Bekas bos CIA: Opsi terbaik, Assad berkuasa
A
A
A
Sindonews.com – Michael Hayden, mantan kepala Central Intelligence Agency (CIA) Amerika Serikat, mengatakan, ada tiga opsi yang bisa terjadi di Suriah. Opsi terbaik, katanya, Presiden Suriah Bashar al-Assad tetap berkuasa.
Hayden yang pensiun pada 2009 itu mengatakan, opsi kemenangan di kubu pemberontak atau oposisi tidak salah. Tapi, konsekuensinya besar, yakni konflik sektarian akan lebih parah.
”Opsi ketiga adalah Assad menang,” kata Hayden, seperti dikutip AFP, Jumat (13/12/2013). ”Dan saya harus memberitahu Anda pada saat ini, seburuk kedengarannya, saya mengatakan opsi ketiga sebagai pilihan yang terbaik dari tiga opsi yang sangat, sangat jelek.”
Dia pun merinci, opsi pertama yang dia maksud adalah, kemungkinan kubu oposisi yang menang. Namun, konsekuensinya, konflik sektarian antara faksi Sunni dan Syiah akan jauh lebih parah.
Seperti diketahui, kelompok-kelompok pemberontak yang didukung kaum Muslim Sunni. Sedangkan kubu rezim Assad didukung sekte Alawit, kaum Muslim Syiah dan kelompok minoritas Kristen.
Sedangkan opsi kedua, lanjut Hayden, yang paling mungkin, adalah "pembubaran Suriah". Dia lantas merunut sejarah. Di mana, pada tahun 1916 ada perjanjian atara kerajaan Perancis dan Inggris, yang berujung pada berdirinya Suriah.
”Ini berarti akhir dari Sykes -Picot (perjanjian), di mana terjadi pembubaran semua negara buatan yang dibuat setelah Perang Dunia I,” ujarnya.
Sejarah itu bermula ketika diplomat Inggris, Mark Sykes dan diplomat Perancis, Francois Georges Picot, kala itu membagi Timur Tengah menjadi zona-zona berpengaruh. Jika zona itu diusik, kekacauan tak bisa dielakkan. Hayden mencontohkan, zona yang telah diusik dan terjadi kekacauan adalah Libanon, Yordania dan Irak.
Hayden yang pensiun pada 2009 itu mengatakan, opsi kemenangan di kubu pemberontak atau oposisi tidak salah. Tapi, konsekuensinya besar, yakni konflik sektarian akan lebih parah.
”Opsi ketiga adalah Assad menang,” kata Hayden, seperti dikutip AFP, Jumat (13/12/2013). ”Dan saya harus memberitahu Anda pada saat ini, seburuk kedengarannya, saya mengatakan opsi ketiga sebagai pilihan yang terbaik dari tiga opsi yang sangat, sangat jelek.”
Dia pun merinci, opsi pertama yang dia maksud adalah, kemungkinan kubu oposisi yang menang. Namun, konsekuensinya, konflik sektarian antara faksi Sunni dan Syiah akan jauh lebih parah.
Seperti diketahui, kelompok-kelompok pemberontak yang didukung kaum Muslim Sunni. Sedangkan kubu rezim Assad didukung sekte Alawit, kaum Muslim Syiah dan kelompok minoritas Kristen.
Sedangkan opsi kedua, lanjut Hayden, yang paling mungkin, adalah "pembubaran Suriah". Dia lantas merunut sejarah. Di mana, pada tahun 1916 ada perjanjian atara kerajaan Perancis dan Inggris, yang berujung pada berdirinya Suriah.
”Ini berarti akhir dari Sykes -Picot (perjanjian), di mana terjadi pembubaran semua negara buatan yang dibuat setelah Perang Dunia I,” ujarnya.
Sejarah itu bermula ketika diplomat Inggris, Mark Sykes dan diplomat Perancis, Francois Georges Picot, kala itu membagi Timur Tengah menjadi zona-zona berpengaruh. Jika zona itu diusik, kekacauan tak bisa dielakkan. Hayden mencontohkan, zona yang telah diusik dan terjadi kekacauan adalah Libanon, Yordania dan Irak.
(mas)