Penembakan Kembali Guncang Prancis, Kali Ini Antara 2 Geng Bersenjata
Senin, 02 November 2020 - 05:36 WIB
MONTPELLIER - Setelah penembakan terhadap pendeta Ortodoks di Lyon, Prancis , negara itu kembali diguncang penembakan pada Minggu sore. Insiden itu melibatkan dua geng bersenjata yang berseteru di jalan-jalan kota Montpellier.
Kedua geng bersenjatakan pistol dan senapan bentrok satu sama lain. Polisi mengatakan setidaknya satu orang terluka. (Baca: Seorang Pendeta Ortodoks Ditembak di Lyon, Prancis )
Suara tembakan yang keras mengguncang distrik barat laut La Paillade di Montpellier pada Minggu sore ketika kedua geng itu saling melepaskan tembakan pistol dan senapan otomatis.
Sebuah video dramatis yang diunggah di media sosial menunjukkan orang-orang bersenjata dan mengenakan penutup wajah saling meletuskan tembakan yang memekakkan telinga. Suara baku tembak itu terdengar di dekat Menara Assas—sebuah bangunan tempat tinggal yang digambarkan sebagai yang tertinggi di wilayah Languedoc-Roussillon, Prancis selatan.
Video lain yang muncul di media sosial menunjukkan seorang pria terluka dalam baku tembak. (Baca: Begini Kronologi Serangan Teror Gereja Nice Prancis yang Tewaskan 3 Orang )
Mengutip laporan France24, Senin (2/11/2020), pasukan polisi dalam jumlah besar yang didukung oleh unit pengendali kerusuhan, paramiliter, dan unit militer telah dikerahkan ke tempat kejadian. Mereka mengamankan daerah tersebut, sementara orang yang terluka dikirim ke rumah sakit di bawah pengawalan polisi.
Sumber polisi setempat membenarkan bahwa baku tembak itu merupakan konflik antara dua geng bersenjata. Beberapa saksi mata mengklaim perselisihan itu terkait kesepakatan narkoba.
Menanggapi insiden tersebut, Wali Kota Montpellier Michaël Delafosse mengecam apa yang ia sebut sebagai "tindakan tak terkatakan" dan "kekerasan luar biasa".
Serikat polisi Prancis juga mengeluarkan pernyataan, di mana dikatakan bahwa hanya “bala bantuan polisi yang substansial” yang dapat membantu penegakan hukum untuk membendung peningkatan kekerasan dan kenakalan yang luar biasa di daerah tersebut. (Baca juga: Inilah Daftar 10 Serangan Teror di Prancis dari Waktu ke Waktu )
"Montpellier sedang dalam perjalanan untuk menjadi salah satu kota paling kriminal di Prancis," kata serikat tersebut dalam sebuah pernyataan.
Insiden ini menambah daftar kekacauan di negara yang dipimpin Presiden Emmanuel Macron. Pada 16 Oktober, guru sejarah Samuel Paty, 47, dipenggal pengungsi Chechnya di pinggiran Paris setelah guru itu mempertontonkan kartun yang menghina Nabi Muhammad dalam diskusi kebebasan berekspresi dan berbicara di kelas. Pelaku ditembak mati polisi.
Pada 29 Oktober, pria Tunisia melakukan serangan di Gereja Notre-Dame di Nice. Tiga orang tewas, termasuk seorang wanita yang dipenggal pelaku. Pelaku ditembak dan ditangkap polisi.
Kedua geng bersenjatakan pistol dan senapan bentrok satu sama lain. Polisi mengatakan setidaknya satu orang terluka. (Baca: Seorang Pendeta Ortodoks Ditembak di Lyon, Prancis )
Suara tembakan yang keras mengguncang distrik barat laut La Paillade di Montpellier pada Minggu sore ketika kedua geng itu saling melepaskan tembakan pistol dan senapan otomatis.
Sebuah video dramatis yang diunggah di media sosial menunjukkan orang-orang bersenjata dan mengenakan penutup wajah saling meletuskan tembakan yang memekakkan telinga. Suara baku tembak itu terdengar di dekat Menara Assas—sebuah bangunan tempat tinggal yang digambarkan sebagai yang tertinggi di wilayah Languedoc-Roussillon, Prancis selatan.
Video lain yang muncul di media sosial menunjukkan seorang pria terluka dalam baku tembak. (Baca: Begini Kronologi Serangan Teror Gereja Nice Prancis yang Tewaskan 3 Orang )
Mengutip laporan France24, Senin (2/11/2020), pasukan polisi dalam jumlah besar yang didukung oleh unit pengendali kerusuhan, paramiliter, dan unit militer telah dikerahkan ke tempat kejadian. Mereka mengamankan daerah tersebut, sementara orang yang terluka dikirim ke rumah sakit di bawah pengawalan polisi.
Sumber polisi setempat membenarkan bahwa baku tembak itu merupakan konflik antara dua geng bersenjata. Beberapa saksi mata mengklaim perselisihan itu terkait kesepakatan narkoba.
Menanggapi insiden tersebut, Wali Kota Montpellier Michaël Delafosse mengecam apa yang ia sebut sebagai "tindakan tak terkatakan" dan "kekerasan luar biasa".
Serikat polisi Prancis juga mengeluarkan pernyataan, di mana dikatakan bahwa hanya “bala bantuan polisi yang substansial” yang dapat membantu penegakan hukum untuk membendung peningkatan kekerasan dan kenakalan yang luar biasa di daerah tersebut. (Baca juga: Inilah Daftar 10 Serangan Teror di Prancis dari Waktu ke Waktu )
"Montpellier sedang dalam perjalanan untuk menjadi salah satu kota paling kriminal di Prancis," kata serikat tersebut dalam sebuah pernyataan.
Insiden ini menambah daftar kekacauan di negara yang dipimpin Presiden Emmanuel Macron. Pada 16 Oktober, guru sejarah Samuel Paty, 47, dipenggal pengungsi Chechnya di pinggiran Paris setelah guru itu mempertontonkan kartun yang menghina Nabi Muhammad dalam diskusi kebebasan berekspresi dan berbicara di kelas. Pelaku ditembak mati polisi.
Pada 29 Oktober, pria Tunisia melakukan serangan di Gereja Notre-Dame di Nice. Tiga orang tewas, termasuk seorang wanita yang dipenggal pelaku. Pelaku ditembak dan ditangkap polisi.
(min)
Lihat Juga :
tulis komentar anda