Diplomat China: Xi Secara Pribadi Ikut Campur dalam Perundingan Arab Saudi dan Iran

Senin, 01 Mei 2023 - 06:01 WIB
Presiden China Xi Jinping. Foto/REUTERS
BEIJING - Presiden China Xi Jinping memainkan peran kunci dalam membantu membujuk para pemimpin saingan regional Arab Saudi dan Iran untuk memulihkan hubungan dan mengakhiri keretakan diplomatik tujuh tahun mereka.

Pernyataan itu diungkapkan seorang diplomat senior China kepada surat kabar People's Daily pada Sabtu (29/4/2023).

“Xi secara pribadi membujuk para pemimpin kedua negara dan mendukung Saudi dan Iran untuk mengembangkan hubungan persahabatan sebagai tetangga,” ujar Direktur Departemen Urusan Asia Barat dan Afrika Utara Kementerian Luar Negeri China, Wang Di, mengatakan kepada surat kabar yang terkait pemerintah itu.



Wang menambahkan, upaya Beijing mempromosikan stabilitas regional di Timur Tengah terjadi di tengah “beberapa negara besar di luar kawasan yang menyebabkan ketidakstabilan jangka panjang” untuk apa yang dia gambarkan sebagai “kepentingan pribadi” mereka sendiri.

Dia juga mengindikasikan Beijing akan menjadi “mediator yang adil” dan akan terus menjadi “promotor perdamaian dan stabilitas di Timur Tengah.”



Pembicaraan antara Teheran dan Riyadh terkenal karena tidak adanya keterlibatan Amerika Serikat (AS). Selama sekitar 75 tahun, Washington adalah pemain diplomatik utama di wilayah tersebut.

Kesepakatan bulan lalu yang ditengahi Beijing antara Arab Saudi dan Iran digembar-gemborkan sebagai kemenangan kebijakan luar negeri yang penting bagi China.

Itu juga menyebabkan kerajaan Saudi meluncurkan pembicaraan damai yang dirancang untuk mengakhiri konflik delapan tahun di Yaman.

“Itu juga menandakan kredibilitas diplomatik Beijing di kawasan itu mendapatkan pijakan dengan pengaruh ekonominya,” papar Oliver John dari wadah pemikir Pengaruh Timur Tengah yang berbasis di Washington, menurut South China Morning Post pada Sabtu.

Pada Jumat, Arab Saudi dan Iran mengumumkan mereka akan membuka kembali kedutaan di ibu kota masing-masing "dalam beberapa hari" untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun.

Pada 2015 hubungan antara Teheran dan Riyadh menjadi semakin tegang menyusul intervensi Arab Saudi dan UEA dalam Perang Yaman.

Sebelumnya, pemberontak Houthi yang didukung Iran telah menguasai ibukota Yaman Sanaa dari pemerintah yang berpihak pada Saudi.

Ketegangan ini kemudian memicu beberapa konflik di wilayah tersebut dan merupakan salah satu faktor penyebab perang saudara Suriah, konflik yang menurut Wang, ingin dicari solusi diplomatik oleh Beijing.

Arab Saudi memutuskan hubungan diplomatik dengan Suriah pada Februari 2012, bergabung dengan AS dalam mendukung militan yang berusaha menggulingkan Presiden Bashar Assad.

Dengan dukungan Rusia dan Iran, pemerintah di Damaskus akhirnya menang melawan milisi pemberontak yang mencakup teroris yang berafiliasi dengan Al-Qaeda dan Negara Islam (IS, sebelumnya ISIS).

“Beijing juga telah mengusulkan solusi dua negara untuk Israel dan Palestina,” ujar Wang.

Menteri Luar Negeri China Qin Gang mengatakan bulan ini bahwa pihaknya dapat memainkan "peran aktif" di sana dalam memediasi pembicaraan damai.

“Upaya negara itu untuk meningkatkan stabilitas di Timur Tengah juga memiliki tujuan ganda untuk melabuhkan kesepakatan energi yang ada,” papar Oliver John dalam laporan SCMP.

Arab Saudi adalah pemasok utama energi ke Beijing, dengan China menyumbang sekitar seperempat dari ekspor minyaknya pada tahun 2021.
(sya)
tulis komentar anda
Follow
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Video Rekomendasi
Berita Terkait
Rekomendasi
Terpopuler
Berita Terkini More