Tolak Pakai Dasi, Pemimpin Maori Diusir dari Ruang Sidang Parlemen Selandia Baru

Rabu, 10 Februari 2021 - 17:06 WIB
Rawiri, yang menjadi anggota parlemen untuk pertama kalinya dalam pemilihan Oktober lalu, mengenakan taonga, liontin batu hijau Maori sebagai ganti dasi. Foto/REUTERS
WELLINGTON - Rawiri Waititi, seorang pemimpin Maori Selandia Baru diusir dari ruang sidang karena menolak memakai dasi. Rawiri mengatakan, memaksa dirinya memakai kode pakaian Barat adalah pelanggaran haknya dan upaya untuk menekan budaya asli.

Ketua DPR Selandia Baru , Trevor Mallard dua kali mencegah Rawiri Waititi mengajukan pertanyaan dalam debat parlemen kemarin. Dia bersikeras bahwa anggota parlemen hanya dapat mengajukan pertanyaan jika mereka mengenakan dasi.

Rawiri,yang menjadi anggota parlemen untuk pertama kalinya dalam pemilihan Oktober lalu, mengenakan taonga, liontin batu hijau Maori sebagai ganti dasi. Ketika dia melanjutkan pertanyaannya setelah dihentikan untuk kedua kalinya, Mallard memerintahkannya untuk pergi.

"Ini bukan tentang ikatan, ini tentang identitas budaya, sobat," kata Rawiri sembari meninggalkan ruangan, seperti dilansir Reuters pada Rabu (10/2/2021).

Insiden tersebut memicu perdebatan tentang kolonialisme di Selandia Baru dan memicu kemarahan dari seluruh dunia dengan # no2tie yang segera menjadi trending di Twitter.



Pria berusia 40 tahun itu mengatakan, dia tidak terkejut dengan perlakuan Mallard, karena orang Maori telah menghadapi jenis perlakukan semacam ini selama ratusan tahun.

"Maori tidak diperlakukan sama di negaranya sendiri dan penduduk asli di seluruh dunia telah menjadi sasaran diskriminasi karena sistem rasis yang membuat masyarakat kami berada di posisi kedua," katanya.

"Bagi kita untuk melawan penaklukan, untuk melawan asimilasi, untuk melawan mereka yang mencoba dan membuat kita terlihat, merasa, membuat kita berpikir seperti mereka, kami menentang hal itu," sambungnya.

Dalam pertemuan Parlemen Selandia Baru hari ini dia kembali menggunakan pakaian yang sama dan kali ini dia diizinkan untuk berbicara.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More