HRW: ISIS Siksa dan Aniaya Anak-Anak Kurdi
A
A
A
ISTANBUL - Kelompok pembela Hak Asasi Manusia internasional, Human Right Watch (HRW) kembali membeberkan fakta mengenai kejahatan yang telah dilakukan oleh ISIS. Dalam laporannya, HRW menyatakan kelompok radikal tersebut kerap menyiksa dan menganiaya anak-anak Kurdi yang menjadi sandera mereka.
Melansir VOA, Rabu (5/11/2014), HRW menyebut setidaknya terdapat 250 anak Kurdi Suriah yang berada di tangan ISIS. Mereka diculik saat sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah mereka di Allepo menuju ke Kobani.
Walaupun secara fisik mereka telah bebas dari ISIS, namun secara psikologis mereka masih berada dalam penyanderaan ISIS. “Mereka mendapatkan trauma dan mendapatkan pelecehan dari ISIS,” ucap peneliti senior HRW di Turki, Emma Sinclair Webb.
“Anak-anak tersebut dipaksa menonton pertempuran dan eksekusi mati yang dilakuan oleh ISIS,” ucap Webb. “Mereka juga dipaksa untuk belajar agama dari sudut pandang ISIS, dan mereka juga menjadi sasaran pemulikan dan penyiksaan,” tambahnya.
Menurut HRW, trauma di kepala anak-anak tersebut mungkina kan bertahan dalam waktu yang cukup lama. “Mereka kini harus tinggal di pengungsian di Turki, di mana mereka belum pernah mendapatkan konseling apapun untuk membantu menghilangkan trauma mereka,” imbuh Webb.
Melansir VOA, Rabu (5/11/2014), HRW menyebut setidaknya terdapat 250 anak Kurdi Suriah yang berada di tangan ISIS. Mereka diculik saat sedang dalam perjalanan pulang dari sekolah mereka di Allepo menuju ke Kobani.
Walaupun secara fisik mereka telah bebas dari ISIS, namun secara psikologis mereka masih berada dalam penyanderaan ISIS. “Mereka mendapatkan trauma dan mendapatkan pelecehan dari ISIS,” ucap peneliti senior HRW di Turki, Emma Sinclair Webb.
“Anak-anak tersebut dipaksa menonton pertempuran dan eksekusi mati yang dilakuan oleh ISIS,” ucap Webb. “Mereka juga dipaksa untuk belajar agama dari sudut pandang ISIS, dan mereka juga menjadi sasaran pemulikan dan penyiksaan,” tambahnya.
Menurut HRW, trauma di kepala anak-anak tersebut mungkina kan bertahan dalam waktu yang cukup lama. “Mereka kini harus tinggal di pengungsian di Turki, di mana mereka belum pernah mendapatkan konseling apapun untuk membantu menghilangkan trauma mereka,” imbuh Webb.
(esn)