Warga Malaysia dan Indonesia Dukung Ulama Terjun ke Dunia Politik
Rabu, 13 September 2023 - 02:53 WIB
KUALA LUMPUR - Survei yang dilakukan oleh Pew Research Center yang melibatkan sekitar 13.000 responden di enam negara Asia juga menemukan bahwa sekitar satu dari dua warga Malaysia dan Indonesia percaya bahwa para pemimpin agama atau pun ulama harus terjun ke dunia politik.
Bahkan, Pew Research Center mengungkap sekitar 6 dari 10 responden yang disurvei di Malaysia dan Indonesia mengatakan para pemimpin agama harus berbicara secara terbuka tentang partai politik atau politisi yang mereka dukung, dan sekitar setengahnya bahkan mengatakan mereka harus terjun ke dunia politik.
Selain itu, lebih dari separuh responden di Malaysia dan Indonesia berpendapat bahwa para pemimpin agama harus mengambil bagian dalam protes politik, sedikit lebih tinggi dari 50% responden yang disurvei di Kamboja dan melampaui 18 hingga 29% responden di Singapura, Sri Lanka, Singapura dan Thailand.
Negara-negara tersebut adalah Thailand, Kamboja, dan Sri Lanka yang menganut agama Budha sebagai agama resminya, Malaysia dan Indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama Islam, serta Singapura yang tidak memiliki agama mayoritas.
Survei yang dilakukan oleh lembaga riset Amerika ini juga menyentuh berbagai bidang, termasuk bagaimana responden memandang pentingnya agama bagi identitas nasional, preferensi mereka dalam mendasarkan undang-undang nasional pada ajaran agama, serta pandangan mereka terhadap keragaman agama.
Misalnya, survei tersebut menemukan bahwa 86% responden Muslim di Indonesia mengatakan “sangat penting” menjadi seorang Muslim untuk menjadi orang Indonesia yang sesungguhnya, diikuti oleh 79% responden Muslim di Malaysia yang juga menyamakan agama dengan agama sebagai identitas nasional.
Salah satu peneliti utama studi tersebut, Jonathan Evans, mengatakan kepada CNA bahwa beberapa pertanyaan dalam survei tersebut bertujuan untuk memahami bagaimana orang berpikir bahwa agama dan politik “harus atau tidak boleh digabungkan”.
“Karena ada begitu banyak cara bagi para pemimpin agama untuk terlibat dalam politik, kami memutuskan untuk mengajukan beberapa pertanyaan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dibandingkan dengan sekadar bertanya 'haruskah para pemimpin agama terlibat dalam politik?',” kata Evans.
Bahkan, Pew Research Center mengungkap sekitar 6 dari 10 responden yang disurvei di Malaysia dan Indonesia mengatakan para pemimpin agama harus berbicara secara terbuka tentang partai politik atau politisi yang mereka dukung, dan sekitar setengahnya bahkan mengatakan mereka harus terjun ke dunia politik.
Selain itu, lebih dari separuh responden di Malaysia dan Indonesia berpendapat bahwa para pemimpin agama harus mengambil bagian dalam protes politik, sedikit lebih tinggi dari 50% responden yang disurvei di Kamboja dan melampaui 18 hingga 29% responden di Singapura, Sri Lanka, Singapura dan Thailand.
Negara-negara tersebut adalah Thailand, Kamboja, dan Sri Lanka yang menganut agama Budha sebagai agama resminya, Malaysia dan Indonesia yang sebagian besar penduduknya beragama Islam, serta Singapura yang tidak memiliki agama mayoritas.
Survei yang dilakukan oleh lembaga riset Amerika ini juga menyentuh berbagai bidang, termasuk bagaimana responden memandang pentingnya agama bagi identitas nasional, preferensi mereka dalam mendasarkan undang-undang nasional pada ajaran agama, serta pandangan mereka terhadap keragaman agama.
Misalnya, survei tersebut menemukan bahwa 86% responden Muslim di Indonesia mengatakan “sangat penting” menjadi seorang Muslim untuk menjadi orang Indonesia yang sesungguhnya, diikuti oleh 79% responden Muslim di Malaysia yang juga menyamakan agama dengan agama sebagai identitas nasional.
Salah satu peneliti utama studi tersebut, Jonathan Evans, mengatakan kepada CNA bahwa beberapa pertanyaan dalam survei tersebut bertujuan untuk memahami bagaimana orang berpikir bahwa agama dan politik “harus atau tidak boleh digabungkan”.
“Karena ada begitu banyak cara bagi para pemimpin agama untuk terlibat dalam politik, kami memutuskan untuk mengajukan beberapa pertanyaan untuk mendapatkan pemahaman yang lebih mendalam dibandingkan dengan sekadar bertanya 'haruskah para pemimpin agama terlibat dalam politik?',” kata Evans.
tulis komentar anda