Air keran beracun, warga Lanzhou borong air mineral
A
A
A
Sindonews.com – Air keran di kota Lanzhou, ibukota Provinsi Gansu, barat laut China terkontaminasi zat kimia benzena yang beracun. Hal ini mendorong warga untuk memborong air mineral dalam botol.
Seperti dilaporkan Xinhua, Jumat (11/4/2014), tes yang dilakukan pada dua hari terakhir menunjukkan, per liter air keran di Lanzhou mengandung 200 mikrogram benzena. Jumlah ini 20 kali lebih tinggi dari batas normal.
Benzene adalah cairan tidak berwarna dan berbau. Zat ini kerap digunakan dalam industri petrokimia. Terkontaminasi zat ini bisa meningkatkan risiko kanker dan penyakit lainnya.
Biro Perlindungan Lingkungan Lanzhou mengatakan, pihaknya sedang menyelidiki sumber pencemaran dan berencanan untuk kembali melakukan tes sampel air keran di wilayah itu.
Menurut laporan Xinhua, kontaminasi mungkin berasal dari emisi pabrik kimia, dan bukan akibat polusi di Sungai Kuning yang mengalir melalui kota itu.
Selama ini, banyak saluran air di China telah mengalami kontaminasi berat limbah beracun dari pabrik-pabrik dan peternakan. Sementara polusi juga kerap disalahkan selama lebih dari tiga dekade terjadinya pertumbuhan ekonomi yang pesat di China.
Seperti dilaporkan Xinhua, Jumat (11/4/2014), tes yang dilakukan pada dua hari terakhir menunjukkan, per liter air keran di Lanzhou mengandung 200 mikrogram benzena. Jumlah ini 20 kali lebih tinggi dari batas normal.
Benzene adalah cairan tidak berwarna dan berbau. Zat ini kerap digunakan dalam industri petrokimia. Terkontaminasi zat ini bisa meningkatkan risiko kanker dan penyakit lainnya.
Biro Perlindungan Lingkungan Lanzhou mengatakan, pihaknya sedang menyelidiki sumber pencemaran dan berencanan untuk kembali melakukan tes sampel air keran di wilayah itu.
Menurut laporan Xinhua, kontaminasi mungkin berasal dari emisi pabrik kimia, dan bukan akibat polusi di Sungai Kuning yang mengalir melalui kota itu.
Selama ini, banyak saluran air di China telah mengalami kontaminasi berat limbah beracun dari pabrik-pabrik dan peternakan. Sementara polusi juga kerap disalahkan selama lebih dari tiga dekade terjadinya pertumbuhan ekonomi yang pesat di China.
(esn)