‘Perang Tanpa Asap' China di Jalur Sutera Modern
Sabtu, 12 Agustus 2023 - 21:47 WIB
BEIJING - China telah mengenalkan tiga konsep perang dalam revisi dokumen "Pedoman Kerja Politik Tentara Pembebasan Rakyat" di tahun 2003. Ketiga jenis perang itu adalah perang di ranah opini publik, psikologis, dan hukum.
Laporan terbaru New York Times (NYT) mengungkapkan secara lebih mendetail mengenai bagaimana China menjalankan kebijakannya terkait ketiga jenis perang tersebut.
Metodologi penjangkauan oleh China dijelaskan dalam sebuah artikel NYT berjudul "A Global Web of Chinese Propaganda Leads to a U.S. Tech Mogul”. Laporan sebelumnya oleh Federasi Jurnalis Internasional telah mencatat metode dan manipulasi China di Amerika Selatan dan Afrika. Pesan yang mendasarinya tetap konsisten tentang penggunaan uang dan manipulasi oleh China.
Aspek lain yang disoroti artikel dan laporan tersebut adalah bahwa tindakan China ini lebih lazim dilakukan di negara-negara lain yang menjalin kerja sama dalam skema One Belt, One Road (OBOR) atau Belt Road Initiative (BRI), atau biasa juga disebut sebagai Jalur Sutera Modern. Dalam skema OBOR atau BRI yang berjalan di sejumlah negara, China memiliki investasi keuangan besar.
Dalam pidatonya di Kongres ke-19 Partai Komunis China (PKC) pada Oktober 2017, Presiden Xi Jinping berpendapat bahwa sistem China menawarkan "opsi baru bagi negara dan bangsa lain yang ingin mempercepat pembangunan mereka sembari tetap menjaga independensi mereka."
Seperti dikutip dari The HK Post pada Rabu, 9 Agustus 2023, tema umum yang digaungkan China saat ini adalah menyoroti kisah Negeri Tirai Bambu yang hebat dan bantuannya untuk kebutuhan negara-negara tertentu, baik itu di bidang infrastruktur, peningkatan kapasitas, pendidikan, medis, dan lain-lain.
Metode propaganda China adalah dengan memanfaatkan semua media (cetak, radio, atau televisi), dan terutama media sosial melalui influencer sosial dengan banyak pengikut. Pesan-pesan propaganda ini kemudian secara bertahap digunakan untuk menyisipkan pesan pembentuk opini yang mempertanyakan atau mengaburkan pembuatan kebijakan yang merugikan demi keuntungannya sendiri.
China atau proksi-proksi mereka mengucurkan dana besar untuk kampanye pengaruh yang membela Beijing dan mendorong propagandanya. Narasi tersebut diubah secara bertahap, yang berujung pada penelitian lain di mana organisasi berita Amerika Serikat yang jurnalisnya melakukan perjalanan resmi ke China kemudian "membuat perubahan dari yang sebelumnya meliput persaingan militer menjadi meliput kerja sama ekonomi”.
Laporan terbaru New York Times (NYT) mengungkapkan secara lebih mendetail mengenai bagaimana China menjalankan kebijakannya terkait ketiga jenis perang tersebut.
Metodologi penjangkauan oleh China dijelaskan dalam sebuah artikel NYT berjudul "A Global Web of Chinese Propaganda Leads to a U.S. Tech Mogul”. Laporan sebelumnya oleh Federasi Jurnalis Internasional telah mencatat metode dan manipulasi China di Amerika Selatan dan Afrika. Pesan yang mendasarinya tetap konsisten tentang penggunaan uang dan manipulasi oleh China.
Aspek lain yang disoroti artikel dan laporan tersebut adalah bahwa tindakan China ini lebih lazim dilakukan di negara-negara lain yang menjalin kerja sama dalam skema One Belt, One Road (OBOR) atau Belt Road Initiative (BRI), atau biasa juga disebut sebagai Jalur Sutera Modern. Dalam skema OBOR atau BRI yang berjalan di sejumlah negara, China memiliki investasi keuangan besar.
Dalam pidatonya di Kongres ke-19 Partai Komunis China (PKC) pada Oktober 2017, Presiden Xi Jinping berpendapat bahwa sistem China menawarkan "opsi baru bagi negara dan bangsa lain yang ingin mempercepat pembangunan mereka sembari tetap menjaga independensi mereka."
Seperti dikutip dari The HK Post pada Rabu, 9 Agustus 2023, tema umum yang digaungkan China saat ini adalah menyoroti kisah Negeri Tirai Bambu yang hebat dan bantuannya untuk kebutuhan negara-negara tertentu, baik itu di bidang infrastruktur, peningkatan kapasitas, pendidikan, medis, dan lain-lain.
Metode propaganda China adalah dengan memanfaatkan semua media (cetak, radio, atau televisi), dan terutama media sosial melalui influencer sosial dengan banyak pengikut. Pesan-pesan propaganda ini kemudian secara bertahap digunakan untuk menyisipkan pesan pembentuk opini yang mempertanyakan atau mengaburkan pembuatan kebijakan yang merugikan demi keuntungannya sendiri.
China atau proksi-proksi mereka mengucurkan dana besar untuk kampanye pengaruh yang membela Beijing dan mendorong propagandanya. Narasi tersebut diubah secara bertahap, yang berujung pada penelitian lain di mana organisasi berita Amerika Serikat yang jurnalisnya melakukan perjalanan resmi ke China kemudian "membuat perubahan dari yang sebelumnya meliput persaingan militer menjadi meliput kerja sama ekonomi”.
tulis komentar anda