Mali Putuskan Hubungan dengan Ukraina, Buntut Pembantaian 84 Tentara Bayaran Rusia
Senin, 05 Agustus 2024 - 08:54 WIB
BAMAKO - Pemerintah Mali mengumumkan akan segera memutuskan hubungan diplomatik dengan Ukraina.
Langkah itu diambil setelah badan intelijen militer Kyiv mengaku terlibat dalam pembantaian 47 tentara Mali dan 84 tentara bayaran Wagner Rusia dua pekan lalu.
Sebelumnya, kelompok pemberontak Tuareg di Mali utara mengatakan merekalah yang menewaskan 84 tentara bayaran Wagner Rusia dan 47 tentara Mali selama pertempuran sengit selama berhari-hari di utara negara Afrika Barat itu.
Itu menjadi kekalahan terberat Wagner Group sejak turun tangan dua tahun lalu untuk membantu otoritas militer Mali memerangi kelompok pemberontak.
Namun, juru bicara Badan Intelijen Militer Ukraina (GUR) Andriy Yusov dalam komentar yang dipublikasikan di situs web Suspilne pada Senin, 29 Juli 2024, mengatakan pemberontak Mali telah menerima informasi yang diperlukan untuk melakukan serangan itu.
Komentar itu mengisyaratkan keterlibatan Kyiv dalam pembantaian para tentara pemerintah Mali dan tentara bayaran Wagner.
"Pemberontak menerima semua informasi yang diperlukan yang mereka butuhkan, dan bukan hanya informasi, yang memungkinkan (mereka) untuk melakukan operasi militer yang berhasil terhadap pelaku kejahatan perang Rusia. Kami tentu tidak akan membahas detailnya sekarang—Anda akan melihat lebih banyak tentang ini di masa mendatang," katanya.
Pemerintah Mali merespons dengan mengatakan: "Kami telah mengetahui dengan sangat terkejut atas pernyataan subversif itu."
"Dikatakan Yusov telah mengakui keterlibatan Ukraina dalam serangan pengecut, berbahaya, dan biadab oleh kelompok teroris bersenjata yang mengakibatkan tewasnya anggota Pasukan Pertahanan dan Keamanan Mali," lanjut penyataan pemerintah Mali, seperti dikutip Reuters, Senin (5/8/2024).
"Tindakan yang diambil oleh otoritas Ukraina melanggar kedaulatan Mali, melampaui ruang lingkup campur tangan asing, yang sudah dapat dikutuk, dan merupakan agresi yang jelas oleh Mali dan dukungan untuk terorisme internasional," imbuh pemerintah Mali.
Respons pemerintah Mali itu juga mengutip komentar duta besar Ukraina untuk Senegal, Guinea, Guinea-Bissau, Pantai Gading, dan Liberia.
Kementerian Luar Negeri Senegal memanggil Duta Besar Ukraina Yurii Pyvovarov pada hari Jumat terkait sebuah video yang katanya telah diunggah oleh kedutaan Ukraina di halaman Facebook-nya di mana Pyvovarov memberikan dukungan yang tegas dan tanpa syarat untuk serangan teroris di Mali.
Langkah itu diambil setelah badan intelijen militer Kyiv mengaku terlibat dalam pembantaian 47 tentara Mali dan 84 tentara bayaran Wagner Rusia dua pekan lalu.
Sebelumnya, kelompok pemberontak Tuareg di Mali utara mengatakan merekalah yang menewaskan 84 tentara bayaran Wagner Rusia dan 47 tentara Mali selama pertempuran sengit selama berhari-hari di utara negara Afrika Barat itu.
Baca Juga
Itu menjadi kekalahan terberat Wagner Group sejak turun tangan dua tahun lalu untuk membantu otoritas militer Mali memerangi kelompok pemberontak.
Namun, juru bicara Badan Intelijen Militer Ukraina (GUR) Andriy Yusov dalam komentar yang dipublikasikan di situs web Suspilne pada Senin, 29 Juli 2024, mengatakan pemberontak Mali telah menerima informasi yang diperlukan untuk melakukan serangan itu.
Komentar itu mengisyaratkan keterlibatan Kyiv dalam pembantaian para tentara pemerintah Mali dan tentara bayaran Wagner.
"Pemberontak menerima semua informasi yang diperlukan yang mereka butuhkan, dan bukan hanya informasi, yang memungkinkan (mereka) untuk melakukan operasi militer yang berhasil terhadap pelaku kejahatan perang Rusia. Kami tentu tidak akan membahas detailnya sekarang—Anda akan melihat lebih banyak tentang ini di masa mendatang," katanya.
Pemerintah Mali merespons dengan mengatakan: "Kami telah mengetahui dengan sangat terkejut atas pernyataan subversif itu."
"Dikatakan Yusov telah mengakui keterlibatan Ukraina dalam serangan pengecut, berbahaya, dan biadab oleh kelompok teroris bersenjata yang mengakibatkan tewasnya anggota Pasukan Pertahanan dan Keamanan Mali," lanjut penyataan pemerintah Mali, seperti dikutip Reuters, Senin (5/8/2024).
"Tindakan yang diambil oleh otoritas Ukraina melanggar kedaulatan Mali, melampaui ruang lingkup campur tangan asing, yang sudah dapat dikutuk, dan merupakan agresi yang jelas oleh Mali dan dukungan untuk terorisme internasional," imbuh pemerintah Mali.
Respons pemerintah Mali itu juga mengutip komentar duta besar Ukraina untuk Senegal, Guinea, Guinea-Bissau, Pantai Gading, dan Liberia.
Kementerian Luar Negeri Senegal memanggil Duta Besar Ukraina Yurii Pyvovarov pada hari Jumat terkait sebuah video yang katanya telah diunggah oleh kedutaan Ukraina di halaman Facebook-nya di mana Pyvovarov memberikan dukungan yang tegas dan tanpa syarat untuk serangan teroris di Mali.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda