Sri Lanka salahkan China atas krisis energi
A
A
A
Sindonews.com – Menteri Energi Sri Lanka, Pavithra Wanniarachchi, pada Kamis (30/1/2014), menyalahkan China atas kekurangan daya listrik dan tingginya tarif listrik di negara itu. Menurutnya, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) yang dibangun oleh sebuah perusahaan China sering mengalami kerusakan.
Menurut Wanniarachchi, kerusakan yang terjadi pada PLTU bertenaga 300 megawatt, membuat perusahaan energi milik negara terpaksa membeli listrik lebih mahal dari perusahaan-perusahaan swasta. PLTU ini adalah satu-satunya di Sri Lanka.
"Pembangkit listrik batu bara sering mogok. Kami meminta Cina untuk memperbaikinya. Kegagalan ini tidak baik bagi citra China," kata Wanniarachchi pada wartawan di Kolombo, seperti dikutip dari AFP.
"Kami berharap untuk menggunakan PLTU ini selama sekitar 25 tahun tanpa ada masalah besar. Tetapi, dalam waktu tiga tahun, PLTU telah berhenti bekerja," katanya. Menurut Wanniarachchi, PLTU itu telah mengalami lebih dari 35 kerusakan sejak dioperasikan pada pertengahan 2011.
Wanniarachchi menyatakan, pejabat tinggi dari kontraktor pembangun PLTU itu, China Machinery Engineering Corp (CMEC), akan bertemu dengannya pada Jumat (31/1/2014), untuk membahas masalah tersebut.
Menurut Wanniarachchi, kerusakan yang terjadi pada PLTU bertenaga 300 megawatt, membuat perusahaan energi milik negara terpaksa membeli listrik lebih mahal dari perusahaan-perusahaan swasta. PLTU ini adalah satu-satunya di Sri Lanka.
"Pembangkit listrik batu bara sering mogok. Kami meminta Cina untuk memperbaikinya. Kegagalan ini tidak baik bagi citra China," kata Wanniarachchi pada wartawan di Kolombo, seperti dikutip dari AFP.
"Kami berharap untuk menggunakan PLTU ini selama sekitar 25 tahun tanpa ada masalah besar. Tetapi, dalam waktu tiga tahun, PLTU telah berhenti bekerja," katanya. Menurut Wanniarachchi, PLTU itu telah mengalami lebih dari 35 kerusakan sejak dioperasikan pada pertengahan 2011.
Wanniarachchi menyatakan, pejabat tinggi dari kontraktor pembangun PLTU itu, China Machinery Engineering Corp (CMEC), akan bertemu dengannya pada Jumat (31/1/2014), untuk membahas masalah tersebut.
(esn)