Dua aktivis topless beraksi saat Ukraina memanas
A
A
A
Sindonews.com – Rencana perundingan damai untuk meredam ketegangan di Ukraina, yang hendak digelar di Jenewa dihebohkan oleh aksi dua aktivis Femen. Dua aktivis yang beraksi topless (telanjang dada) di luar Hotel Jenewa pada Kamis (17/4/2014) itu akhirnya ditahan polisi Swiss.
Seorang juru kamera Reuters yang menyaksikan penahanan dua aktivis Femen, mengatakan, insiden itu tejadi tak lama sebelum Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tiba di hotel tersebut.
”Dia (Lavrov) akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, dan Menteri Luar Negeri interim Ukraina Andriy Deshchytsia,” tulis Reuters.
Femen adalah sebuah gerakan dari perempuan internasional yang melakukan protes dengan cara bertelanjang dada. Aksimereka diklaim untuk memprotes dominasi ideologis kaum laki-laki, termasuk dalam hal ekonomi dan budaya. Kelompok itu pada situs resminya menyatakan, bahwa aktivis “sextremist” telah dilatih di pusat-pusat kota di Ukraina dan Perancis.
Dalam krisis di Ukraina timur, Pemerintah Ukraina telah menawarkan amnesti atau ampunan kepada para kelompok separatis bersenjata pro-Rusia. Syaratnya, Rusia harus menghentikan dukungan terhadap mereka. Selain itu, Rusia juga harus menarik 40.000 pasukannya di perbatasan Ukraina.
Seorang juru kamera Reuters yang menyaksikan penahanan dua aktivis Femen, mengatakan, insiden itu tejadi tak lama sebelum Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov tiba di hotel tersebut.
”Dia (Lavrov) akan bertemu dengan Menteri Luar Negeri AS, John Kerry, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton, dan Menteri Luar Negeri interim Ukraina Andriy Deshchytsia,” tulis Reuters.
Femen adalah sebuah gerakan dari perempuan internasional yang melakukan protes dengan cara bertelanjang dada. Aksimereka diklaim untuk memprotes dominasi ideologis kaum laki-laki, termasuk dalam hal ekonomi dan budaya. Kelompok itu pada situs resminya menyatakan, bahwa aktivis “sextremist” telah dilatih di pusat-pusat kota di Ukraina dan Perancis.
Dalam krisis di Ukraina timur, Pemerintah Ukraina telah menawarkan amnesti atau ampunan kepada para kelompok separatis bersenjata pro-Rusia. Syaratnya, Rusia harus menghentikan dukungan terhadap mereka. Selain itu, Rusia juga harus menarik 40.000 pasukannya di perbatasan Ukraina.
(mas)