China Kuasai 95 Persen Rare Earth Dunia, Pakar Keamanan Inggris Cemas

Senin, 05 April 2021 - 16:31 WIB
Beberapa elemen dari rare earth atau logam tanah jarang yang sangat dibutuhkan untuk produksi berbagai senjata, mobil listrik hingga ponsel pintar. Foto/REUTERS
LONDON - Para pakar keamanan Inggris cemas karena China menguasai 95 persen produksi rare earth atau logam tanah jarang yang kerap dijuluki sebagai "emas industri". Logam tanah jarang sangat penting untuk produksi jet tempur—termasuk F-35—, ponsel pintar hingga mobil listrik.

Surat kabar The Times yang berbasis di London melaporkan di tengah persaingan global yang semakin kompetitif untuk mengamankan elemen rare earth, para pakar keamanan telah memperingatkan bahwa ketergantungan pada China dapat semakin merusak keamanan Inggris.



China saat ini menyumbang lebih dari 95 persen produksi logam rare earth di dunia, di mana badan-badan keamanan Inggris meningkatkan kekhawatiran bahwa di tengah meningkatnya persaingan untuk sumber daya alam yang langka, Beijing mungkin menggunakan pengaruh yang dimilikinya dalam industri sebagai "senjata" dalam perselisihan.

"Risikonya adalah bahwa China menggunakan posisinya dalam rantai pasokan untuk menekan ekonomi lain, dan bahwa Inggris tidak memiliki alternatif yang dapat diandalkan," kata Chris Williams, direktur pelaksana UK Seabed Resources, yang dilansir Senin (5/4/2021).



Mayoritas unsur rare earth, juga dijuluki "emas industri" karena aplikasinya yang beragam dalam industri pertahanan dan teknologi, relatif berlimpah di kerak bumi.

Namun, proses penambangan kelompok 17 logam yang terbentuk di bawah permukaan bumi dan mengubahnya menjadi bahan yang dapat digunakan itu mahal.

Kelompok rare earth, termasuk cerium, neodymium, terbium, dan erbium, sulit ditambang karena tidak ditemukan dalam jumlah besar layaknya mineral lain seperti emas.

Menurut para ahli keamanan, elemen rare earth yang digunakan oleh industri Inggris telah diproses di China, sehingga betapa rentannya terhadap rantai pasokan keamanan dan ekonomi Inggris secara keseluruhan.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More