Oposisi Ukraina kecam perundingan dengan Rusia
A
A
A
Sindonews.com – Kubu oposisi Ukraina, pada Sabtu (7/12/2013), menuduh Presiden Ukraina Viktor Yanukovych telah mengkhianati kepentingan nasional dalam pembicaraan mendadak dengan Presiden Rusia Vladimir Putin.
Pemerintah Ukraina dan Rusia sendiri membantah laporan yang menyebut kedua belah pihak telah menyetujui kesepakatan soal suplai gas murah dari Rusia untuk Ukraina. Meski begitu, pertemuan mendadak antara Yanukovych dan Putin di resor Laut Hitam Sochi pada Jumat (6/12/2013), telah memunculkan spekulasi dan beresiko memicu kemarahan publik Ukraina.
"Mengapa dia membutuhkan perjanjian ini di Sochi? Hal ini tidak dalam kepentingan nasib negeri ini," kata Arseny Yatsenyuk, salah satu dari tiga pemimpin utama dalam aksi protes kubu oposisi Ukraina. Hal ini disampaikannya kepada para demonstran yang berkumpul di Independence Square, Kiev.
“Dia hanya tertarik pada nasib pribadinya," kata Yatsenyuk. " Dia butuh uang untuk kelangsungan hidup rezimnya. Kami menuntut bahwa ia dan (Perdana Menteri Mykola) Azarov untuk keluar dan memberitahu kami apa yang terjadi," tandasnya.
Hingga kini, kondisi dalam negeri Ukraina memang masih genting. Hal ini dipicu oleh keputusan pemerintah pada 21 November lalu untuk membatalkan kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa. Keputusan ini telah memicuk gelombang protes massal dan bentrokan dengan aparat keamanan.
Pemerintah Ukraina dan Rusia sendiri membantah laporan yang menyebut kedua belah pihak telah menyetujui kesepakatan soal suplai gas murah dari Rusia untuk Ukraina. Meski begitu, pertemuan mendadak antara Yanukovych dan Putin di resor Laut Hitam Sochi pada Jumat (6/12/2013), telah memunculkan spekulasi dan beresiko memicu kemarahan publik Ukraina.
"Mengapa dia membutuhkan perjanjian ini di Sochi? Hal ini tidak dalam kepentingan nasib negeri ini," kata Arseny Yatsenyuk, salah satu dari tiga pemimpin utama dalam aksi protes kubu oposisi Ukraina. Hal ini disampaikannya kepada para demonstran yang berkumpul di Independence Square, Kiev.
“Dia hanya tertarik pada nasib pribadinya," kata Yatsenyuk. " Dia butuh uang untuk kelangsungan hidup rezimnya. Kami menuntut bahwa ia dan (Perdana Menteri Mykola) Azarov untuk keluar dan memberitahu kami apa yang terjadi," tandasnya.
Hingga kini, kondisi dalam negeri Ukraina memang masih genting. Hal ini dipicu oleh keputusan pemerintah pada 21 November lalu untuk membatalkan kesepakatan perdagangan dengan Uni Eropa. Keputusan ini telah memicuk gelombang protes massal dan bentrokan dengan aparat keamanan.
(esn)