Jadi PM Baru Inggris, Keir Starmer Siap Gunakan Senjata Nuklir terhadap Musuh
Senin, 08 Juli 2024 - 08:15 WIB
LONDON - Keir Starmer telah menjadi perdana menteri (PM) baru Inggris setelah partainya, Partai Buruh, menang pemilu. Ketika menjadi pemimpin baru, Starmer menyatakan siap menggunakan senjata nuklir terhadap musuh-musuh Barat.
Kesediaan untuk menggunakan senjata nuklir tersebut berarti dia akan mempertahankan kebijakan penguasa sebelumnya, yakni Partai Konservatif.
Menurutnya, doktrin implisit Inggris mengenai serangan nuklir “penggunaan pertama” yang ofensif terhadap musuh-musuhnya tetap berlaku.
“Saat ditanyai pada 3 Juni di sebuah kampanye di kota pinggiran Bury, Starmer berkata: 'Tentu saja saya akan siap untuk menggunakan senjata nuklir',” tulis jurnalis Richard Norton-Taylor, menirukan ucapan Starmer, untuk situs web Declassified UK, yang dilansir Minggu (7/7/2024).
“Dikelilingi oleh para kandidat yang merupakan veteran angkatan bersenjata, pemimpin Partai Buruh ini menegaskan: ‘Ini adalah bagian penting dari pertahanan kami. Dan tentu saja, itu berarti kami harus siap menggunakannya'.”
Namun doktrin militer Inggris, dengan alasan pertahanan NATO, secara eksplisit mengizinkan negara tersebut untuk memulai perang nuklir.
“Inggris tidak memiliki kebijakan ’tidak boleh digunakan terlebih dahulu’,” tulis House of Commons Library milik pemerintah, yang berarti Inggris mengizinkan penggunaan senjata nuklir terhadap musuh yang tidak mewakili ancaman nuklir.
“Tinjauan Terpadu tahun 2021 mengumumkan bahwa komitmen [pelucutan senjata nuklir] tahun 2010 tidak dapat lagi dipenuhi karena kondisi keamanan saat ini,” lanjut dokumen tersebut, tanpa menjelaskan keadaan yang diajukan sebagai alasan untuk mengumumkan perluasan persediaan nuklir 40%.
“Dengan demikian, diumumkan bahwa batas persediaan nuklir sekarang akan dinaikkan dan informasi mengenai persediaan operasional, penempatan rudal dan hulu ledak tidak lagi tersedia.”
“Retorika [Starmer] memperkuat pesan utamanya: Partai Buruh telah 'berubah',” tulis Norton-Taylor, menjelaskan upaya pemimpin baru partai tersebut untuk membedakan dirinya dari pemimpin sebelumnya Jeremy Corbyn.
Corbyn memicu kemarahan kelas penguasa Inggris karena kritiknya terhadap militerisme Barat, kritiknya terhadap penjajahan Israel di Palestina, dan dukungan Inggris terhadap perang Amerika Serikat di Irak.
Kesediaan untuk menggunakan senjata nuklir tersebut berarti dia akan mempertahankan kebijakan penguasa sebelumnya, yakni Partai Konservatif.
Menurutnya, doktrin implisit Inggris mengenai serangan nuklir “penggunaan pertama” yang ofensif terhadap musuh-musuhnya tetap berlaku.
“Saat ditanyai pada 3 Juni di sebuah kampanye di kota pinggiran Bury, Starmer berkata: 'Tentu saja saya akan siap untuk menggunakan senjata nuklir',” tulis jurnalis Richard Norton-Taylor, menirukan ucapan Starmer, untuk situs web Declassified UK, yang dilansir Minggu (7/7/2024).
“Dikelilingi oleh para kandidat yang merupakan veteran angkatan bersenjata, pemimpin Partai Buruh ini menegaskan: ‘Ini adalah bagian penting dari pertahanan kami. Dan tentu saja, itu berarti kami harus siap menggunakannya'.”
Namun doktrin militer Inggris, dengan alasan pertahanan NATO, secara eksplisit mengizinkan negara tersebut untuk memulai perang nuklir.
“Inggris tidak memiliki kebijakan ’tidak boleh digunakan terlebih dahulu’,” tulis House of Commons Library milik pemerintah, yang berarti Inggris mengizinkan penggunaan senjata nuklir terhadap musuh yang tidak mewakili ancaman nuklir.
“Tinjauan Terpadu tahun 2021 mengumumkan bahwa komitmen [pelucutan senjata nuklir] tahun 2010 tidak dapat lagi dipenuhi karena kondisi keamanan saat ini,” lanjut dokumen tersebut, tanpa menjelaskan keadaan yang diajukan sebagai alasan untuk mengumumkan perluasan persediaan nuklir 40%.
“Dengan demikian, diumumkan bahwa batas persediaan nuklir sekarang akan dinaikkan dan informasi mengenai persediaan operasional, penempatan rudal dan hulu ledak tidak lagi tersedia.”
“Retorika [Starmer] memperkuat pesan utamanya: Partai Buruh telah 'berubah',” tulis Norton-Taylor, menjelaskan upaya pemimpin baru partai tersebut untuk membedakan dirinya dari pemimpin sebelumnya Jeremy Corbyn.
Corbyn memicu kemarahan kelas penguasa Inggris karena kritiknya terhadap militerisme Barat, kritiknya terhadap penjajahan Israel di Palestina, dan dukungan Inggris terhadap perang Amerika Serikat di Irak.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda