Mengapa Israel Sangat Panik dengan Serangan Drone dan Rudal Iran?
Minggu, 14 April 2024 - 22:22 WIB
TEHERAN - Seorang penasihat pemimpin tertinggi Iran mengatakan bahwa Israel panik atas balasan dari Iran setelah serangan di Suriah yang menewaskan anggota Korps Garda Revolusi Islam (IRGC).
“Sudah seminggu Zionis benar-benar panik dan waspada,” Yahya Rahim Safavi, penasihat senior Ali Khamenei, seperti dikutip kantor berita ISNA.
“Mereka tidak tahu apa yang ingin dilakukan Iran, jadi mereka dan para pendukungnya ketakutan,” katanya mengutip ISNA.
Teheran menyalahkan Israel dan berjanji akan membalas serangan udara tanggal 1 April di Damaskus yang meratakan konsuler kedutaan Iran, menewaskan tujuh anggota IRGC, termasuk dua jenderal.
Menyusul serangan tersebut, yang belum dikomentari oleh Israel, tentaranya mengumumkan penangguhan cuti. Dikatakan juga bahwa para pejabat memutuskan untuk menambah tenaga kerja dan merekrut tentara cadangan untuk mengoperasikan pertahanan udara.
“Perang psikologis, media, dan politik ini lebih menakutkan bagi mereka daripada perang itu sendiri, karena mereka menunggu serangan setiap malam dan banyak dari mereka yang melarikan diri dan mengungsi,” tambah Safavi.
Pemantau perang yang berbasis di Inggris, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, mengatakan serangan tanggal 1 April menewaskan 16 orang. Di antara korban tewas adalah jenderal Mohammad-Reza Zahedi dan Mohammad-Hadi Haji-Rahimi yang merupakan komandan senior Pasukan Quds, cabang operasi luar negeri IRGC.
Zahedi, 63, adalah tentara Iran paling senior yang terbunuh sejak serangan rudal Amerika Serikat di bandara Baghdad pada tahun 2020 yang menewaskan Panglima Pasukan Quds Jenderal Qassem Soleimani.
“Sudah seminggu Zionis benar-benar panik dan waspada,” Yahya Rahim Safavi, penasihat senior Ali Khamenei, seperti dikutip kantor berita ISNA.
“Mereka tidak tahu apa yang ingin dilakukan Iran, jadi mereka dan para pendukungnya ketakutan,” katanya mengutip ISNA.
Teheran menyalahkan Israel dan berjanji akan membalas serangan udara tanggal 1 April di Damaskus yang meratakan konsuler kedutaan Iran, menewaskan tujuh anggota IRGC, termasuk dua jenderal.
Menyusul serangan tersebut, yang belum dikomentari oleh Israel, tentaranya mengumumkan penangguhan cuti. Dikatakan juga bahwa para pejabat memutuskan untuk menambah tenaga kerja dan merekrut tentara cadangan untuk mengoperasikan pertahanan udara.
“Perang psikologis, media, dan politik ini lebih menakutkan bagi mereka daripada perang itu sendiri, karena mereka menunggu serangan setiap malam dan banyak dari mereka yang melarikan diri dan mengungsi,” tambah Safavi.
Pemantau perang yang berbasis di Inggris, Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia, mengatakan serangan tanggal 1 April menewaskan 16 orang. Di antara korban tewas adalah jenderal Mohammad-Reza Zahedi dan Mohammad-Hadi Haji-Rahimi yang merupakan komandan senior Pasukan Quds, cabang operasi luar negeri IRGC.
Zahedi, 63, adalah tentara Iran paling senior yang terbunuh sejak serangan rudal Amerika Serikat di bandara Baghdad pada tahun 2020 yang menewaskan Panglima Pasukan Quds Jenderal Qassem Soleimani.
tulis komentar anda