Kapal Induk Terbaru Inggris Perangi ISIS, Rusia Terpancing Adu Kuat
Selasa, 22 Juni 2021 - 10:32 WIB
MEDITERANIA TIMUR - Kapal induk terbaru Inggris , HMS Queen Elizabeth, ikut mengambil “bagian terbesar” dari operasi melawan kelompok Negara Islam (ISIS) di Irak .
Langkah ini memancing minat pesawat tempur Rusia yang mencoba mengawasi jet F-35 mutakhir dalam permainan “kucing dan tikus” dengan pilot Inggris dan Amerika Serikat (AS).
Berbicara di atas kapal induk berbobot 65.000 ton pada penempatan pertama kalinya, Komandan Angkatan Laut Inggris Komodor Steve Moorhouse mengatakan Inggris melakukan sebagian besar misi untuk menghapus sisa-sisa ISIS di Irak karena AS fokus pada penarikannya dari Afghanistan.
“Saat ini, kami mengambil bagian terbesar dari operasi itu di Irak, yang fantastis, katakanlah, bulu di topi kami. Tetapi satu pencapaian bahwa 'A', kami dipercaya dan 'B', bahwa kami mampu melakukan itu," ujar Moorhouse.
Ini adalah pertama kalinya kapal induk Inggris mendukung operasi militer langsung di darat dalam lebih dari dua dekade, memproyeksikan kekuatan militer Inggris dalam skala global.
Moorhouse mengatakan kapal induk itu menawarkan fleksibilitas kepada Inggris dalam cara melakukan operasi militer di luar negeri. "Membuat mereka yang ingin membahayakan kita, tetap waspada," papar dia.
Dia mengatakan Mediterania timur telah menjadi lebih “padat dan diperebutkan” selama dekade terakhir mengingat kehadiran militer Rusia yang lebih besar di Suriah, yang mengakibatkan pertemuan reguler dengan kapal dan pesawat tempur Rusia.
“Kami melawan aktivitas Rusia, bukan dengan cara yang berbahaya atau agresif, tetapi Anda baru saja membuat orang lain di sini bermain di wilayah perairan dan udara yang tetap,” papar Moorhouse, menambahkan kapal perang Rusia telah datang dalam jarak 10 kilometer dari kapal induk.
Komodor itu bersikeras pilot Rusia, Inggris, dan AS memiliki "rasa hormat yang sehat satu sama lain" dan perilaku mereka "benar-benar profesional" sejak kapal induk itu memulai operasi anti-ISIS pada 18 Juni.
“Tetapi ada kenyataan ketika Anda membeli sendiri satu kapal induk generasi kelima dan Anda membawanya ke seluruh dunia, orang-orang tertarik padanya,” ujar dia.
Kapten James Blackmore, yang memimpin delapan jet F-35 Inggris dan 10 helikopter di atas kapal induk itu mengatakan pilot Inggris dan Rusia berada dalam “jarak visual” satu sama lain.
“Ini adalah sikap kucing dan tikus, itulah yang kami harapkan di wilayah dunia ini. Dan seperti yang dapat Anda bayangkan, ini adalah pertama kalinya F-35 memasuki Mediterania timur,” ujar Blackmore.
“Jadi, tentu saja Rusia ingin melihat seperti apa mereka, mereka ingin melihat seperti apa operator kami,” papar dia.
F-35 yang canggih, dipersenjatai dengan rudal udara-ke-udara dan bom berpemandu laser, sedang digunakan di Irak untuk mencari pesawat lain atau drone tak berawak, mendukung pasukan di darat serta untuk melakukan pengawasan dengan sensor canggih dan sistem radar.
“Ini adalah pesawat generasi kelima dengan radar dan sensor suite yang sangat mumpuni, dan itulah yang dibawanya. Jadi mata dan telinga yang ditawarkan di luar sana,” papar Moorhouse.
Kapal induk HMS Queen Elizabeth dan kapal-kapal pendukungnya, termasuk kapal perusak AS The Sullivans, akan tetap berada di Mediterania timur selama dua hingga tiga pekan sebelum bergerak melalui Terusan Suez untuk melanjutkan pengerahan selama 7 1/2 bulan ke India, Korea Selatan dan Jepang.
Kapal induk ini juga memiliki 10 jet F-35 AS dari Skuadron Serangan Tempur 211 Korps Marinir yang melakukan operasi di bawah komando Inggris.
Langkah ini memancing minat pesawat tempur Rusia yang mencoba mengawasi jet F-35 mutakhir dalam permainan “kucing dan tikus” dengan pilot Inggris dan Amerika Serikat (AS).
Berbicara di atas kapal induk berbobot 65.000 ton pada penempatan pertama kalinya, Komandan Angkatan Laut Inggris Komodor Steve Moorhouse mengatakan Inggris melakukan sebagian besar misi untuk menghapus sisa-sisa ISIS di Irak karena AS fokus pada penarikannya dari Afghanistan.
“Saat ini, kami mengambil bagian terbesar dari operasi itu di Irak, yang fantastis, katakanlah, bulu di topi kami. Tetapi satu pencapaian bahwa 'A', kami dipercaya dan 'B', bahwa kami mampu melakukan itu," ujar Moorhouse.
Ini adalah pertama kalinya kapal induk Inggris mendukung operasi militer langsung di darat dalam lebih dari dua dekade, memproyeksikan kekuatan militer Inggris dalam skala global.
Moorhouse mengatakan kapal induk itu menawarkan fleksibilitas kepada Inggris dalam cara melakukan operasi militer di luar negeri. "Membuat mereka yang ingin membahayakan kita, tetap waspada," papar dia.
Dia mengatakan Mediterania timur telah menjadi lebih “padat dan diperebutkan” selama dekade terakhir mengingat kehadiran militer Rusia yang lebih besar di Suriah, yang mengakibatkan pertemuan reguler dengan kapal dan pesawat tempur Rusia.
“Kami melawan aktivitas Rusia, bukan dengan cara yang berbahaya atau agresif, tetapi Anda baru saja membuat orang lain di sini bermain di wilayah perairan dan udara yang tetap,” papar Moorhouse, menambahkan kapal perang Rusia telah datang dalam jarak 10 kilometer dari kapal induk.
Komodor itu bersikeras pilot Rusia, Inggris, dan AS memiliki "rasa hormat yang sehat satu sama lain" dan perilaku mereka "benar-benar profesional" sejak kapal induk itu memulai operasi anti-ISIS pada 18 Juni.
“Tetapi ada kenyataan ketika Anda membeli sendiri satu kapal induk generasi kelima dan Anda membawanya ke seluruh dunia, orang-orang tertarik padanya,” ujar dia.
Kapten James Blackmore, yang memimpin delapan jet F-35 Inggris dan 10 helikopter di atas kapal induk itu mengatakan pilot Inggris dan Rusia berada dalam “jarak visual” satu sama lain.
“Ini adalah sikap kucing dan tikus, itulah yang kami harapkan di wilayah dunia ini. Dan seperti yang dapat Anda bayangkan, ini adalah pertama kalinya F-35 memasuki Mediterania timur,” ujar Blackmore.
“Jadi, tentu saja Rusia ingin melihat seperti apa mereka, mereka ingin melihat seperti apa operator kami,” papar dia.
F-35 yang canggih, dipersenjatai dengan rudal udara-ke-udara dan bom berpemandu laser, sedang digunakan di Irak untuk mencari pesawat lain atau drone tak berawak, mendukung pasukan di darat serta untuk melakukan pengawasan dengan sensor canggih dan sistem radar.
“Ini adalah pesawat generasi kelima dengan radar dan sensor suite yang sangat mumpuni, dan itulah yang dibawanya. Jadi mata dan telinga yang ditawarkan di luar sana,” papar Moorhouse.
Kapal induk HMS Queen Elizabeth dan kapal-kapal pendukungnya, termasuk kapal perusak AS The Sullivans, akan tetap berada di Mediterania timur selama dua hingga tiga pekan sebelum bergerak melalui Terusan Suez untuk melanjutkan pengerahan selama 7 1/2 bulan ke India, Korea Selatan dan Jepang.
Kapal induk ini juga memiliki 10 jet F-35 AS dari Skuadron Serangan Tempur 211 Korps Marinir yang melakukan operasi di bawah komando Inggris.
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda