Kisah Agen Ganda untuk al-Qaeda dan Intelijen Inggris (1)
A
A
A
LONDON - Pria ini bernama Morten Storm. Dia lahir di Denmark pada tahun 1976. Dia adalah anak seorang pemabuk dan tinggal dengan ayah tiri yang kejam. Pukulan dari ayah tiri hampir setiap hari mendarat di tubuh Storm dan ibunya.
Di usia 13 tahun, dia mencoba melakukan perampokan bersenjata. Aksi dengan pistol itu merupakan kejahatan pertamanya. Sejak itu, dia kerap terlibat perkelahian jalanan. Di usia 20-an tahun, dia dijuluki psikoat Denmark termuda.
”Saya bergabung dengan sebuah geng motor yang dikenal sebagai Bandidos, saingan mematikan dari Hell Angels, yang mereka berjuang dengan senjata dan pisau di setiap kesempatan,” katanya, mengisahkan masa lalunya.
Kehidupan jalanan membuatnya berpikir untuk memainkan peran yang lebih “cerdas”. Dia menjalin kontak dengan intelijen Inggris, M15 sekaligus kelompok-kelompok militan radikal. Dia kemudian tinggal di Inggris.
Sejak itulah dia memulai peran sebagai agen ganda. Di setiap kesempatan, dia pernah nyaris setiap hari di berbagai tempat umum tampil dengan pakaian ala jihadis di Timur Tengah.
Storm yang mengaku mualaf, akhirnya mengungkap rahasianya yang menjadi agen ganda untuk kelompok al-Qaeda sekaligus intelijen Inggris, M15, setelah dia keluar dari keduanya.
Ketemu Tokoh al-Qaeda
Kisahnya jadi agen al-Qaeda diawali tahun 2012. Dari Inggris, dia melakukan perjalanan melintasi gurun berdebu menembus wilayah Yaman dengan senapan Kalashnikov di tangannya. Misinya kala itu, untuk menemui tokoh utama al-Qaeda yang disebut-sebut sebagai penerus Osama bin Laden.
Dalam misinya itu dia menggunakan nama Murad al-Danmarki. Sebelum melakukan misi itu, dia ternyata sudah lama menjalin kontak dengan para tokoh al-Qaeda. Pada suatu malam pada Januari 2012, dia disambut temannya yang dia percaya di al-Qaeda.
Temannya itulah yang membawanya menemui salah satu pemimpin al-Qaeda, Nasir al-Wuhayshi. Kepada pemimpin itu, Storm mengucapkan sumpah setianya.”Saya akan setia kepada pemimpin dan akan berjuang di jalan Tuhan,” ucapnya mengenang peristiwa tahun 2012, yang dikutip Mail Online, Sabtu (21/6/2014).
Saat berposisi sebagai agen al-Qaeda, Storm sesumbar mendedikasikan hidupnya untuk menghancurkan Amerika Serikat dan Inggris. “Selama lima tahun lama saya telah berpose sebagai militan jihad. Pada kenyataannya, saya adalah mata-mata, bekerja menyamar untuk badan-badan intelijen Barat,” katanya.
Selama menjadi agen al-Qaeda, dia juga akrab dengan eksekusi brutal kelompok yang didirikan Osama bin Laden itu. Dia mengakui merasa takut jika identitasnya yang sebenarnya terbongkar. Setidaknya, jika hal itu terjadi dia memprediksi tubuhnya akan disalib dan dibiarkan menggantung berhari-hari.
Di usia 13 tahun, dia mencoba melakukan perampokan bersenjata. Aksi dengan pistol itu merupakan kejahatan pertamanya. Sejak itu, dia kerap terlibat perkelahian jalanan. Di usia 20-an tahun, dia dijuluki psikoat Denmark termuda.
”Saya bergabung dengan sebuah geng motor yang dikenal sebagai Bandidos, saingan mematikan dari Hell Angels, yang mereka berjuang dengan senjata dan pisau di setiap kesempatan,” katanya, mengisahkan masa lalunya.
Kehidupan jalanan membuatnya berpikir untuk memainkan peran yang lebih “cerdas”. Dia menjalin kontak dengan intelijen Inggris, M15 sekaligus kelompok-kelompok militan radikal. Dia kemudian tinggal di Inggris.
Sejak itulah dia memulai peran sebagai agen ganda. Di setiap kesempatan, dia pernah nyaris setiap hari di berbagai tempat umum tampil dengan pakaian ala jihadis di Timur Tengah.
Storm yang mengaku mualaf, akhirnya mengungkap rahasianya yang menjadi agen ganda untuk kelompok al-Qaeda sekaligus intelijen Inggris, M15, setelah dia keluar dari keduanya.
Ketemu Tokoh al-Qaeda
Kisahnya jadi agen al-Qaeda diawali tahun 2012. Dari Inggris, dia melakukan perjalanan melintasi gurun berdebu menembus wilayah Yaman dengan senapan Kalashnikov di tangannya. Misinya kala itu, untuk menemui tokoh utama al-Qaeda yang disebut-sebut sebagai penerus Osama bin Laden.
Dalam misinya itu dia menggunakan nama Murad al-Danmarki. Sebelum melakukan misi itu, dia ternyata sudah lama menjalin kontak dengan para tokoh al-Qaeda. Pada suatu malam pada Januari 2012, dia disambut temannya yang dia percaya di al-Qaeda.
Temannya itulah yang membawanya menemui salah satu pemimpin al-Qaeda, Nasir al-Wuhayshi. Kepada pemimpin itu, Storm mengucapkan sumpah setianya.”Saya akan setia kepada pemimpin dan akan berjuang di jalan Tuhan,” ucapnya mengenang peristiwa tahun 2012, yang dikutip Mail Online, Sabtu (21/6/2014).
Saat berposisi sebagai agen al-Qaeda, Storm sesumbar mendedikasikan hidupnya untuk menghancurkan Amerika Serikat dan Inggris. “Selama lima tahun lama saya telah berpose sebagai militan jihad. Pada kenyataannya, saya adalah mata-mata, bekerja menyamar untuk badan-badan intelijen Barat,” katanya.
Selama menjadi agen al-Qaeda, dia juga akrab dengan eksekusi brutal kelompok yang didirikan Osama bin Laden itu. Dia mengakui merasa takut jika identitasnya yang sebenarnya terbongkar. Setidaknya, jika hal itu terjadi dia memprediksi tubuhnya akan disalib dan dibiarkan menggantung berhari-hari.
(mas)