Apa Dampak Tewasnya Marwan Issa yang Diklaim AS bagi Perjuangan Hamas?

Rabu, 20 Maret 2024 - 17:00 WIB
Marwan Issa, orang nomor 3 di Hamas, diklaim AS, tewas dalam serangan udara Israel. Foto/Reuters
GAZA - Marwan Issa, komandan Hamas yang sulit ditangkap, yang menurut AS dibunuh oleh Israel, selamat dari upaya pembunuhan sebelumnya dan menghabiskan waktu bertahun-tahun mendalangi serangan ke Israel termasuk serangan 7 Oktober yang memicu perang Gaza.

“Saudara Issa adalah mimpi buruk musuh,” kata salah satu sumber Hamas kepada Reuters, memuji keterampilan paramiliternya.

Menurut penasihat keamanan nasional AS Jake Sullivan, Issa tewas dalam operasi Israel pekan lalu. Baik Israel maupun Hamas belum mengonfirmasi hal tersebut.

Issa, yang dijuluki “manusia bayangan” oleh sesama warga Palestina karena kemampuannya untuk menghindari radar musuh, telah naik ke posisi nomor 3 dalam kelompok militan Islam.

Dia dan dua pemimpin tertinggi Hamas lainnya membentuk dewan militer rahasia yang beranggotakan tiga orang di atas Hamas. Mereka merencanakan serangan pada 7 Oktober dan diyakini telah mengarahkan operasi militer dari terowongan dan jalan-jalan belakang Gaza sejak saat itu.



Sekitar 1.200 orang tewas dan sekitar 253 orang disandera pada 7 Oktober, menurut penghitungan Israel, serangan paling berdarah dalam 75 tahun sejarah Israel.

Setelah itu, pemerintahan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu bersumpah untuk membunuh ketiga orang tersebut: Yahya Sinwar, pemimpin Hamas di Gaza, Mohammed Deif, kepala sayap militer, dan Issa wakilnya.

Apa Dampak Tewasnya Marwan Issa bagi Perjuangan Hamas?

1. Pukulan Telak bagi Hamas

Kematian Issa akan menjadi pukulan besar bagi Hamas, yang telah menghadapi kampanye udara dan darat Israel tanpa henti untuk menghancurkannya, menghancurkan benteng mereka di Jalur Gaza dan menewaskan hampir 32.000 orang menurut pihak berwenang Palestina.

2. Gencatan Senjata Makin Sulit

Melansir Reuters, pembunuhan Issa juga dapat mempersulit upaya untuk menjamin gencatan senjata dan pembebasan sandera, meskipun Israel mengatakan pembicaraan sedang berlangsung melalui mediator Mesir dan Qatar.
Dapatkan berita terbaru, follow WhatsApp Channel SINDOnews sekarang juga!
Halaman :
tulis komentar anda
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More