Rusia Bersedia Akur dengan AS untuk Perangi Teroris
A
A
A
MOSKOW - Pemerintah Rusia mengaku bersedia akur dengan Amerika Serikat (AS) untuk memperbarui kerjasama dalam perang melawan terorisme internasional. Namun, keputusan akhir untuk akur itu ada di tangan AS.
Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov. ”Kami dan Amerika memiliki mekanisme bilateral yang cukup efektif yang menghubungkan berbagai instansi yang terlibat dalam operasi kontrateroris,” kata Lavrov.
“Sejak tahun lalu, mekanisme ini dihentikan oleh rekan-rekan kami, Amerika , dan sekarang kami merasa mereka ingin melanjutkan kerjasama antiterorisme. Kami siap untuk itu, terserah rekan-rekan Amerika sekarang,” lanjut Lavrov seperti dikutip Voice of Russia, semalam (27/6/2014).
Lavrov juga mengkritisi bantuan dana besar-besaran dari AS untuk opsisi Suriah. “Saya berharap bantuan tidak jatuh ke tangan yang salah, dan akan membantu menyelesaikan krisis Suriah,” imbuh Lavrov.
Komentar Lavrov itu muncul seteah menggelar pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Republik Fiji, Inoke Kubuabola, kemarin.
Seperti diketahui, Presiden Barack Obama sudah meminta Kongres AS untuk menggelontorkan bantuan senilai USD500 juta dalam bentuk peralatan dan pelatihan bagi para anggota oposisi moderat Suriah.
Krisis Suriah pecah sejak Maret 2011, dan sampai saat ini konflik belum rampung meski pemilu sudah digelar dan Bashar al-Assad kembali terpilih menjadi presiden Suriah. Konflik di Suriah semakin parah dengan masuknya para militan asing yang disebut Rusia dan pemerintah Assad sebagai teroris yang mengacaukan Suriah.
Demikian disampaikan Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov. ”Kami dan Amerika memiliki mekanisme bilateral yang cukup efektif yang menghubungkan berbagai instansi yang terlibat dalam operasi kontrateroris,” kata Lavrov.
“Sejak tahun lalu, mekanisme ini dihentikan oleh rekan-rekan kami, Amerika , dan sekarang kami merasa mereka ingin melanjutkan kerjasama antiterorisme. Kami siap untuk itu, terserah rekan-rekan Amerika sekarang,” lanjut Lavrov seperti dikutip Voice of Russia, semalam (27/6/2014).
Lavrov juga mengkritisi bantuan dana besar-besaran dari AS untuk opsisi Suriah. “Saya berharap bantuan tidak jatuh ke tangan yang salah, dan akan membantu menyelesaikan krisis Suriah,” imbuh Lavrov.
Komentar Lavrov itu muncul seteah menggelar pembicaraan dengan Menteri Luar Negeri Republik Fiji, Inoke Kubuabola, kemarin.
Seperti diketahui, Presiden Barack Obama sudah meminta Kongres AS untuk menggelontorkan bantuan senilai USD500 juta dalam bentuk peralatan dan pelatihan bagi para anggota oposisi moderat Suriah.
Krisis Suriah pecah sejak Maret 2011, dan sampai saat ini konflik belum rampung meski pemilu sudah digelar dan Bashar al-Assad kembali terpilih menjadi presiden Suriah. Konflik di Suriah semakin parah dengan masuknya para militan asing yang disebut Rusia dan pemerintah Assad sebagai teroris yang mengacaukan Suriah.
(mas)