Insiden AirAsia QZ8501 Dianggap Mirip Air France AF447
A
A
A
LONDON - Pakar penerbangan terkemuka, Geoffrey Thomas, menganggap insiden hilangnya pesawat AirAsia QZ8501 mirip dengan insiden yang dialami pesawat Air France AF447 pada tahun 2009.
Pakar yang juga editor airlineratings.com itu, percaya bahwa pilot AirAsia QZ8501 mengalami kondisi cuaca yang sulit. Tapi, dia menganggap pilot tersebut terbang terlalu lambat untuk menghindari cuaca buruk itu. (Baca: Pesawat AirAsia Rute Surabaya-Singapura Hilang Kontak)
”Pilot percaya bahwa kru mencoba untuk menghindari badai dengan menanjak, entah bagaimana kemudian menemukan diri mereka terbang terlalu lambat dan dengan demikian diinduksi sebuah kondisi aerodinamis yang mirip dengan yang dialami Air France AF447 yang kecelakaan pada tahun 2009,” kata Thomas kepada AAP, Senin (29/12/2014).
Pesawat Air France AF447 jatuh ke Samudera Atlantik pada tahun 2009 saat dalam perjalanan dari Rio De Janeiro ke Paris.”(Pesawat) QZ8501 terbang terlalu lambat, sekitar 100 knot yang setara 160 km/jam. Saat itu ketinggian (terbang pesawat) dalam kondisi sangat berbahaya,” ujar Thomas. (Baca juga: Empat Beda Hilangnya AirAsia QZ8501 dengan Malaysia Airlines MH370)
”Saya memiliki radar yang menunjukkanpesawatterbang di ketinggian 36 ribu kaki dan menanjak dengan kecepatan 353 knot, terbang dengan kecepatan 100 knot itu terlalu lambat,” lanjut Thomas.
Menurutnya, hal seperti ini seharunya tidak boleh terjadi pada pesawat (AirAsia) A320, sebuah pesawat canggih, sehingga tampak seolah-olah itu terkait dengan kondisi cuaca ekstrem,” imbuh Thomas.
Pesawat AirAsia QZ8501, tipe Airbus A320, terbang pada Minggu pagi dari Surabaya menuju Singapura. Namun, berselang bebeerapa saat pesawat yang membawa ratusan orang itu tiba-tiba hilang kontak dengan petugas pengontrol lalu lintas udara Singapura. Hingga kini pesawat AirAsia QZ5801 masih dicari.
Pakar yang juga editor airlineratings.com itu, percaya bahwa pilot AirAsia QZ8501 mengalami kondisi cuaca yang sulit. Tapi, dia menganggap pilot tersebut terbang terlalu lambat untuk menghindari cuaca buruk itu. (Baca: Pesawat AirAsia Rute Surabaya-Singapura Hilang Kontak)
”Pilot percaya bahwa kru mencoba untuk menghindari badai dengan menanjak, entah bagaimana kemudian menemukan diri mereka terbang terlalu lambat dan dengan demikian diinduksi sebuah kondisi aerodinamis yang mirip dengan yang dialami Air France AF447 yang kecelakaan pada tahun 2009,” kata Thomas kepada AAP, Senin (29/12/2014).
Pesawat Air France AF447 jatuh ke Samudera Atlantik pada tahun 2009 saat dalam perjalanan dari Rio De Janeiro ke Paris.”(Pesawat) QZ8501 terbang terlalu lambat, sekitar 100 knot yang setara 160 km/jam. Saat itu ketinggian (terbang pesawat) dalam kondisi sangat berbahaya,” ujar Thomas. (Baca juga: Empat Beda Hilangnya AirAsia QZ8501 dengan Malaysia Airlines MH370)
”Saya memiliki radar yang menunjukkanpesawatterbang di ketinggian 36 ribu kaki dan menanjak dengan kecepatan 353 knot, terbang dengan kecepatan 100 knot itu terlalu lambat,” lanjut Thomas.
Menurutnya, hal seperti ini seharunya tidak boleh terjadi pada pesawat (AirAsia) A320, sebuah pesawat canggih, sehingga tampak seolah-olah itu terkait dengan kondisi cuaca ekstrem,” imbuh Thomas.
Pesawat AirAsia QZ8501, tipe Airbus A320, terbang pada Minggu pagi dari Surabaya menuju Singapura. Namun, berselang bebeerapa saat pesawat yang membawa ratusan orang itu tiba-tiba hilang kontak dengan petugas pengontrol lalu lintas udara Singapura. Hingga kini pesawat AirAsia QZ5801 masih dicari.
(mas)