Cerita Negara Islam Ini Cemas Situs Senjata Nuklirnya Dibom Israel
Senin, 11 November 2024 - 09:51 WIB
ISLAMABAD - Pakistan menjadi satu-satunya negara Islam berkekuatan nuklir sejak Mei 1998 ketika melakukan lima uji coba senjata atom di Perbukitan Chagai di Provinsi Balochistan.
Pakistan telah mengerjakan agenda nuklirnya di bawah Proyek-706, nama sandi program penelitian dan pengembangan untuk mengembangkan senjata nuklir Pakistan.
Proyek-706 dimulai oleh Perdana Menteri Pakistan Zulfiqar Ali Bhutto pada tahun 1974 setelah India, di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Indira Gandhi, melakukan uji coba nuklir pertamanya pada bulan Mei 1974.
Pakistan mengembangkan infrastruktur nuklir yang dibutuhkan dan memperoleh keahlian dalam ekstraksi, pemurnian, pemrosesan, dan penanganan material fisil dengan tujuan akhir merancang perangkat nuklir.
Semuanya berjalan sesuai rencana kecuali potensi bahaya serangan udara Israel untuk menghancurkan fasilitas nuklir.
Lebih buruk lagi bagi Pakistan, itu bisa saja menjadi operasi gabungan India-Israel untuk mencegah tetangga barat India tersebut mendapatkan sesuatu yang tangguh dan merusak seperti bom nuklir.
Mengutip laporan India.com, Senin (11/11/2024), Pakistan saat itu sangat khawatir dan takut akan keselamatan, keamanan, dan kerahasiaan senjata nuklirnya.
Serangan Israel tampaknya akan segera terjadi.
Para pejabat Pakistan saat itu menyatakan kekhawatiran mereka karena 17 tahun yang lalu, pada 7 Juni 1981, Angkatan Udara Israel telah menghancurkan reaktor nuklir Irak dalam serangan udara mendadak jauh di dalam wilayah Irak.
Beberapa dokumen mengatakan bahwa radar Pakistan mendeteksi F-16 Israel di wilayah udaranya sebelum uji coba nuklir. Kofi Annan adalah sekretaris jenderal PBB dan Bill Clinton adalah presiden Amerika Serikat saat itu.
Duta besar Pakistan untuk PBB bertemu Annan sementara pejabat senior menghubungi pemerintahan Clinton untuk menyampaikan kekhawatiran tentang serangan Israel.
Menariknya, Benjamin Netanyahu adalah Perdana Menteri Israel saat itu.
Atas arahan Netanyahu, Isidor Dore Gold, Perwakilan Tetap Israel untuk PBB, bertemu dengan koleganya dari Pakistan, Ahmed Kamal, pada bulan Juni 1998.
Sementara itu, duta besar Israel untuk AS, Eliahu Ben-Elissar, mengadakan pertemuan dengan Riaz Khokhar, duta besar Pakistan untuk Amerika Serikat.
Baik Isidor Dore Gold maupun Eliahu Ben-Elissar menyampaikan pesan-pesan yang meyakinkan bahwa pemerintah Israel yang dipimpin Benjamin Netanyahu tidak bermaksud untuk merusak senjata dan fasilitas nuklir Pakistan dengan cara apa pun.
Padahal, jauh sebelum Pakistan memperoleh bom atom, Tel Aviv telah bersikap paranoid tentang program senjata nuklir Pakistan karena pada tahun 1979, Perdana Menteri Israel Menachem Begin menyampaikan kekhawatirannya kepada Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher.
Masalah tersebut sampai ke Gedung Putih dan Ronald Reagan tidak hanya menolak tetapi juga memperingatkan Israel untuk tidak melanjutkannya.
Pakistan telah mengerjakan agenda nuklirnya di bawah Proyek-706, nama sandi program penelitian dan pengembangan untuk mengembangkan senjata nuklir Pakistan.
Proyek-706 dimulai oleh Perdana Menteri Pakistan Zulfiqar Ali Bhutto pada tahun 1974 setelah India, di bawah kepemimpinan Perdana Menteri Indira Gandhi, melakukan uji coba nuklir pertamanya pada bulan Mei 1974.
Pakistan mengembangkan infrastruktur nuklir yang dibutuhkan dan memperoleh keahlian dalam ekstraksi, pemurnian, pemrosesan, dan penanganan material fisil dengan tujuan akhir merancang perangkat nuklir.
Semuanya berjalan sesuai rencana kecuali potensi bahaya serangan udara Israel untuk menghancurkan fasilitas nuklir.
Lebih buruk lagi bagi Pakistan, itu bisa saja menjadi operasi gabungan India-Israel untuk mencegah tetangga barat India tersebut mendapatkan sesuatu yang tangguh dan merusak seperti bom nuklir.
Mengutip laporan India.com, Senin (11/11/2024), Pakistan saat itu sangat khawatir dan takut akan keselamatan, keamanan, dan kerahasiaan senjata nuklirnya.
Serangan Israel tampaknya akan segera terjadi.
Para pejabat Pakistan saat itu menyatakan kekhawatiran mereka karena 17 tahun yang lalu, pada 7 Juni 1981, Angkatan Udara Israel telah menghancurkan reaktor nuklir Irak dalam serangan udara mendadak jauh di dalam wilayah Irak.
Beberapa dokumen mengatakan bahwa radar Pakistan mendeteksi F-16 Israel di wilayah udaranya sebelum uji coba nuklir. Kofi Annan adalah sekretaris jenderal PBB dan Bill Clinton adalah presiden Amerika Serikat saat itu.
Duta besar Pakistan untuk PBB bertemu Annan sementara pejabat senior menghubungi pemerintahan Clinton untuk menyampaikan kekhawatiran tentang serangan Israel.
Menariknya, Benjamin Netanyahu adalah Perdana Menteri Israel saat itu.
Atas arahan Netanyahu, Isidor Dore Gold, Perwakilan Tetap Israel untuk PBB, bertemu dengan koleganya dari Pakistan, Ahmed Kamal, pada bulan Juni 1998.
Sementara itu, duta besar Israel untuk AS, Eliahu Ben-Elissar, mengadakan pertemuan dengan Riaz Khokhar, duta besar Pakistan untuk Amerika Serikat.
Baik Isidor Dore Gold maupun Eliahu Ben-Elissar menyampaikan pesan-pesan yang meyakinkan bahwa pemerintah Israel yang dipimpin Benjamin Netanyahu tidak bermaksud untuk merusak senjata dan fasilitas nuklir Pakistan dengan cara apa pun.
Padahal, jauh sebelum Pakistan memperoleh bom atom, Tel Aviv telah bersikap paranoid tentang program senjata nuklir Pakistan karena pada tahun 1979, Perdana Menteri Israel Menachem Begin menyampaikan kekhawatirannya kepada Perdana Menteri Inggris Margaret Thatcher.
Masalah tersebut sampai ke Gedung Putih dan Ronald Reagan tidak hanya menolak tetapi juga memperingatkan Israel untuk tidak melanjutkannya.
(mas)
tulis komentar anda