Tahanan Guantanamo Dipaksa Tiduri Interogator Wanita

Rabu, 21 Januari 2015 - 11:45 WIB
Tahanan Guantanamo Dipaksa Tiduri Interogator Wanita
Tahanan Guantanamo Dipaksa Tiduri Interogator Wanita
A A A
LONDON - Seorang tahanan di penjara Guantanamo membuat pengakuan mengejutkan. Dia mengaku dipaksa berhubungan badan dengan interogator wanita dengan dalih mengajarkan pendidikan seks Amerika.

Pengakuan tahanan bernama Mohamedou Ould Slahi itu ditulis dalam sebuah buku terbaru. Slahi dibawa ke penjara Kuba itu pada tahun 2002 dan kemudian mengalami siksaan.

Pria 44 tahun yang bersumpah setia kepada al-Qaeda setelah ikut perang di Afghanistan tahun 1990-an itu, mengklaim sudah meninggalkan kelompok yang didirikan Osama bin Laden tersebut tahun 1992.

Dia ditahan setelah serangan 11 September 2001 atau serangan 9/11. Slahi dituduh terlibat pemboman yang gagal terhadap Kota Los Angeles tahun 1999. Sebelum dijebloskan ke penjara Guantanamo, Kuba, dia interogasi di Mauritania, Yordania dan Afghanistan.

Dalam memoarnya, Slahi mengaku jadi korban pelecehan seksual oleh dua interogator wanita. “Saya berdiri di posisi yang menyakitkan yang sama setiap harinya selama sekitar 70 hari,” bunyi memoar Slahi yang diterbitkan Spiegel, kemarin.

”Saya lebih suka mengikuti perintah dan mengurangi rasa sakit yang akan terjadi ketika penjaga datang untuk ‘bermain’. Penjaga menggunakan setiap kesempatan,” lanjut dia.

”Begitu saya berdiri, keduanya melepas pakaian mereka, dan mulai berbicara tentang jenis barang kotor yang dapat Anda bayangkan sendiri.”

Tahanan Guantanamo itu mengaku terus berdoa. Tapi dia dimarahi para interogator yang melakukan pelecehan terhadapnya. ”Hentikan doanya," bentak salah satu intergotor. "Dia (interogator) mengatakan saya munafik,” tulis Slahi.

“Saya menolak untuk berhenti berdoa. Dan setelah itu, saya dilarang untuk melakukan salat. Saya juga dilarang untuk berpuasa selama bulan suci Ramadan pada Oktober 2003, dan diberi makan dengan paksa,” lanjut isi memoar berjudul ”Guantanamo Diary”.

Memoar itu diterbitkan oleh kerabatnya, dan diluncurkan dalam konferensi pers di London, kemarin. Pemerintah Amerika Serikat (AS) belum berkomentar atas pengakuan tahanan Guantanamo itu. Pengakuan ini semakin menambah daftar “aib” aparat hukum AS, setelah beberapa waktu lalu, aksi penyiksaan agen CIA terhadap para tahanan terorisme diungkap.
(mas)
Copyright © 2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7388 seconds (0.1#10.140)