10 Negara Berkembang yang Menghadapi Krisis Ekonomi DIsebabkan Utang Menumpuk
Kamis, 05 Oktober 2023 - 04:28 WIB
LONDON - Tingkat suku bunga yang tinggi, meningkatnya keengganan investor terhadap risiko, dan pinjaman yang membengkak dalam beberapa tahun terakhir telah membuat sejumlah negara berkembang terperosok dalam krisis utang . Itu menyebabkan banyak negara terjebak dalam krisis ekonomi.
Membantu mereka keluar dari permasalahan ini akan menjadi agenda utama pada pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di pusat wisata Marrakesh, Maroko, yang akan dimulai minggu depan.
Foto/Reuters
Melansir Reuters, negara dengan perekonomian terbesar di Afrika Utara ini perlu membayar kembali utang mata uang asing senilai USD100 miliar selama lima tahun ke depan. Kairo saat ini menghabiskan lebih dari 40% pendapatannya untuk pembayaran bunga; kebutuhan pembiayaan untuk tahun fiskal 2023/204 mencapai USD24 miliar.
Mesir mempunyai program IMF senilai USD3 miliar dan telah mendevaluasi pound sekitar 50% sejak Februari 2022. Namun rencana privatisasi senilai USD2 miliar berjalan lambat dan menunda penghapusan subsidi listrik.
Pemilu, yang dijadwalkan pada bulan Desember, mengurangi kemungkinan terjadinya reformasi yang menyakitkan, kata para analis, dan dukungan dari negara-negara Teluk yang kaya adalah kunci untuk memastikan kebutuhan pendanaan terpenuhi.
Baca Juga: 6 Negara yang Pernah Terancam Bangkrut, Dipicu Krisis Utang hingga Pengangguran
Membantu mereka keluar dari permasalahan ini akan menjadi agenda utama pada pertemuan tahunan IMF dan Bank Dunia di pusat wisata Marrakesh, Maroko, yang akan dimulai minggu depan.
Berikut adalah 10 negara yang menghadapi masalah utang dan menimbulkan krisis ekonomi, diurutkan berdasarkan abjad.
1. Mesir
Foto/Reuters
Melansir Reuters, negara dengan perekonomian terbesar di Afrika Utara ini perlu membayar kembali utang mata uang asing senilai USD100 miliar selama lima tahun ke depan. Kairo saat ini menghabiskan lebih dari 40% pendapatannya untuk pembayaran bunga; kebutuhan pembiayaan untuk tahun fiskal 2023/204 mencapai USD24 miliar.
Mesir mempunyai program IMF senilai USD3 miliar dan telah mendevaluasi pound sekitar 50% sejak Februari 2022. Namun rencana privatisasi senilai USD2 miliar berjalan lambat dan menunda penghapusan subsidi listrik.
Pemilu, yang dijadwalkan pada bulan Desember, mengurangi kemungkinan terjadinya reformasi yang menyakitkan, kata para analis, dan dukungan dari negara-negara Teluk yang kaya adalah kunci untuk memastikan kebutuhan pendanaan terpenuhi.
Baca Juga: 6 Negara yang Pernah Terancam Bangkrut, Dipicu Krisis Utang hingga Pengangguran
2. Ethiopia
tulis komentar anda