Hubungan RI & Australia akan tetap dingin
A
A
A
Sindonews.com – Pemerintah Indonesia menyatakan, hubungan dengan Australia akan tetap dingin, setidaknya sampai enam bulan ke depan. Waktu setengah tahun itu dibutuhkan untuk menegosiasikan kode etik spionase kedua negara.
Sebuah dokumen dari pertemuan pada 13 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinasi Politik, Hukum dan Keamanan, menyatakan, Indnesia belum bisa memulihkan hubungan dengan Australia sampai Oktober 2014 mendatang.
Hubungan kedua negara retak, setelah intelijen Australia ketahuan menyadap ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2009. Hal itu terungkap dari bocoran dari bekas kontraktor National Security Agency (NSA) Amerika Serikat, Edward Snowden.
Buronan AS yang kini bersembunyi di Rusia, kemarin juga kembali membocorkan penyadapan intelijen Australia terhadap Indonesia tahun 2012, melalui jaringan telepon seluler.
Ringkasan dokumen kementerian, yang dilihat Reuters, menyatakan, Indonesia butuh waktu lama untuk memulihkan hubungan dengan Australia.”Sudah dua bulan sejak duta besar kami ditarik, masih tidak ada tanda-tanda (hubungan membaik),” kata juru bicara kementerian itu, Agus Barnas, seperti dikutip Guardian, Senin (17/2/2014).
Barnas mengatakan, meskipun Oktober 2014, Indonesia memiliki presiden baru, setelah Yudhoyono menjabat selama dua periode, masalah hubungan antara Indonesia dan Australia tetap tergantung dari hasil rumusan kode etik spionase.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, menegaskan bahwa Canberra telah sepakat untuk bekerja pada kode etik tersebut. ”Kami ingin terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk menempatkan hubungan bilateral pada pijakan yang lebih kuat dan lebih besar untuk masa depan,” katanya.
Sebuah dokumen dari pertemuan pada 13 Januari 2014 yang diselenggarakan oleh Kementerian Koordinasi Politik, Hukum dan Keamanan, menyatakan, Indnesia belum bisa memulihkan hubungan dengan Australia sampai Oktober 2014 mendatang.
Hubungan kedua negara retak, setelah intelijen Australia ketahuan menyadap ponsel Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tahun 2009. Hal itu terungkap dari bocoran dari bekas kontraktor National Security Agency (NSA) Amerika Serikat, Edward Snowden.
Buronan AS yang kini bersembunyi di Rusia, kemarin juga kembali membocorkan penyadapan intelijen Australia terhadap Indonesia tahun 2012, melalui jaringan telepon seluler.
Ringkasan dokumen kementerian, yang dilihat Reuters, menyatakan, Indonesia butuh waktu lama untuk memulihkan hubungan dengan Australia.”Sudah dua bulan sejak duta besar kami ditarik, masih tidak ada tanda-tanda (hubungan membaik),” kata juru bicara kementerian itu, Agus Barnas, seperti dikutip Guardian, Senin (17/2/2014).
Barnas mengatakan, meskipun Oktober 2014, Indonesia memiliki presiden baru, setelah Yudhoyono menjabat selama dua periode, masalah hubungan antara Indonesia dan Australia tetap tergantung dari hasil rumusan kode etik spionase.
Sementara itu, Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, menegaskan bahwa Canberra telah sepakat untuk bekerja pada kode etik tersebut. ”Kami ingin terus bekerja sama dengan Pemerintah Indonesia untuk menempatkan hubungan bilateral pada pijakan yang lebih kuat dan lebih besar untuk masa depan,” katanya.
(mas)