan Darat Jenderal MM Naravane, berada di Ladakh untuk meninjau kesiapan militer.
Itu adalah kunjungan pertama Singh ke daerah itu sejak pelepasan pasukan India dan China pada Februari dari tepi Pangong Tso, sebuah danau glasial sekitar 14.000 kaki di atas permukaan laut.
Masih menurut beberapa sumber, India juga telah memperoleh kemampuan ofensif di sepanjang dataran tinggi Tibet selatan di dekat pusat perbatasan. Di daerah yang lebih berpenduduk itu, tentara reguler yang dilengkapi dengan senapan mesin telah bergabung dengan perwira paramiliter bersenjata ringan.
Sumber-sumber itu melanjutkan, di negara bagian timur jauh Arunachal Pradesh—di mana sebagian besar pasukan perbatasan India telah ditempatkan dan di mana sebagian besar perang India-China tahun 1962 terjadi—, jet tempur Rafale buatan Prancis yang baru diakuisisi yang dipersenjatai dengan rudal jarak jauh dikerahkan untuk mendukung tentara darat.
Angkatan Laut India juga mengambil tindakan, menempatkan lebih banyak kapal perang di sepanjang jalur laut utama untuk jangka waktu yang lebih lama. Upayanya termasuk mempelajari energi dan arus perdagangan masuk dan keluar dari China. Hal itu diungkap seorang pejabat Angkatan Laut India yang meminta untuk tidak disebutkan namanya.
Manuver-manuver militer New Delhi ini mengikuti periode relatif tenang setelah pertempuran musim panas tahun lalu yang membuat India kehilangan kendali atas sekitar 300 kilometer persegi (115 mil persegi) tanah di sepanjang daerah pegunungan yang disengketakan.
Bentrokan terburuk pada Juni menewaskan 20 tentara India dan empat tentara China.
Bagi Perdana Menteri Narendra Modi, perubahan kebijakan militer itu terjadi ketika pandemi merusak pedalaman India dan ekonomi berkontraksi paling buruk dalam empat dekade, menyisakan lebih sedikit uang untuk pertahanan. Pada saat yang sama, India meningkatkan kerjasama keamanan dengan sesama mitra Quad—Amerika Serikat, Jepang, dan Australia—untuk menghalau pengaruh China.
“Krisis selama setahun terakhir telah membawa pulang kenyataan bagi para pembuat keputusan India bahwa China menghadirkan tantangan strategis terbesar di masa depan, dan itu telah menyebabkan mengalihkan perhatian dari Pakistan,” kata Sushant Singh, seorang fellow senior di Centre for Policy Research dan dosen tamu di Universitas Yale.
tulis komentar anda