Penyebab Kematian Presiden Iran Terungkap, Gara-garanya Cuaca Buruk
Kamis, 22 Agustus 2024 - 21:30 WIB
TEHERAN - Kecelakaan helikopter yang menewaskan Presiden Iran Ebrahim Raisi disebabkan cuaca buruk dan pesawat itu membawa dua penumpang lebih banyak dari yang seharusnya.
Kantor berita Fars melaporkan hal itu mengutip sumber keamanan. Raisi sedang kembali dari pertemuan dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev pada 19 Mei ketika helikopternya jatuh di pegunungan, menewaskan semua orang di dalamnya.
Tim penyelamat baru mencapai lokasi kecelakaan keesokan harinya, karena cuaca buruk.
“Badan keamanan dan intelijen telah menyelesaikan penyelidikan mereka atas insiden tersebut dan yakin itu adalah kecelakaan,” ungkap laporan Fars pada Rabu (21/8/2024), mengutip sumber pemerintah yang memiliki informasi lengkap.
Kematian Raisi memicu kekhawatiran akan perang regional, karena AS khawatir Iran akan menyalahkan Israel.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperburuk keadaan dengan mengatakan rakyat Iran “mungkin lebih baik” tanpa Raisi, bahkan saat dia mengirimkan belasungkawa resmi kepada Teheran.
Penyelidikan resmi memeriksa 30.000 orang, tetapi tidak menemukan tanda-tanda kesalahan manusia atau sabotase, menurut Fars.
Para penyelidik menyimpulkan helikopter Bell 212 buatan Amerika Serikat (AS) milik Raisi terlalu berat, dengan dua penumpang lebih banyak dari yang diizinkan oleh protokol keamanan.
Ketika pilot menemui gumpalan kabut dalam perjalanan kembali ke Tabriz, dia mencoba terbang di atasnya tetapi mesinnya tidak memiliki cukup tenaga.
Kantor berita Fars melaporkan hal itu mengutip sumber keamanan. Raisi sedang kembali dari pertemuan dengan Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev pada 19 Mei ketika helikopternya jatuh di pegunungan, menewaskan semua orang di dalamnya.
Tim penyelamat baru mencapai lokasi kecelakaan keesokan harinya, karena cuaca buruk.
“Badan keamanan dan intelijen telah menyelesaikan penyelidikan mereka atas insiden tersebut dan yakin itu adalah kecelakaan,” ungkap laporan Fars pada Rabu (21/8/2024), mengutip sumber pemerintah yang memiliki informasi lengkap.
Kematian Raisi memicu kekhawatiran akan perang regional, karena AS khawatir Iran akan menyalahkan Israel.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken memperburuk keadaan dengan mengatakan rakyat Iran “mungkin lebih baik” tanpa Raisi, bahkan saat dia mengirimkan belasungkawa resmi kepada Teheran.
Penyelidikan resmi memeriksa 30.000 orang, tetapi tidak menemukan tanda-tanda kesalahan manusia atau sabotase, menurut Fars.
Para penyelidik menyimpulkan helikopter Bell 212 buatan Amerika Serikat (AS) milik Raisi terlalu berat, dengan dua penumpang lebih banyak dari yang diizinkan oleh protokol keamanan.
Ketika pilot menemui gumpalan kabut dalam perjalanan kembali ke Tabriz, dia mencoba terbang di atasnya tetapi mesinnya tidak memiliki cukup tenaga.
Lihat Juga :
tulis komentar anda