ASEAN tak berani tegur keras China
A
A
A
Sindonews.com – Jepang memanfaatkan momen 40 tahun hubungan diplomatik Tokyo dengan negara-negara Asia Tenggara (ASEAN), untuk menekan China dalam konflik Laut China Timur.
Hasilnya, Tokyo berhasil mendorong negara-negara ASEAN untuk secara tidak langsung mengkritik China atas zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Laut China Timur.
Namun, ASEAN tidak berani menegur keras. Bahkan, ASEAN tidak berani menyebut langsung China dalam kritikannya. ASEAN hanya menyatakan, bahwa mereka bersama Tokyo " sepakat untuk meningkatkan kerjasama dalam menjamin kebebasanoverflightdan keselamatan penerbangan sipil , sesuai dengan prinsip-prinsip yang diakui hukum internasional”.
Para ahli mengatakan, pernyataan itu mungkin menjaga perasaaan China. ” Ya, ada perbedaan besar di antara kepentingan negara-negara ASEAN. Lihatlah Filipina, Vietnam , Thailand dan Kamboja , misalnya,” kata Takashi Shiraishi , seorang ahli pada urusan ASEAN, yang juga presiden Pascasarjana Institut Nasional untuk Studi Kebijakan di Tokyo, seperti dikutip,Japan Times.
Shiraishi mencontohkan, China dan Filipina, diketahui bersengketa atas pulau-pulau di Laut China Selatan. Selain Filipina, China juga bersengketa dengan Vietnam pada masalah yang sama.
Namun, lanjut Shirishi, sejumlah negara ASEAN “tersandera” untuk bicara keras terhadap China. Sebut saja,Thailand yang diuntungkan dari pembelian beras oleh China dalam jumlah yang melimpah. Kamboja pun demikian, karena merasa dibantu ekonominya oleh China.
Shiraishi menyebut, kritikan ASEAN itu kritikan halus kepada China. ”Saya pikir pernyataan itu akan memiliki efek tertentu (dalam menjaga hubungan dengan China), tetapi tidak akan langsung mengubah banyak situasi,” katanya.
Pada pertemuan puncak di Tokyo , kemarin (14/12/2013), Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan para pemimpin ASEAN) sepakat untuk meningkatkan kerjasama dalam menjamin kebebasanoverflightdan keselamatan penerbangan sipil.
”Kami menekankan pentingnya menjaga perdamaian , stabilitas dan kemakmuran di kawasan dan mempromosikan keamanan maritim dan keselamatan , kebebasan navigasi dan penyelesaian sengketa dengan cara damai,” kata Abe, seperti dikutipReuters.
Hasilnya, Tokyo berhasil mendorong negara-negara ASEAN untuk secara tidak langsung mengkritik China atas zona identifikasi pertahanan udara (ADIZ) Laut China Timur.
Namun, ASEAN tidak berani menegur keras. Bahkan, ASEAN tidak berani menyebut langsung China dalam kritikannya. ASEAN hanya menyatakan, bahwa mereka bersama Tokyo " sepakat untuk meningkatkan kerjasama dalam menjamin kebebasanoverflightdan keselamatan penerbangan sipil , sesuai dengan prinsip-prinsip yang diakui hukum internasional”.
Para ahli mengatakan, pernyataan itu mungkin menjaga perasaaan China. ” Ya, ada perbedaan besar di antara kepentingan negara-negara ASEAN. Lihatlah Filipina, Vietnam , Thailand dan Kamboja , misalnya,” kata Takashi Shiraishi , seorang ahli pada urusan ASEAN, yang juga presiden Pascasarjana Institut Nasional untuk Studi Kebijakan di Tokyo, seperti dikutip,Japan Times.
Shiraishi mencontohkan, China dan Filipina, diketahui bersengketa atas pulau-pulau di Laut China Selatan. Selain Filipina, China juga bersengketa dengan Vietnam pada masalah yang sama.
Namun, lanjut Shirishi, sejumlah negara ASEAN “tersandera” untuk bicara keras terhadap China. Sebut saja,Thailand yang diuntungkan dari pembelian beras oleh China dalam jumlah yang melimpah. Kamboja pun demikian, karena merasa dibantu ekonominya oleh China.
Shiraishi menyebut, kritikan ASEAN itu kritikan halus kepada China. ”Saya pikir pernyataan itu akan memiliki efek tertentu (dalam menjaga hubungan dengan China), tetapi tidak akan langsung mengubah banyak situasi,” katanya.
Pada pertemuan puncak di Tokyo , kemarin (14/12/2013), Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe dan para pemimpin ASEAN) sepakat untuk meningkatkan kerjasama dalam menjamin kebebasanoverflightdan keselamatan penerbangan sipil.
”Kami menekankan pentingnya menjaga perdamaian , stabilitas dan kemakmuran di kawasan dan mempromosikan keamanan maritim dan keselamatan , kebebasan navigasi dan penyelesaian sengketa dengan cara damai,” kata Abe, seperti dikutipReuters.
(mas)