Menteri Zionis: Israel Harus Sepenuhnya Menduduki Jalur Gaza
Sabtu, 16 Desember 2023 - 10:26 WIB
TEL AVIV - Menteri Warisan Budaya Israel Amihay Eliyahu mengatakan Israel “harus sepenuhnya menduduki Jalur Gaza". Menteri rezim Zionis ini sebelumnya menyerukan militer mengebom nuklir Gaza sebagai opsi dalam perang melawan Hamas.
“Siapa pun yang saat ini menjual gagasan bahwa Palestina dapat kembali menjalankan pemerintahan tidak ingat apa yang terjadi pada 7 Oktober,” kata kata Eliyahu, menteri dari Partai Otzma Yehudit—yang dikenal sebagai partai ekstremis, kepada radio Kan.
Meskipun Israel telah mengebom Gaza sejak 7 Oktober, menewaskan lebih dari 18.700 warga Palestina, Israel bersikeras bahwa mereka akan mempertahankan kendali keamanan atas Gaza untuk memastikan tidak terulangnya serangan Hamas yang menewaskan lebih dari 1.200 warga Israel dan warga asing serta menyebabkan 240 orang lainnya ditawan di Gaza.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga mengatakan Israel tidak akan membiarkan Gaza dikuasai oleh Otoritas Palestina, dan mengatakan bahwa Israel berbeda dengan Washington dalam masalah bagaimana mengelola Gaza setelah Hamas dikalahkan nanti.
Dalam wawancaranya dengan radio Kan, Eliyahu tidak merinci visinya bagi pemerintahan Israel di Gaza.
Ketika pewawancara menanyakan apakah pihak berwenang Israel harus bertanggung jawab atas urusan sipil dan hal-hal terkait di wilayah kantong Palestina itu, dia menahan diri untuk tidak memberikan jawaban langsung, hanya menekankan bahwa Palestina tidak memiliki kemampuan untuk menangani urusan tersebut.
Dia menambahkan bahwa dia ingin membangun kembali permukiman di Jalur Gaza."[Namun] saat ini belum waktunya untuk melakukan hal tersebut," katanya, yang dilansir Middle East Monitor, Sabtu (16/12/2023).
Bulan lalu, Eliyahu memicu kemarahan dunia Arab setelah dia menyerukan agar militer Israel mengebom nuklir Jalur Gaza. Komentar itu membuatnya diskors oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Kampanye pengeboman genosida Israel di Gaza sejak 7 Oktober telah menewaskan lebih dari 18.200 warga Palestina, sebagian besar adalah anak-anak, sementara lebih dari 51.000 orang lainnya terluka.
Ribuan lainnya terjebak di bawah reruntuhan, tidak dapat melarikan diri atau diselamatkan karena operasi penyelamatan terhambat oleh kampanye pengeboman dan kurangnya bahan bakar yang dilarang Israel memasuki Jalur Gaza.
“Siapa pun yang saat ini menjual gagasan bahwa Palestina dapat kembali menjalankan pemerintahan tidak ingat apa yang terjadi pada 7 Oktober,” kata kata Eliyahu, menteri dari Partai Otzma Yehudit—yang dikenal sebagai partai ekstremis, kepada radio Kan.
Meskipun Israel telah mengebom Gaza sejak 7 Oktober, menewaskan lebih dari 18.700 warga Palestina, Israel bersikeras bahwa mereka akan mempertahankan kendali keamanan atas Gaza untuk memastikan tidak terulangnya serangan Hamas yang menewaskan lebih dari 1.200 warga Israel dan warga asing serta menyebabkan 240 orang lainnya ditawan di Gaza.
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu juga mengatakan Israel tidak akan membiarkan Gaza dikuasai oleh Otoritas Palestina, dan mengatakan bahwa Israel berbeda dengan Washington dalam masalah bagaimana mengelola Gaza setelah Hamas dikalahkan nanti.
Dalam wawancaranya dengan radio Kan, Eliyahu tidak merinci visinya bagi pemerintahan Israel di Gaza.
Ketika pewawancara menanyakan apakah pihak berwenang Israel harus bertanggung jawab atas urusan sipil dan hal-hal terkait di wilayah kantong Palestina itu, dia menahan diri untuk tidak memberikan jawaban langsung, hanya menekankan bahwa Palestina tidak memiliki kemampuan untuk menangani urusan tersebut.
Dia menambahkan bahwa dia ingin membangun kembali permukiman di Jalur Gaza."[Namun] saat ini belum waktunya untuk melakukan hal tersebut," katanya, yang dilansir Middle East Monitor, Sabtu (16/12/2023).
Bulan lalu, Eliyahu memicu kemarahan dunia Arab setelah dia menyerukan agar militer Israel mengebom nuklir Jalur Gaza. Komentar itu membuatnya diskors oleh Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Kampanye pengeboman genosida Israel di Gaza sejak 7 Oktober telah menewaskan lebih dari 18.200 warga Palestina, sebagian besar adalah anak-anak, sementara lebih dari 51.000 orang lainnya terluka.
Ribuan lainnya terjebak di bawah reruntuhan, tidak dapat melarikan diri atau diselamatkan karena operasi penyelamatan terhambat oleh kampanye pengeboman dan kurangnya bahan bakar yang dilarang Israel memasuki Jalur Gaza.
(mas)
Lihat Juga :
tulis komentar anda