China Lockdown Dua Kota, Tanda-tanda Gelombang Kedua Pandemi Corona?
Rabu, 13 Mei 2020 - 20:08 WIB
BEIJING - Dua kota di timur laut China memberlakukan pembatasan perjalanan dan melakukan penguncian atau lockdown sementara di tengah munculnya sekelompok kasus baru infeksi virus Corona. Ini memicu kekhawatiran gelombang kedua pandemi akan datang melanda negara itu.
Kota Wuhan yang menjadi episentrum awal pandemi virus Corona melaporkan setidaknya lima kasus baru pada Senin lalu. Ini menambah kekhawatiran jika China belum sepenuhnya menjinakkan virus Corona.
Sejak itu, kota Jilin di China timur laut memberlakukan pembatasan perjalanan baru setelah mengkonfirmasi enam pasien baru yang terinfeksi pada hari Selasa, lima di antaranya dilacak langsung ke sebuah kasus di kota tetangga, Shulan.
"Untuk menghentikan penyebaran epidemi, kami telah memutuskan untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian di daerah perkotaan Jilin," kata Wakil Wali Kota kota Gai Dongping kepada media setempat yang dinukil Russia Today, Rabu (13/5/2020).
Sementara itu di kota Shulan, sebuah kota berpenduduk 700 ribu jiwas, menyesuaikan tingkat risikonya dari sedang ke tinggi selama akhir pekan. Langkah ini dilakukan setelah mengkonfirmasi 14 kasus baru infeksi virus Corona, kurang dari tujuh hari setelah Beijing menyatakan setiap wilayah di China berisiko rendah.
Pada saat diberitakan, Shulan adalah satu-satunya daerah di China yang memiliki risiko tinggi, karena ruang publik telah ditutup dan penduduk telah diperintahkan untuk tinggal di rumah.
Kedua kota itu dekat dengan perbatasan China dengan Korea Utara (Korut) serta Rusia, dan karena itu mereka menangguhkan semua kereta penumpang yang keluar dan masuk.
"Kami sekarang dalam mode 'masa perang'," kata Wali Kota Shulan, Jin Hua, pada Senin lalu.
Dua kluster wabah China saat ini, di timur laut dan di provinsi Hubei, tempat pandemi itu muncul pada akhir 2019, terpisah ratusan kilometer. Ini memicu kekhawatiran bahwa gelombang kedua infeksi yang ditakuti itu mungkin terjadi di negara itu tidak lama setelah penguncian nasional dicabut.
Sekretaris Partai Komunis Wuhan, Zhang Yuxin, dipecat pada akhir pekan karena "kontrol yang buruk terhadap penyakit" setelah enam kasus baru dilaporkan terjadi di satu lingkungan Wuhan.
Pada 11 Mei, Wuhan, sebuah kota berpenduduk 11 juta orang, telah melaporkan total kasus virus Coroan sebanyak 50.334 dan sedikitnya 3.869 kematian.
"Kami harus dengan tegas menahan risiko rebound," kata otoritas kesehatan Wuhan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin.
Menurut Johns Hopkins University Coronavirus Resource Center, pada 12 Mei, China telah memiliki 84.010 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi dan setidaknya 4.637 kematian.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
Kota Wuhan yang menjadi episentrum awal pandemi virus Corona melaporkan setidaknya lima kasus baru pada Senin lalu. Ini menambah kekhawatiran jika China belum sepenuhnya menjinakkan virus Corona.
Sejak itu, kota Jilin di China timur laut memberlakukan pembatasan perjalanan baru setelah mengkonfirmasi enam pasien baru yang terinfeksi pada hari Selasa, lima di antaranya dilacak langsung ke sebuah kasus di kota tetangga, Shulan.
"Untuk menghentikan penyebaran epidemi, kami telah memutuskan untuk menerapkan langkah-langkah pengendalian di daerah perkotaan Jilin," kata Wakil Wali Kota kota Gai Dongping kepada media setempat yang dinukil Russia Today, Rabu (13/5/2020).
Sementara itu di kota Shulan, sebuah kota berpenduduk 700 ribu jiwas, menyesuaikan tingkat risikonya dari sedang ke tinggi selama akhir pekan. Langkah ini dilakukan setelah mengkonfirmasi 14 kasus baru infeksi virus Corona, kurang dari tujuh hari setelah Beijing menyatakan setiap wilayah di China berisiko rendah.
Pada saat diberitakan, Shulan adalah satu-satunya daerah di China yang memiliki risiko tinggi, karena ruang publik telah ditutup dan penduduk telah diperintahkan untuk tinggal di rumah.
Kedua kota itu dekat dengan perbatasan China dengan Korea Utara (Korut) serta Rusia, dan karena itu mereka menangguhkan semua kereta penumpang yang keluar dan masuk.
"Kami sekarang dalam mode 'masa perang'," kata Wali Kota Shulan, Jin Hua, pada Senin lalu.
Dua kluster wabah China saat ini, di timur laut dan di provinsi Hubei, tempat pandemi itu muncul pada akhir 2019, terpisah ratusan kilometer. Ini memicu kekhawatiran bahwa gelombang kedua infeksi yang ditakuti itu mungkin terjadi di negara itu tidak lama setelah penguncian nasional dicabut.
Sekretaris Partai Komunis Wuhan, Zhang Yuxin, dipecat pada akhir pekan karena "kontrol yang buruk terhadap penyakit" setelah enam kasus baru dilaporkan terjadi di satu lingkungan Wuhan.
Pada 11 Mei, Wuhan, sebuah kota berpenduduk 11 juta orang, telah melaporkan total kasus virus Coroan sebanyak 50.334 dan sedikitnya 3.869 kematian.
"Kami harus dengan tegas menahan risiko rebound," kata otoritas kesehatan Wuhan dalam sebuah pernyataan pada hari Senin.
Menurut Johns Hopkins University Coronavirus Resource Center, pada 12 Mei, China telah memiliki 84.010 kasus Covid-19 yang dikonfirmasi dan setidaknya 4.637 kematian.
Lihat Juga: 5 Negara Sahabat Korea Utara, Semua Musuh AS Termasuk Pemilik Bom Nuklir Terbanyak di Dunia
(ber)
tulis komentar anda