Rusia: 50.000 Orang Telah Bergabung dengan ISIS
A
A
A
MOSKOW - Menurut Rusia, kekuatan ISIS baik di Suriah dan Irak, kian hari kian menguat. Negara tersebut menyatakan, setidaknya sudah ada 50 ribu orang yang bergabung dengan ISIS dan turut berperang di kedua wilayah tersebut.
Melansir RIANOVOSTI, Jumat (26/9/2014), Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev menyatakan, jumlah tersebut dipastikan akan terus bertambah setiap harinya. Aliran orang yang ingin bergabung dengan ISIS dari berbagai negara di dunia hingga saat ini belum mereda, bahkan diduga semakin deras.
"Gerakan radikal ISIS yang saat ini mengendalikan beberapa bagian Irak dan Suriah semakin menguat. Jumlah mereka, menurut data awal, berkisar dari 30 ribu sampai 50 ribu orang dan kehadiran mereka mampu untuk merusak keamanan internasional," kata Patrushev.
Menurut Patrushev, kemungkinan kembalinya para anggota ISIS itu ke negara mereka masing-masing, terutama yang berasal dari negara persemakmuran Inggris, sangatlah besar. “Mereka bisa melanjutkan aksi teror ketika kembali ke tanah kelahiran mereka,” ucap Patrushev.
“Anggota-anggota negara persemakmuran dan juga Rusia harus bersama-sama berpikir bagaimana cara menanggulangi hal tersebut. Ini benar-benar sangat rumit,” ucapnya. “Mereka jelas bisa memberikan ancaman kepada siapapun, terlebih kepada negara anggota persemakmuran,” lanjutnya.
Melansir RIANOVOSTI, Jumat (26/9/2014), Sekretaris Dewan Keamanan Rusia, Nikolai Patrushev menyatakan, jumlah tersebut dipastikan akan terus bertambah setiap harinya. Aliran orang yang ingin bergabung dengan ISIS dari berbagai negara di dunia hingga saat ini belum mereda, bahkan diduga semakin deras.
"Gerakan radikal ISIS yang saat ini mengendalikan beberapa bagian Irak dan Suriah semakin menguat. Jumlah mereka, menurut data awal, berkisar dari 30 ribu sampai 50 ribu orang dan kehadiran mereka mampu untuk merusak keamanan internasional," kata Patrushev.
Menurut Patrushev, kemungkinan kembalinya para anggota ISIS itu ke negara mereka masing-masing, terutama yang berasal dari negara persemakmuran Inggris, sangatlah besar. “Mereka bisa melanjutkan aksi teror ketika kembali ke tanah kelahiran mereka,” ucap Patrushev.
“Anggota-anggota negara persemakmuran dan juga Rusia harus bersama-sama berpikir bagaimana cara menanggulangi hal tersebut. Ini benar-benar sangat rumit,” ucapnya. “Mereka jelas bisa memberikan ancaman kepada siapapun, terlebih kepada negara anggota persemakmuran,” lanjutnya.
(esn)