Lawan Rusia dan China, AS Merasa Tak Perlu Tingkatkan Persenjataan Nuklir
Minggu, 04 Juni 2023 - 04:27 WIB
WASHINGTON - Amerika Serikat (AS) merasa tidak perlu meningkatkan jumlah persenjataan nuklirnya untukmelawan kekuatan gabungan Rusia-China dan saingan lainnya.
Itu disampaikan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan pada Jumat ketika perseteruan Washington dengan Moskow dan Beijing terus memanas.
Sullivan mengatakan Amerika akan mematuhi batas senjata nuklir yang ditetapkan dalam Perjanjian START Baru sampai berakhirnya tahun 2026 jika Rusia melakukan hal yang sama.
Sullivan membuat pernyataan tersebut dalam sebuah pidato di mana dia berusaha membujuk Moskow dan Beijing untuk melakukan pembicaraan pengendalian senjata.
"Amerika Serikat tidak perlu meningkatkan kekuatan nuklir kami untuk melebihi jumlah gabungan dari pesaing agar berhasil menangkal mereka," kata Sullivan kepada Arms Control Association, kelompok advokasi pengendalian senjata AS, seperti dikutip Reuters, Sabtu (3/6/2023).
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Februari mengatakan Moskow menangguhkan partisipasi dalam Perjanjian START Baru (New START Treaty), pakta terakhir yang tersisa yang membatasi senjata nuklir strategis AS dan Rusia.
“Sementara mengeklaim untuk menangguhkan [Perjanjian] START Baru, Rusia juga secara terbuka berkomitmen untuk mematuhi batas-batas pusat perjanjian, yang menunjukkan potensi kesediaan untuk terus membatasi kekuatan nuklir strategis hingga 2026. Kami setuju,” kata Sullivan.
“Bukan kepentingan negara kami untuk memulai persaingan terbuka dalam kekuatan strategis dan kami siap untuk tetap berpegang pada batas pusat selama Rusia melakukannya,” katanya.
"Amerika Serikat siap melibatkan Rusia sekarang untuk mengelola risiko nuklir dan mengembangkan kerangka kontrol senjata pasca-2026," paparnya.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
Itu disampaikan Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih Jake Sullivan pada Jumat ketika perseteruan Washington dengan Moskow dan Beijing terus memanas.
Sullivan mengatakan Amerika akan mematuhi batas senjata nuklir yang ditetapkan dalam Perjanjian START Baru sampai berakhirnya tahun 2026 jika Rusia melakukan hal yang sama.
Baca Juga
Sullivan membuat pernyataan tersebut dalam sebuah pidato di mana dia berusaha membujuk Moskow dan Beijing untuk melakukan pembicaraan pengendalian senjata.
"Amerika Serikat tidak perlu meningkatkan kekuatan nuklir kami untuk melebihi jumlah gabungan dari pesaing agar berhasil menangkal mereka," kata Sullivan kepada Arms Control Association, kelompok advokasi pengendalian senjata AS, seperti dikutip Reuters, Sabtu (3/6/2023).
Presiden Rusia Vladimir Putin pada Februari mengatakan Moskow menangguhkan partisipasi dalam Perjanjian START Baru (New START Treaty), pakta terakhir yang tersisa yang membatasi senjata nuklir strategis AS dan Rusia.
“Sementara mengeklaim untuk menangguhkan [Perjanjian] START Baru, Rusia juga secara terbuka berkomitmen untuk mematuhi batas-batas pusat perjanjian, yang menunjukkan potensi kesediaan untuk terus membatasi kekuatan nuklir strategis hingga 2026. Kami setuju,” kata Sullivan.
“Bukan kepentingan negara kami untuk memulai persaingan terbuka dalam kekuatan strategis dan kami siap untuk tetap berpegang pada batas pusat selama Rusia melakukannya,” katanya.
"Amerika Serikat siap melibatkan Rusia sekarang untuk mengelola risiko nuklir dan mengembangkan kerangka kontrol senjata pasca-2026," paparnya.
Lihat Juga: Eks Analis CIA Sebut Biden Mirip Pelaku Bom Bunuh Diri, Wariskan Perang Besar pada Trump
(mas)
tulis komentar anda