Disandera dan Ditodong Senjata, Presiden Mali Mengundurkan Diri
Rabu, 19 Agustus 2020 - 09:16 WIB
BAMAKO - Presiden Mali Ibrahim Boubacar Keita mengundurkan diri dari jabatannya dan membubarkan parlemen beberapa jam setelah sejumlah tentara menyanderanya dengan todongan senjata api.
Pengunduran diri itu semakin menjerumuskan Mali dalam krisis berkepanjangan. Tampak lelah dan memakai masker, Keita menyatakan mundur dalam pidato singkat yang disiarkan televisi setelah tentara menahannya bersama Perdana Menteri (PM) Boubou Cisse dan pejabat tinggi lainnya.
"Jika hari ini, beberapa elemen pasukan bersenjata kita ingin ini berakhir melalui intervensi mereka, apakah saya memiliki pilihan?" kata Keita dari pangkalan militer di Kati, luar ibu kota Bamako tempat dia disandera.
Tidak jelas siapa yang memimpin revolusi dan siapa yang akan memerintah tanpa kehadiran Keita atau apa yang diinginkan para tentara pemberontak.
Gambar yang diunggah di media sosial yang diambil di pangkalan militer Kati menunjukkan Keita dan Cisse dikepung oleh para tentara bersenjata. Reuters tak dapat melakukan verifikasi keaslian video atau gambar itu.
Mali selama beberapa bulan mengalami unjuk rasa menentang korupsi dan memburuknya keamanan di negara itu. Ada juga seruan agar Keita mundur.
Koalisi oposisi M5-RFP menunjukkan dukungan pada aksi para tentara pemberontak. "Ini bukan kudeta militer tapi pemberontakan populer," kata juru bicara oposisi Nouhoum Togo pada Reuters.
Ratusan demonstran anti pemerintah berkumpul di lapangan di Bamako untuk merayakan pengunduran diri Keita dan memuji para tentara yang mengendarai mobil-mobil militer dan menembakkan senjata untuk merayakannya. (Baca Juga: Palestina: Liga Arab dan OKI Dibubarkan, Tak Akan Pernah Bertemu)
Pemberontakan pada 2012 di pangkalan Kati memicu kudeta militer yang menggulingkan Presiden Amadou Toumani Toure saat itu dan membuat Mali Utara jatuh ke tangan para militan. (Lihat Infografis: Perancang J-20: F-22 Raptor Tak kan Kompeten Melawan China)
Pasukan Prancis ikut campur untuk melawan militan tapi militan memperluas pengaruh ke negara tetangga Burkina Faso dan Niger. Kelompok militan itu menyerang para tentara, warga sipil dan turis Barat. (Lihat Video: Sejumlah Polisi di Pemalang Terjaring Razia Masker)
Pengunduran diri itu semakin menjerumuskan Mali dalam krisis berkepanjangan. Tampak lelah dan memakai masker, Keita menyatakan mundur dalam pidato singkat yang disiarkan televisi setelah tentara menahannya bersama Perdana Menteri (PM) Boubou Cisse dan pejabat tinggi lainnya.
"Jika hari ini, beberapa elemen pasukan bersenjata kita ingin ini berakhir melalui intervensi mereka, apakah saya memiliki pilihan?" kata Keita dari pangkalan militer di Kati, luar ibu kota Bamako tempat dia disandera.
Tidak jelas siapa yang memimpin revolusi dan siapa yang akan memerintah tanpa kehadiran Keita atau apa yang diinginkan para tentara pemberontak.
Gambar yang diunggah di media sosial yang diambil di pangkalan militer Kati menunjukkan Keita dan Cisse dikepung oleh para tentara bersenjata. Reuters tak dapat melakukan verifikasi keaslian video atau gambar itu.
Mali selama beberapa bulan mengalami unjuk rasa menentang korupsi dan memburuknya keamanan di negara itu. Ada juga seruan agar Keita mundur.
Koalisi oposisi M5-RFP menunjukkan dukungan pada aksi para tentara pemberontak. "Ini bukan kudeta militer tapi pemberontakan populer," kata juru bicara oposisi Nouhoum Togo pada Reuters.
Ratusan demonstran anti pemerintah berkumpul di lapangan di Bamako untuk merayakan pengunduran diri Keita dan memuji para tentara yang mengendarai mobil-mobil militer dan menembakkan senjata untuk merayakannya. (Baca Juga: Palestina: Liga Arab dan OKI Dibubarkan, Tak Akan Pernah Bertemu)
Pemberontakan pada 2012 di pangkalan Kati memicu kudeta militer yang menggulingkan Presiden Amadou Toumani Toure saat itu dan membuat Mali Utara jatuh ke tangan para militan. (Lihat Infografis: Perancang J-20: F-22 Raptor Tak kan Kompeten Melawan China)
Pasukan Prancis ikut campur untuk melawan militan tapi militan memperluas pengaruh ke negara tetangga Burkina Faso dan Niger. Kelompok militan itu menyerang para tentara, warga sipil dan turis Barat. (Lihat Video: Sejumlah Polisi di Pemalang Terjaring Razia Masker)
(sya)
Lihat Juga :
tulis komentar anda