Jadi Percobaan, Otak Kucing di Inggris Ditanami Elektroda
A
A
A
LONDON - Para ilmuwan di Universitas Colegge London, dikecam kelompok pecinta satwa. Musababnya, para ilmuwan itu menjadikan kucing sebagai hewan percobaan untuk penelitian mereka dengan cara yang mengerikan.
Kucing tersebut dibedah tempurung kepalanya dan otaknya ditanami elektroda. Alat itu terhubung dengan alat lain yang terpasang di tulang rusuak dan bagian punggung kucing tersebut.
Direktur Animal Aid, Andrew Tyler, mengecam ulah para ilmuwan itu.”Mengekstrak informasi dari subjek melalui kekerasan bagi saya ini adalah penyiksaan,” katanya, seperti dilansir Mirror, semalam (1/6/2014).
Kucing itu menjadi hewan percobaan para ilmuwan, karena dianggap bisa memahami karakteristik tubuh manusia. ”Ini menjijikkan, kasar dan percobaan medis yang tidak berguna. Mereka telah melakukan ini selama beberapa dekade, meskipun ada banyak metode alternatif yang tidak menyebabkan penderitaan dan pelecehan (hewan),” lanjut Tyler.
Dalam satu putaran selama tiga hari universitas itu telah membedah tengkorak 11 kucing. Otak-otak kucing tersebut kemudian ditanami elektroda. Akibatnya belasan kucing itu lumpuh. Elektroda itu diklaim untuk mengukur aktivitas otak kucing.
Selama percobaan berlangsung, kucing-kucing itu dibius. Separuh dari jumlah kucing yang jadi hewan percobaan diberi obat bius hingga overdosis.
Sementara itu, Wendy Higgins, dari Humane Society International, Inggris, mengatakan kucing-kucing tersebut tidak diragukan lagi atas penderitaan yang dialami akibat perobaaan tersebut.
“Orang-orang akan terkejut mengetahui bahwa hewan diperlakukan seperti alat-alat penelitian,” katanya.
”Memasukkan elektroda ke dalam otak anak kucing yang tidak mewakili ilmu pengetahuan pada abad ke-21 merupakan penelitian yang kejam. Ini adalah ilmu yang paling buruk,” imbuh dia. Sedangkan pihak universitas tersebut tidak memberikan konfirmasi atas laporan itu, termasuk hasil penelitiannya.
Kucing tersebut dibedah tempurung kepalanya dan otaknya ditanami elektroda. Alat itu terhubung dengan alat lain yang terpasang di tulang rusuak dan bagian punggung kucing tersebut.
Direktur Animal Aid, Andrew Tyler, mengecam ulah para ilmuwan itu.”Mengekstrak informasi dari subjek melalui kekerasan bagi saya ini adalah penyiksaan,” katanya, seperti dilansir Mirror, semalam (1/6/2014).
Kucing itu menjadi hewan percobaan para ilmuwan, karena dianggap bisa memahami karakteristik tubuh manusia. ”Ini menjijikkan, kasar dan percobaan medis yang tidak berguna. Mereka telah melakukan ini selama beberapa dekade, meskipun ada banyak metode alternatif yang tidak menyebabkan penderitaan dan pelecehan (hewan),” lanjut Tyler.
Dalam satu putaran selama tiga hari universitas itu telah membedah tengkorak 11 kucing. Otak-otak kucing tersebut kemudian ditanami elektroda. Akibatnya belasan kucing itu lumpuh. Elektroda itu diklaim untuk mengukur aktivitas otak kucing.
Selama percobaan berlangsung, kucing-kucing itu dibius. Separuh dari jumlah kucing yang jadi hewan percobaan diberi obat bius hingga overdosis.
Sementara itu, Wendy Higgins, dari Humane Society International, Inggris, mengatakan kucing-kucing tersebut tidak diragukan lagi atas penderitaan yang dialami akibat perobaaan tersebut.
“Orang-orang akan terkejut mengetahui bahwa hewan diperlakukan seperti alat-alat penelitian,” katanya.
”Memasukkan elektroda ke dalam otak anak kucing yang tidak mewakili ilmu pengetahuan pada abad ke-21 merupakan penelitian yang kejam. Ini adalah ilmu yang paling buruk,” imbuh dia. Sedangkan pihak universitas tersebut tidak memberikan konfirmasi atas laporan itu, termasuk hasil penelitiannya.
(mas)