Italia Akui China Mitra Strategis Kunci, AS Bisa Murka
Rabu, 26 Agustus 2020 - 02:02 WIB
ROMA - Menteri Luar Negeri (Menlu) Italia Luigi Di Maio menyatakan Italia dan China perlu membangun hubungan yang lebih dekat.
Langkah Italia itu menempatkan Roma dalam posisi bertentangan dengan Amerika Serikat (AS) yang mengkhawatirkan ambisi ekonomi Beijing.
Di Maio berbicara setelah bertemu Menlu China Wang Yi yang memulai tur ke Eropa termasuk ke Belanda, Norwegia, Prancis dan Jerman.
Italia menjadi negara Barat besar pertama yang bergabung proyek infrastruktur internasional China , Belt and Road Initiative, saat menandatangani kesepakatan pada 2019. Meski demikian, langkah tersebut masih memberikan dampak kecil pada Italia sejauh ini.
“Ini pertemuan yang sangat membuahkan hasil,” kata Di Maio yang menambahkan bahwa dia berdiskusi dengan Wang tentang bagaimana meluncurkan kembali kemitraan strategis dari sudut pandang ekonomi dan industri.
Wang menjelaskan, penting bagi China dan Uni Eropa (UE) untuk memperkuat hubungan dan memperdalam kerja sama untuk mengatasi virus corona.
Presiden AS Donald Trump menyalahkan China atas wabah yang pertama kali muncuk di China tahun lalu. Trump juga membatasi Huawei Technologies Co karena dianggap sebagai Kuda Troya untuk mata-mata siber China.
Italia tidak bergabung AS dalam menerapkan pembatasan pada Huawei. Di Maio tidak menyebut perusahaan itu dalam pernyataannya. (Baca Juga: India Tuding Pakistan Lakukan Lima Kebohongan Besar di DK PBB)
Wang menyatakan China tidak ingin melihat Perang Dingin, merujuk ketegangan Beijing dan Washington saat ini. (Baca Infografis: Pengganti F-18 Super Hornet US Navy Kemungkinan Mirip F-14 Tomcat)
“Perang Dingin akan menjadi langkah mundur. Kami tidak akan membiarkan negara lain melakukan ini untuk kepentingan pribadi mereka sendiri, seraya merusak kepentingan negara-negara lain,” kata Wang. (Lihat Video: Pelaku Penembakan Masjid Selandia Baru, Terancam Hukuman Seumur Hidup)
Langkah Italia itu menempatkan Roma dalam posisi bertentangan dengan Amerika Serikat (AS) yang mengkhawatirkan ambisi ekonomi Beijing.
Di Maio berbicara setelah bertemu Menlu China Wang Yi yang memulai tur ke Eropa termasuk ke Belanda, Norwegia, Prancis dan Jerman.
Italia menjadi negara Barat besar pertama yang bergabung proyek infrastruktur internasional China , Belt and Road Initiative, saat menandatangani kesepakatan pada 2019. Meski demikian, langkah tersebut masih memberikan dampak kecil pada Italia sejauh ini.
“Ini pertemuan yang sangat membuahkan hasil,” kata Di Maio yang menambahkan bahwa dia berdiskusi dengan Wang tentang bagaimana meluncurkan kembali kemitraan strategis dari sudut pandang ekonomi dan industri.
Wang menjelaskan, penting bagi China dan Uni Eropa (UE) untuk memperkuat hubungan dan memperdalam kerja sama untuk mengatasi virus corona.
Presiden AS Donald Trump menyalahkan China atas wabah yang pertama kali muncuk di China tahun lalu. Trump juga membatasi Huawei Technologies Co karena dianggap sebagai Kuda Troya untuk mata-mata siber China.
Italia tidak bergabung AS dalam menerapkan pembatasan pada Huawei. Di Maio tidak menyebut perusahaan itu dalam pernyataannya. (Baca Juga: India Tuding Pakistan Lakukan Lima Kebohongan Besar di DK PBB)
Wang menyatakan China tidak ingin melihat Perang Dingin, merujuk ketegangan Beijing dan Washington saat ini. (Baca Infografis: Pengganti F-18 Super Hornet US Navy Kemungkinan Mirip F-14 Tomcat)
“Perang Dingin akan menjadi langkah mundur. Kami tidak akan membiarkan negara lain melakukan ini untuk kepentingan pribadi mereka sendiri, seraya merusak kepentingan negara-negara lain,” kata Wang. (Lihat Video: Pelaku Penembakan Masjid Selandia Baru, Terancam Hukuman Seumur Hidup)
(sya)
tulis komentar anda